Shakira masih diam. Bahkan sekarang Iliya sudah turun dari panggung dengan mengantongi tepukan meriah dari para penonton. Iliya telah selesai dengan penampilannya sejak satu jam yang lalu. Dan sekarang ia bahkan tak tahu keberadaan Iliya sekarang.
Sedikit berjengit saat di rasakan Shakira sebuah tepukan di bahunya. Shakira menoleh.
"Kak Sha lihat Ily?"
Shakira menggeleng "kenapa?"
"Mau ngasih sesuatu. Oh, iya? Kak Sha gak liat bazar?"
"Nanti aja deh, Kei"
Keina mengangguk "aku pergi dulu ya, kak?"
Shakira hanya mengangguk. Dan setelahnya Kei memilih pergi mencari Iliya.
Di tengah keramaian bazar Kei celingukan mencari satu sosok, Iliya. Ia ingin memberikan sesuatu pada gadis itu. Tadi ia begitu terpukau pada penampilan Iliya dan Bintang. Sebenarnya tak terlalu heran jika Iliya tampil begitu memukau, meski trainee baru dan ini adalah penampilan pertamanya. Sejak awal gadis itu memang luar biasa menurutnya, bahkan ia sempat takut dengan keberadaan Iliya di tengah-tengahnya.
Kei mendengus, sebenarnya Iliya kemana. Langkahnya berhenti di tengah-tengah tempat bazar yang ramai. Dan ya, andai ia kenal para murid Bharata selain Iliya, mungkin ia akan bertanya. Sebenarnya sejak tadi ia menjadi pusat perhatian karena tentu saja dengan pakaian yang Keina kenakan dan yang pasti para murid Bharata tahu kalau Kei salah satu trainee.
Kei merasa seperti anak ayam yang kehilangan induk sekarang. Berjalan sendirian, tak tahu arah. Lagi-lagi ia mendengus kesal, sambil mendumal soal keberadaan Iliya Kei melangkah pergi. Tapi kemudian berhentia saat nama Iliya di sebut dengan nada tinggi.
"Tapi Iliya nggak mau, Kirana!"
Kei menoleh pada stan bazar di sampingnya. Tepat di depannya ada seoarang laki-laki dan gadis tengah berbicara serius. Tentu saja itu menyangkut Iliya. Si laki-laki tampak kesal.
"Sekarang Icha dimana?" Tanya gadis dengan surai sebahu itu. Sedangkan si laki-laki hanya mengedikkan bahu.
Icha?
Kei pernah mendengar nama itu. Sebentar, Kei ingat, Iliya pernah mengatakan itu saat gadis itu baru saja datang sebagai trainee baru. Kei masih mendengarkan percakapan kedua orang itu, tapi tak ada lagi percakapan di antara keduanya.
Kei kembali menatap ke depan. Matanya bergerak-gerak tengah berpikir. Dan tanpa sadar kakinya melangkah pelan. Baru saja tiga langkah, ada saja gangguan yang menghadangnya.
"Heh!"
Keina menoleh, mendapati satu sosok yang, agak di bencinya. Gadis yang tadi satu tim dengan Shakira.
Melirik ke kanan dan ke kiri mencari sosok lain. Dengan ragu ia menunjuk dirinya sendiri, seolah bertanya 'gue?'
Gadis yang memanggil Kei itu berdecak sebal "siapa lagi, bego!"
"Apa?" Sahut Kei. Andaikan ini bukan tempat ramai, mungkin ia akan mencakar wajah songong gadis itu, apalagi sekarang ia sendirian tanpa pawang.
"Gak mau foto sama calon artis?"
"Gue?" Kei bertanya dengan kening berkerut tak percaya. Kemudian ia terlekeh geli "baru calon juga" lanjutnya dengan nada meremehkan.
"Lo!"
"Apa? Wleeek..." Kei menjulurkan lidahnya lalu segera berlari pergi meninggalkan nenek sihir itu.
Siska yang di ejek tentu tak terima dan hampir membunuh gadis itu. Kalau saja ia tak di tahan antek-anteknya mengingat ia sedang di acara besar, tentu ia akan mengejar Kei dan menghabisinya.
Satu hal yang Kei pelajari dari Iliya. Tak perlu pakai otot untuk membalas cibiran nenek sihir. Cukup sedikit kata-kata dengan wajah datar, sudah cukup untuk membuat nenek sihir kepanasan. Kei berlari sambil terbahak. Ternyata seru melakukan hal demikian, pantas saja Iliya betah melakukan hal itu.
Merasa tak dapat kejaran, Kei berhenti. Ia menoleh ke sembarang arah. Sekarang ia sudah keluar dari area bazar, ia ada di lorong kelas dan tentu saja ia tersesat, maklum saja Kei tak pernah masuk di sekolah yang megah itu, tentu ia tak paham dengan tata letak setiap ruangan di sana. Sepi sekali, fikirnya. Sepi? Kei jadi teringat sesuatu, bukankah itu yang Iliya sukai. Seketika otak Keina menjadi cerdas, kemungkinan besar Iliya ada di tempat itu.
Kei menoleh ke kanan, ada sebuah tangga di sana. Entah mendapat dorongan dari mana, kakinya melangkah ke sana. Jika dalam keadaan sadar, Kei pasti akan ketakutan dengan tempat berlorong-lorong dan sepi, meski itu siang.
Sampai di lantai dua, gadis bersurai sebahu itu menoleh ke kanan, tak ada siapapun. Kembali menoleh, kini ke arah kiri. Matanya menyipit, memfokuskan pada satu objek. Di ujung sana ada gadis dengan dress putih. Jangan bilang itu penunggu Bharat, itu jelas tak mungkin, Kei lihat sosok itu punya kaki dan tentunya menapak di lantai.
Perlahan Kei berjalan mendekat. Agak ragu sebenarnya. Tapi di lihat dari jauh, gadis itu seperti Iliya.
"Ily..." panggil Kei pelan, takut-takut kalau gadis yang menumpukan kedua tangannya di atas pembatas balkon itu memang penunggu sekolah itu, jadi nanti ia bisa berlari.
Seketika mata Keina membulat karena apa yang di lakukan gadis dengab dress putih itu.
"ILY!"
***
Iliya masih menatap lagit berawan putih di atas sana. Cukup menyenangkan untuk menenangkan diri di balkon kelasnya sendirian. Ia sendiri benci segala bentuk keramaian, menurutnya itu membuatnya tak fokus. Cukup sulit untuk bisa kabur ke tempat ia berdiri sekarang karena Bintang terus mengekorinya.
Hembusan angin menerpa wajahnya, sunggung anggun batinnya. Iliya menghela nafas pelan. Sepertinya ia butuh satu set hati lagi agar dirinya lebih sabar dan kuat menjalani kehidupannya.
Agak sedikit aneh. Jika orang lain senang menikmati langit pada pagi atau sore hari, Iliya lebih memilih siang hari. Di saat itu ia puas melihat awan yang terbang mengikuti arah angin. Rasanya senang saja melihatnya.
Iliya yang awalnya hanya menumpukkan tangannya di pembatas, kini ia memilih melewati pembatas itu. Namus sedetik kemudian sebuah pekikan terdengar memanggilnya.
"ILY!"
Iliya menoleh. Sosok Keina yang berlari dengan wajah panik menghampirinya.
"Ily turun gak!"
Ily kaget "lo nyuruh gue lompat?"
"Bukannya lo emang pengen... eh?" Kei mendadak berhenti berbicara.
"Apa?" Tanya Iliya dengan sebelah alis terangkat.
"Jadi... lo gak niat bunuh diri, kan?"
"Stupid Kei" sahut Iliya lalu mendudukkan dirinya di pembatas balkon "gue gak sebodoh itu, Kei"
Kei di tempatnya hanya bisa terdiam dan salah tingkah dengan kesalahannya. Senyum kecut terkembang di wajahnya.
Setelahnya keduanya diam. Iliya yang masih duduk tenang di pembatas balkon dan menatap langit dalam diam. Sedangkan Kei, gadis bersurai sebahu itu hanya diam menumpukan tangannya pada pembatas.
"Ily" panggil Kei.
Iliya menoleh. Lalu di rasakannya tangan kirinya di tarik. Sebuah gelang tiba-tiba terpasang di pergelangan tangannya. Kei baru saja memasangkannya di sana.
Iliya menatap Kei dalam diam.
***
Author nepatin janji hari ini up
Author with luv...
KAMU SEDANG MEMBACA
trainee
Teen FictionHal gila yang telah di lakukan Kiran telah membuat kehidupan Iliya semakin kacau. Mungkin satu hal yang membuatnya bahagia, keluar dari rumah mengerikan yang selama lima belas tahun di huninya. Bertemu sosok keluarga baru ketika ia menjadi Trainee...