"Oppa..."
Saura itu terdengar lirih dari Iliya. Matanya bertubrukan dengan manik almond itu. Kakaknya yang tengah berdiru dengan nafas tersengal di depan gedung dorm, matanya terus memancarkan kerinduan berat.
Rasya mendekat, lalu mendekap adik kecilnya itu dengan erat, tak ingin dipisahkan.
Iliya diam, ekspresinya datar. Hanya tetesan air mata yang terus membasahi pipi putihnya.
Lama Rasya memeluk Iliya dengan sendu. Ia akhirnya mengurai pelukan dan menatap adiknya. Di usapnya pipi putih Iliya yang basah. Diremasnya lembut bahu Iliya, tak ingin meneyakiti.
"Kita pulang?" Tanya Rasya.
Iliya menggeleng "ini rumah Icha"
Rasya menghela nafas berat "kalo gitu pulang ke apartemen, jadi kamu gak perlu capek-capek jadi trainee"
Lagi-lagi Iliya menggeleng "kalo di apartemen Icha sendirian"
"Sama abang"
"Nanti yang jagain bunda siapa? Nanti bunda sendirian" kata itu meluncur dengan tenangnya. Hati Rasya terasa tercubit, adik kecilnya itu masih memikirkan orang yang tak pernah menyayanginya selama hampir lima belas tahun.
"Icha seneng kok, disini. Icha punya temen yang baik" Iliya menengok ke belakang, menatap Kei dan Jo yang tengah menatapnya heran dan bingung.
Rasya terdiam, memang dilihatnya ada sedikit kebahagiaan di pancaran mata adiknya. Mungkin ia merasa bebas dari penderitaannya selama ini, pikir Rasya.
"Tapi nanti kamu capek, dek" Rasya masih mencoba membujuk adiknya agar mau pulang kerumahnya.
"Gak papa, Jeya kan kuat"
Jeya kan kuat...
Gadis kecil berkuncir kuda itu tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapih. Ia tetap tersenyum meski bajunya kotor penuh tanah karna telah berebut sepeda dengan Dinda, kakak sepupunya.
Rasya menghela nafas, ingatan masa kecilnya yang menurutnya tak pantas untuk diingat sampai kapanpun itu tiba-tiba menyeruak dikepalanya. Jawaban yang tak pernah ia harapkan dari sang adik. Iliya selalu saja mengatakan kalau ia kuat meski hatinya hancur. Ditambah kini ia menambahkan nama Jeya didepannya. Rasya tahu kalau Jeya adalah nama dukanya, nama yang selalu ia sebut saat batinnya dalam keadaan tak baik-baik saja.
***
Keina pov
"Kei! Beliin gula sama garem ya! Di minimarket!"
Aku mendelik kesal. Hey! Aku baru pulang sekolah, dan baru akan merebahkan tubuhku, aku tak mau terlalu lelah saat latihan sebentar lagi.
Kudongakkan kepalaku sedikit "kenapa gak suruh kak Cle aja, sih" kesalku pada kak Sha yang tengah sibuk membersihkan area dapur. Kakak tertuaku itu memang seperti ibu-ibu, semuanya harus bersih.
"Cleo lagi ke tempat fotocopy, lagi nyetak tugas kuliahnya" kak Sha menatapku "katanya juga cemilanmu abis, sana beli sekalian"
Aku berpikir sejenak, benar juga kata kak Sha, cemilanku habis. Aku beranjak berdiri menghampiri kak Jo yang tengah duduk menyender pada single sofa dengan airpod terpasang di telinganya.
Kugoyangkan bahunya "KAK JO!"
Tak ada pergerakan, aku menepuk jidatku, tanganku terulur mengambil airpod di yang terpasang di sebelah telinganya dan ku dekatkan kepalaku ke sebelah telinganya "KAK JO!" Teriakku sekali lagi.
Plak...
Kak Jo kaget dan segera menutup telinganya yang malah berakhir menamparku.
Kuusap pipiku yang terkena tamparan tak sengaja itu. Agak sakit, melihat tubuh kak Jo yang tinggi besar dan yang pasti punya tenaga besar.
"Apa sih, Kei. Ganggu aja" gerutunya sambil mengucek matanya setelah tidur.
Aku memanyunkan bibirku "ya maap. Ke mini market depan, yok!" Ajakku.
"Ngapain?"
"Beli cemilan"
"Kuy lah"
Aku mendengus kesal, giliran bilang cemilan aja cepet, dasar gajah. Aku mengikuti langkah kak Jo yang lebih dulu meninggalkanku keluar dorm.
***
"Ily"
Panggilku pada gadis dengan seragam sekolah sma itu. Ia tersenyum kecil padaku sambil berjalan menuju loby gedung. Kembaranku, plak! Gak deng, temanku, memang aku temannya? Pokoknya Ily baru pulang sekolah. Ini lebih dari kata terlambat untuk pulang dan kak Sha sudah seperti emak-emak yang takut anaknya hilang.
"Jeya!"
Ily menoleh ke belakang. Karna tak terlihat, aku sedikit memiringkan kepalaku kesamping. Uh, gantengnya... oppa-oppa korea yang tengah berdiri didepan gedung dengannafas terengah. Aku heran, ia tadi memanggil nama Jeya? Tunggu... Jeya, kan? Namanya Ily!
"Oppa..." kudengar Ily mengucapkan kata itu dengan lirih.
Laki-laki itu segera berlari, menghampiri Ily dan memeluknya erat. Sebentar, laki-laki itu memanggil nama Jeya, dan Jeya memanggilnya oppa. Lalu siapa mereka? Aku seperti orang bodoh yang tak tahu apapun sekarang.
Aku menoleh pada kak Jo yang menatap dua orang didepanku itu "kak..."
"Itu kakaknya" aku mengeryit, dari mana kak Jo tahu?
Aku kembali diam, lebih baik nanti ku interogasi gadis itu.
Beberapa kali Ily menoleh ke arahku saat ia sedang berbicara dengan oppa-nya itu, karna kami agak jauh jadi percakapan mereka tak dapt kudengar.
Sebenarnya Ily itu siapa, sih?
Keina pov end
***
Shakira pov
"Ily pulang"
Lelahku terasa hilang setelah mendengar suara itu. Aku takut ia tak kembali. Bagaimanapun pak Abraham menitipkannya padaku untuk ku jaga. Aku sudah tahu soal ia dan lelaki yang menemuinya sore tadi. Kei dan Jo bilang itu kakaknya. Dan Kei bilang mereka seperti pemain drama korea. Aku semakin khawatir saat tahu lekaki itu membawa Ily pergi.
"Kamu darimana?" Tanyaku.
"Emm... maaf, Ily gak bilang tadi dipaksa kakakku belanja kebutuhan... kita"
Kita...
Aku mengeryit, kulihat beberapa paper bag di tangannya.
"Kok lama?"
Ily hampir pergi selama dua jam, mengingat sekarang waktu hampir menunjuk pukul enam sore. Bahkan sesi latihan sore ia lewatkan, aku malah takut ia mendapat hal buruk setelah ini.
"Oh, tadi waktu di kantor pos rame banget, makanya lama" katanya "dan ini..." ia menunjukka salah satu paper bag ditangannya "masakan korea, jadi kak Sha gak usah masak"
Shakira pov end
***
Maapkeun author yang baru bisa up sekarang:(
Kemaren author kecapean, author kan juga manusia
Maapkeun ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
trainee
Teen FictionHal gila yang telah di lakukan Kiran telah membuat kehidupan Iliya semakin kacau. Mungkin satu hal yang membuatnya bahagia, keluar dari rumah mengerikan yang selama lima belas tahun di huninya. Bertemu sosok keluarga baru ketika ia menjadi Trainee...