Sekolah menengah atas Bharata, telah dua dekade menghasilkan lulusan terbaik. Setiap tahunnya di adakan pertukaran pelajar ke berbagai negara di Asia, seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Jepang, Korea Selatan dan China.
Untuk menyambut hari lahir sma Bharata yang ke dua puluh, penampilan spesial akan di suguhkan. Bukan hanya dari para siswa berbakat, tapi juga berkolaborasi dengan agensi terbaik dengan artis dan penyanyi besutannya yang menduduki papan atas, ARentertainment.
"AR TRAINEE X BHARATA! GO! GO! GO! FIGHTING!"
Puluhan pemuda-pemudi itu berkumpul membentuk lingkaran dengan tangan menumpu pada satu titik. Bersama-sama meneriakkan kata yang sama, menyemangati diri sendiri dan tim yang telah di bentuk beberapa minggu lalu. Dalam acara kali ini, para dancer murid Bharata akan berkolaborasi dengan para trainee ARentertainment. Kolaborasi kali ini adalah flashmob untuk opening acara. Beberapa kali mereka bertemu, bersama berlatih.
Flashmob, sebagai acara pembukaan akan berlangsung sekitar lima menit lagi. Kini Iliya bergerak menuju lokasi dan mempersiapkan diri, ia yang akan menjadi center di lagu pertama. Selain menari, beberapa trainee di tunjuk untuk menyanyikan lagu secara live di depan para penonton.
Lokasi acara ada di lapangan utama sma Bharata. Tepat di depan panggung akan di jadikan tempat flashmob. Iliya berdiri di samping panggung, menatap lurus ke depan. Matanya tak berkedip, dan wajahnya datar-datar saja. Sebentar lagi flashmob akan di mulai, hanya tinggal menunggu aba-aba.
Mendapat tepukan di sebelah pundaknya, Iliya menoleh, mendapati Bintang yang juga menatapnya. Aba-abanya mengatakan kalau sudah saatnya. Iliya berjalan, sendirian ke titik tengah lapangan. Sebelah tangannya terangkat, menuju netranya, menyeka sedikit air yang lancang keluar.
***
"Bunda, ayo liat opening acaranya"
Tangan Maya di tarik begitu saja. Ia tampak tak fokus hari ini untuk menemani Dinda di acara hut sekolahnya yang di adakan besar-besaran.
Maya dan Dinda sampai di tempat opening, di barisan paling depan. Di tempatnya, ia bisa melihat dengan jelas. Dan seketika matanya membulat melihat gadis yang ada tepat di tengah acara.
Dinda yang tadinya antusias kini ekspresinya berubah. Ada sorot kebencian di matanya. Tapi tak apa, sekarang gadis yang di tatapnya tak akan kembali, apalagi kalau gadis itu debut menjadi artis, ia akan terima-terima saja agar gadis itu tak akan pulang.
Di tempatnya Maya masih menatap putrinya yang tengah menunjukkan bakat kekompakan dengan puluhan dnacer lainnya. Bahkan tak hanya itu, yang Maya yakini sebagai trainee juga menyanyi. Dan tadi, dilihat putrinya yang maju pertama kali di hadapan penonton untuk membuka acara. Mendadak hatinya nyeri, entah karena apa.
"Jadi trainee itu capek ya, Din?"
Dinda menoleh tak percaya pada pertanyaan Maya barusan. Untuk apa ia menanyakan tentang trainee.
"Ya... gitu, bun. Capeknya karna nyanyi sama joget doang. Gak faedah" ujarnya.
Maya melirik Dinda di sampingnya, entah kenapa ia agak tak suka dengan jawaban keponakannya itu.
"Nggak kok, din, ini menghibur banget"
Lagi-lagi Dinda terkejut mendengar jawaban Maya.
"Bunda kenapa, sih? Hari ini aneh banget? Apa gara-gara Iliya ada di sana? Iya?" Tangan Dinda terangkat, menunjuk pada puluhan penari yang menyuguhkan pementasan yang menyihir banyak mata itu.
Maya mendadak bungkam. Ia bingung sekarang, ia ingin mencoba memaafkan, tapi keponakannya itu tampaknya tak ingin.
***
Iliya mengatur nafasnya yang masih tersengal. Ia tengah beristirahat usai menampilkan flashmob bersama para dancer Bharata. Ia agak lelah setelah membuka acara dengan penampilan dengan lagu let it go milik Dami Lovato secara live. Di lanjutkan lagu fireflies milik nct, Janger Persahabatan soundtrack Asian Games 2018, Bts ON, dan terakhir adalah Birthday, Jeon Somi. Ia hanya menyanyikan lagu let it go, dan untuk lagu lainnya dinyanyikan trainee lain dan juga bersama-sama.
Tak...tak...
Iliya sedikit melirik ke bawah. Sepasang sepatu putih beserta pemakainya berdiri di depan Iliya. Agak malas sebenarnya untuk melihat sosok di depannya itu. Dengan malas ia hanya melirik datar.
"Seneng, ya? Jadi center?" Tanyanya sinis.
"B aja, tuh"
Siska sedikit mengeryit, sinis "kalau gak mampu bilang dari awal! Biar gue yang gantiin!"
"Kayak lo lebih baik dari gue aja" sahut Iliya dengan malas.
Di tempatnya Siska geram, bahkan wajahnya memerah dan tangannya terkepal kuat.
"Dasa Belagu! Gara-gara lo, Dinda nangis!"
Iliya sedikit heran, sedikit mengeryitkan dahinya ia melirik Siska di depannya itu. Kemungkinan besar gadis itu tahu siap dirinya. Siska adalah orang yang cukup dekat dengan Dinda, kakak sepupu Iliya. Meski kakak kelas, tapi mereka sama-sama anak cheers.
"Dasar pembunuh!"
Cukup. Iliya memejamkan matanya sejenak, sambil menghela nafas ia berdiri "itu bukan urusan gue, dan gue gak peduli"
Setelahnya ia melenggang pergi. Ia tak ingin berlarut-larut dalam kisah itu. Anggap saja ia melarikan diri, memang itu kenyataannya. Bukan karna takut, Iliya hanya lelah dalam zona kisah menyedihkan miliknya.
Tangannya di tarik kasar ke belakang, hingga ia kembali berhadapan dengan musih bebuyutannya itu. Entah apa yang Iliya lakukan hingga gadis di depannya itu selalu memusuhinya.
Siskan menatap tajam "lo itu harusnya pergi selamanya! Lo tuh gak guna! Pembunuh! Pembawa sial bagi banyak orang! Yang harusnya mati itu elo!"
Setelah mengeluarkan kemurkaannya tepat di depan Iliya. Tangan Siska gatal dan kini terangkat ingin mencakar Iliya di depannya.
Ekhem...
Suara deheman itu mengalihkan, sudut mata Siska melirik ke belakan Iliya. Tepat di sana ia menangkap sosok laki-laki usia kepala tiga tengah menatapnya. Perlahan tangannya terkepal lalu turun.
"Kamu itu calon idol, kalo sifatmu masih seperti ini, saya tidak bisa memastikan kamu untuk debut, Siska. Sekalipun musuhmu ada di depanmu, jangan sampai emosi. Penilaian bukan hanya dari kemampuan, tapi juga sifat, Siska"
"Maaf, coach" ujar Siska lirih.
"Kamu gak bersalah sama saya, minta maaf sama Iliya"
"Tapi coach..."
"Siska..."
Menghela nafas jengkel "sorry, permisi" setelah mengatakan maaf tanpa niat itu, Siska memilih pergi. Ia terlanjur kesal dan marah.
Iliya menengok, kemudian sedikit membungkuk "terima kasih" ucapnya tulus.
"Lain kali, jangan hanya diam jika kamu di ejek" menepuk pundak Iliya dua kali, Revin kemudian pergi, berjalan ke luar ruangan.
***
Terima kasih untup para readersku yang masih setia sama Trainee yang sekarang jarang up. Maapkeun
Author with luv
KAMU SEDANG MEMBACA
trainee
Teen FictionHal gila yang telah di lakukan Kiran telah membuat kehidupan Iliya semakin kacau. Mungkin satu hal yang membuatnya bahagia, keluar dari rumah mengerikan yang selama lima belas tahun di huninya. Bertemu sosok keluarga baru ketika ia menjadi Trainee...