Untuk kedua kalinya Iliya mendapat ceramah dari sosok cerewet yang sialnya adalah sahabat satu-satunya. Itu karena Iliya meninggalkan Kiran di kantin siang tadi.
Diam, mengangguk, menggeleng, berdehem, hanya itulah yang Iliya lakukan sejak ia keluar dari kelasnya menuju gerbang sekolah.
"Gue anterin, ya?" Kiran terus saja memaksa Iliya untuk mengantar gadis itu pulang kerumah.
Iliya menggeleng "gue pulang sendiri aja" sahut Iliya sambila menoleh ke kanan dan ke kiri mencari kendaraan umum yang lewat.
Kiran mengusap lelehan keringat di dahinya "ayolah, Cha. Ini tuh panas banget, ntar kalo lo pingsan, gue dah pulang, siapa yang nolongin, bego!"
Iliya menoleh pada Kiran di sampingnya "tenang aja, gak ada sejarah tuh, seorang Iliya pingsan" Iliya terkekeh kecil.
"Tapi Cha..." belum selesai Kiran mengucapkan kata-katanya, sebuah mobil hitam berhenti di depan Iliya dan Kiran.
"Nah, tuh dah di jemput" cepat-cepat Iliya mendorong Kiran ke arah mobil itu "sekarang lo masuk, pulang, hati-hati" Iliya membukakan pintu mobil itu lalu segera mendorong Kiran masuk ke dalam dan menutupnya.
Terdengar teriakan Kiran memanggil nama Iliya. Iliya hanya terkekeh karena ulah sahabatnya itu.
Di bawah terik matahari, sesekali Iliya mengusap lelehan keringat yang mengalir di dahinya. Sebenarnya ada supir pribadi untuk Iliya, tapi biasanya bundanya yang membawa, jadi lebih baik ia menggunakan angkutan umum. Toh, ia lebih senang menaiki angkutan umum dan sama-sama sampai rumah, kan.
Tin...tin...
Sebuah mobil sewarna awan itu berhenti tepat di hadalan Iliya. Mengeryit heran, untuk apa mibil itu berhenti di hadapannya.
Mata bulat Iliya semakin membulat saat kaca mobil di turunkan.
"Butuh tumpangan, princess?" Tanya sang pengemudi mobil.
"Bang Rasya!" Iliya memekik senang dan langsung berhambur ke pelukan sesosok pemuda yang baru saja turun dari mobil seputih awan itu.
Rasya hanya terkekeh melihat kelakuan adik satu-satunya yang sangat merindukannya. Melanjutkan kuliah S2 di London, Rasya Haidar Jefrico itu terpaksa meninggalkan adik kecilnya itu.
"Udah, ah. Masa peluk-peluk terus? Nggak malu dilihatin banyak orang?" Iliya hanya menggeleng di pelukan sang kakak.
"Abang jahat tau! Nggak pernah pulang"
Rasya kembali terkekeh, merenggangkan pelukan lalu menatap sang adik sayang "maafin abang, ya? Sebagai permintaan maaf sekarang kita jalan-jalan"
Mata Iliya berbinar mendengar perkataan kakak semata wayangnya itu.
"Ayo!" Rasya membukakan pintu mobil untuk Iliya "silakan princess" Iliya terkikik melihat kelakuan Rasya.
Rasya memutari mobil dan masuk ke kursi kemudi. Perlahan mobil melaju membelah jalanan kota.
"Ini mobil siapa, bang?" Tanya Iliya.
"Mobil Bisma"
"Kok abang bawa si?"
"Biarin, abis dia abang suruh buat kejutan buat kamu dia gak mau, yaudah mobilnya abang bawa" jelas Rasya.
"Bang, papah?" Rasya menoleh, raut mukanya berubah muram mendengar pertanyaan adiknya.
Kembali fokus pada jalanan "papah masih sibuk, kamu yang sabar, ya" Rasya tersenyum pada adik kecilnya yang masih menatap penuh harap pada kakaknya itu.
Bagai menelan pil pahit, Iliya mengangguk menerima kabar yang tak pernah diinginkannya. Memandang jendela mobil Iliya hanya diam merenungi apa yang terjadi padanya.
###
"Mamah...!"
Dug...
"Awh..." Kiran mengerang kesakitan saat tak sengaja kainya menabrak sofa.
"Sayang... hati-hati dong, jangan lari-lari, sekarang sakit kan" mamahnya membawa Kiran duduk di sofa "ngapain sih lari-larian kayak tadi?"
Masih mengusap kakinya yang sakit "tadi papah ke sekolah" cicit Kiran.
"Ngapain? Kamu buat ulah, ya?" Tuduh mamah Kiran.
"Enak aja!" Kata Kiran tak terima.
"Lah terus ngapain?"
"Nganterin surat pengumuman hasil audisi kemarin" jelas Kiran.
Mamah Kiran tampak mengerut heran "biasanya nyuruh om kamu, kok tumben mau ngurusin hal kecil kayak gini? Udah gak sayang sama kantornya?" Kiran hanya menggeleng mendengar ocehan mamahnya.
"Terus tadi ketemu..."
Ting...tong...
Bel rumah Kiran berbunyi, mengitrupsikan Kiran menengok ke arah pintu. Berdiri gadis cantik dengan anggunnya.
"Nak Shakira, ayo masuk" mamah Kiran menyambut dengan ramah. Gadis yang di panggil Shakira itu segera masuk dengan sopan.
"Sini kak, duduk" Kiran menarik tangan Shakira hingga duduk di sebelahnya.
"Tante buatin minum dulu, ya?" Mamah Kiran segera beranjak menuju dapur.
"Ada pr gak, Ran?" Tanya Shakira.
Kiran berpikir sejenak "Fisika sama bahasa Indonesia"
"Yaudah ayo di kerjain" gadis yang berperan sebagai guru privat Kiran itu segera mengajak Kiran untuk memulai sesi belajarnya.
"Kak Sha, besok ada trainee baru lho" celetuk Kiran "sahabat Rana ada yang ikut, tapi gak tau jadi apa enggak" lanjutnya.
"Jadi rumor itu bener?" Tanya Shakira.
"Iyalah, Kak"
"Kirana GANTI BAJU DULU!" teriak sang mamah saat kembali sambil membawa nampan berisikan minuman dan camilan. Sedang yang diteriaki telah kabur menuju kamarnya.
Di tempatnya Shakira terdiam, mencerna kalimat yang di lontarkan Kiran. Persaingan semakin ketat, ia harus berusaha dua kali lebih keras. Pertambahan jumlah trainee menjadi ancaman yang mengharuskannya harus ekstra bekerja keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
trainee
Teen FictionHal gila yang telah di lakukan Kiran telah membuat kehidupan Iliya semakin kacau. Mungkin satu hal yang membuatnya bahagia, keluar dari rumah mengerikan yang selama lima belas tahun di huninya. Bertemu sosok keluarga baru ketika ia menjadi Trainee...