"Ya"
Shakira menoleh tak percaya "kapan?" Tanyanya antusias, akhirnya usahanya berhasil untuk mencari tahu tentang gadis itu.
Ily, gadis itu tak langsung menjawab, ia diam dan tanpa menatap Shakira.
"Sebelum aku dilahirkan"
Shakira mengeryit, apa maksudnya?
"Ken..."
"Harus dijawab?" Shakira diam mendapati jawaban demikian, bahkan pertanyaanya pun masih menggantung.
Keduanya kembali dalam diam tanpa melakukan apapun.
"Tapi yang satu ini harus dijawab, kenapa namamu jeo..."
"Ily..." suara seperti gumaman itu, lagi-lagi pertanyaan Shakira kembali dipotong sebelum selesai.
Dengan kesal Shakira menoleh, didapati Kei tengah berdiri disamping tempat Iky duduk.
"Ly... makasih ya buat albumnya. Gue juga minta maaf... soalnya gue dulu jahat sama lo..." katanya.
"Ok" jawab Ily singkat.
Kei duduk di samping Ily "lo gak marah sama gue?"
"Buat apa?"
"ya... kan gue udah ja..."
Tok...tok...
Baru saja Kei akan mepanjutkan ucapannya, tapi terhenti karna suara ketukan pintu. Shakira menoleh sekilas ke arah pintu dorm, lalu kembali menoleh menatap Kei.
"Bukain Kei" suruh Shakira.
"Kak Sha aja, Kei lagi ngobrol sama Ily tau!" Sahut Kei enggan.
"Gue aja" Ily berdiri, ditaruhnya gitar yang tadi dipeluknya ke sofa yang didudukinya barusan. Ia berjalan pelan menuju pintu dorm.
Kosong...
Itu yang pertama Ily lihat saat dibukanya pintu dorm. Ia melongokkan kepalanya, menoleh kesamping kanan dan kiri. Tak ada orang.
Ily mengeryit heran, lalu siapa yang mengetuk pintu?
Saat akan menutup pintu, matanya tak sengaja mendapati sebuket bunga berwarna merah muda tergeletak di depan pintu. Bunga bak kertas itu Ily ambil. Setelahnya terlihat sebuah note tergelatak tepat dibawah bunga anyelir yang kini dipegangnya.
'Seperti bunga anyelir, yakinlah bahwa kasih sayang seorang ibu itu sepanjang masa, seburuk apapun ia'
R
Mata Ily sedikit membulat, ia yakin orang yang mengirim buket itu tahu tentang kejadian sore tadi, tapi siapa? Ily yakin sore tadi di gedung agensi sangat sepi.
Shakira...
Yang Ily tahu gadis itu tadi masih di gedung agensi setelah Ily bertemu nyonya Jefrico. Tapi, bukankah mereka pulang bersama? Lagipula di note itu tertulis inisial 'R'
Rigel...
Entah kenapa nama itu justru muncul dikepala Ily. Tak mungkin lelaki jangkung itu yang meletakkan bunga anyelir dan note di depan pintu dormnya. Lagipula ia siapa ada di gedung ini, Ily yakin itu bukan Rigel dan mungkin hanya kebetulan saja nama Rigel yang tiba-tiba lewat di otaknya.
Atau mungkin 'R' adalah Rasya, kakak lelakinya. Tapi ia sedang di Bandung dan selama itu Ily tak bekomunikasi. Sedikit tak yakin kalau 'R' adalah Rasya. Kakanya itu tipe orang yang overprotectif, jadi kemungkinan kalau Rasya tahu tentang Ily, ia akan langsung menelpon dan mencarinya bukan lewat teka-teki semacam ini.
"Ly..."
Ily cepat-cepat bangkita dari posisi jongkoknya lalu memasukkan note ditangannya ke dalam saku celana, ia tak mau orang lain tahu tentang dirinya selain ia dan 'R'
"Siapa yang dateng?"
Ily menoleh mendapati Kei tengah mencari seseorang diluar dorm.
Ily menggeleng "tapi ada orang yang naroh ini" Ily menunjukkan bunga bak kertas berwarna merah muda ditangannya.
"Cantiknya..." puji Kei, ia mengambil alih buket bunga itu ke tangannya.
"Siapa yang ngasih?" Giliran Shakira yang bertanya.
"Nggak ada orang tadi"
Shakira mengeryit "gak ada nama pengirimnya, gitu"
Ily kembali menggeleng sebagai jawaban.
"Kira-kira siapa yang ngasih, ya?" Kei berujar.
Shakira maupun Ily hanya diam menanggapi si cerewet itu.
"Atau... jangan-jangan ada pengagum rahasia!" Pekik Kei cukup keras.
"Jangan ngaco deh, Kei. Yaudah ayo masuk" Shakira menggiring dua gadis yang bertolak belakang itu masuk ke dalam dorm.
Belum sempat melangkahkan kakinya, Ily berhenti sambil menatap ponsel ditangannya.
"Aku angkat telpon dulu" Ily menunjukkan layar ponselnya sekilas, tampak sebuah panggilan telepon. Lalu Ily pergi keluar dorm untuk mengangkat telepon.
Shakira terpaku heran di depan pintu. Ia bukan orang bodoh yang tak bisa membaca. Layar ponsel Ily terlihat menggunakan aksara yang tegak lurus. Ia tahu itu aksara 'hangul' yang biasa orang korea gunakan. Dan hanya orang tertentu di kota ini yang dapat membacanya.
Samar-samar Shakira mendengar gadis bersurai legam itu mengatakan 'yoboseyo' atau berarti halo, saat gadis itu tengah berjalan menjauh dari pintu dorm. Dan beberapa kali Shakira juga mendengar kata 'nde' yang ia tahu berarti ya.
Shakira diam dengan wajah datar, tapi sedikit kerutan di dahinya tak bisa menyembunyikan makna herannya. Dan untuk kesekian kalinya ia bertanya
Siapa gadis itu?
***
Ceklek...
Shakira terbangun dari tidurnya saat ia samar-samar mendengar suara pintu tertutup. Matanya terbuka, terlihat pintu tertutup, lalu ditegakksnnya tubuhnya. Shakira mengerjap, dilihatnya setiap ranjang yang ada di ruangan itu. Tak ada yang aneh, tapi satu ranjang di pojok membuat Shakira membulatkan matanya.
Cepat-cepat Shakira menurunkan kakinya, memakai sendal rumah dan menyambar jaket di nakas samping tempat tidurnya. Shakira melangkah cepat. Mengikuti gadis berkulit putih, yang ia yakin gadis itu baru saja keluar.
Gelap
Itu yang Shakira lihat saat ia baru saja keluar dari kamar. Ia menengok ke segala arah mencari Ily. Ya, gadis itu yang ia cari. Sekarang fikirannya menjerumus ke segala hal buruk mengingat kejadian sore tadi yang menurutnya sangat berat.
Shakira segera berlari keluar dorm, mencari keberadaan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
trainee
Teen FictionHal gila yang telah di lakukan Kiran telah membuat kehidupan Iliya semakin kacau. Mungkin satu hal yang membuatnya bahagia, keluar dari rumah mengerikan yang selama lima belas tahun di huninya. Bertemu sosok keluarga baru ketika ia menjadi Trainee...