"Mine?" Tanya Iliya menatap Rigel, sebelah tangannya memegang cincin yang di jadikan bandul kalung.
"Ya"
Iliya menatap Rigel heran. Ia pikir saat Rigel mengatakan jika cincin itu sepasang, maka pasangannya adalah milik tunangannya, atau paling tidak milik pacarnya. Tapi kenapa sekarang cincin itu miliknya?
"Seperti yang lo tahu, mamih sahabatan sama nyokap lo, itu karena nenek lo juga sahabatan sama nenek gue. Cincin yang ada di elo itu dulunya punya nenek lo" jelas Rigel.
Sekali lagi Iliya menatap cincin itu. Sederhana namun indah. Itu milik neneknya, wanita yang tak pernah ia temui sejak ia di lahirkan. Dan sekarang neneknya harus pergi karena dirinya, ia yang menyebabkan neneknya pergi dan tak kembali.
Iliya menggenggam bandul kalung itu. Matanya terpejam mencoba menekan lelehan air dari matanya sekaligu mencoba menata hatinya. Tak lama, hanya beberapa saat.
Melihat kening Iliya yang berkerut tajam, Rigel hanya diam. Ia cukup faham gadis itu merindukan neneknya. Hanya saja mungkin Iliya tak ingin lagi terlihat menangis di hadapan Rigel.
Iliya kembali menatap Rigel "pasti ada alasan kenapa nenek gue beli cincin ini"
"Seperti para nenek kebanyakan, punya sahabat dan ingin merekatkan hubungan" jawab Rigel tenang.
Iliya kembali bungkam, ia tampak berfikir sejenak.
"Kenapa harus gue? Kenapa bukan kak Ares ataupun Kirana? Gue punya kakak cowok"
"Lo pasti denger desas-desus tentang bang Ares itu anak angkat, itu bener karena mamih dulu susah punya anak, jadi gak mungkin. Lagian nenek gue yang ngasih cincin ini langsung ke gue" lagi-lagi lelaki itu menjawab dengan emteng pertanyaan Iliya, ia tampak begitu tenang.
"Btw, nih!" Rigel memberikan ponsel berwarna hitam itu pada Iliya dan langsung saja Iliya raih "dan, ekhem... soal cincinnya di jalanin aja dulu" katanya agak ragu.
Setelah menyimpan ponsel miliknya, Iliya mendongak menatap Rigel. Ia ingin mendengar jawaban lebih jelas lagi dan lebih rinci tentang cincin yang kini ia kenakan menjadi bandul kalung.
Mendapati tatapan demikian malah membuat Rigel semakin kikuk saja "ya... kita jalanin aja dulu buat nyenengin nenek gue dan nenek lo yang di sana"
Iliya sedikit memicing menatap Rigel. Bagaimana lelaki itu tahu? Ah! Iliya baru ingat jika nenek Rigel adalah sahabat neneknya.
"Jadi tolong jangan kecewain mereka. Lo boleh mundur kalo elo merasa gak nyaman" lanjut jelasnya.
Iliya masih menatap Rigel, begitupun lelaki itu. Ada tatapn yang tak Iliya mengerti pada sorot mata Rigel padanya.
***
Mobil hitam mengkilap itu baru saja berhenti, terparkir mulus di depan gedung dorm. Iliya keluar dari sana dan juga Rigel yang keluar dari kursi kemudi.
Setelah perdebatan panjang Iliya dan tentu saja Rigel, akhirnya Iliya di kembalikan ke dorm. Dengan sedikit terpaksa lelaki itu mengantar Iliya. Tak hanya Rigel yang tak ingin Iliya kembali ke dorm, tapi juga Retha dan Kirana. Bahkan mamih Rigel itu merajuk saat Iliya mengatakan ia ingin kembali ke dorm.
"Maka..."
"Gue anter sampe depan pintu"
Ucapan Iliya di potong begitu saja oleh Rigel yang kini telah melenggang lebih dulu memasuki gedung. Aneh pikir Iliya. Sebenarnya Rigel itu siapa? Tentu saja kakak Kirana. Tapi kenapa sekarang lelaki itu menjadi sangat aneh? Sejak lelaki itu keluar dari kamarnya apa Rigel terbentur sesuatu? Hingga membuat lelaki itu sangat aneh, tak seperti Rigel yang Iliya tahu dulu. Bahkan sekarang Iliya hanya mampu menatap punggung Rigel dengan tatapan aneh.
Mendadak Rigel berhenti saat akan memasuki lift, hingga membuat Iliya keheranan. Ia mndongak saat Rigel menoleh padanya.
"Jangan di belakang, kayak buntut" cibirnya.
Iliya hanya diam sambil mendengus kesal dan kemudian berjalan ke samping lelaki itu. Benar kan kalau Rigel mendadak aneh? Siang tadi saat ia masih di rumah Rigel, lelaki itu agak tak senang dengan kepergiannya. Dan sekarang lelaki itu ingin mengantarnya hingga depan pintu dormnya. Dan detik ini juga lelaki itu terlihat aneh. Menurut Iliya dulu Rigel termasuk orang yang masa bodoan. Lama-lama Iliya pusing hanya karena karena lelaki satu itu.
Rigel maupun Iliya berjalan dalam diam hingga sampai di depan pintu dorm. Iliya dengan kebingungannya terhadap Rigel dan Rigel yang merasa biasa saja dan terus berjalan, ia seperti pemandu saja. Tak heran jika Rigel tahu dorm Iliya, secara ia adalah putra pemilik agensi, semua yang ada dalam agensi Rigel ketahui, termasuk tentang Iliya. Dan satu fakta baru yang Iliya tahu hari ini, Rigel sudah bekerja, bukan bekerja lebih tepatnya membantu sang ayah. Rigel bilang ayahnnya ingin ia dapat menjadi pemimpin yang baik, anggap saja sebagai masa Rigel beradaptasi.
Tak terasa keduanya telah sampai di depan pintu dorm dengan kebungkaman. Iliya dan Rigel kompak berhenti.
Iliya menghadap Rigel dan mendongak menatapnya "makasih, gue... masuk dulu" pamit Iliya sesaat setelah Rigel mengangguk.
Saat Iliya baru saja menekan tuas pintu, tapi belum di buka lebar-lebar ia kembali menoleh pada lelaki yang masih berdiri di tempatnya.
"Kak..., lo agak aneh" ucapnya pada Rigel, mengatakan apa yang di rasakannya sejak tadi. Perlahan Iliya masuk hingga pintu kembali tertutup, Rigel masih ada di sana, tampak sejenak berfikir. Ia menghela nafas lalu berbalik meninggalkan tempat itu.
***
Keina, gadis itu menghembuskan nafasnya, jelas terdengar kalau ia saat ini sedang lelah. Biasanya saat sedang libur latihan ia akan mengobrol dengan Iliya. Entah itu tentang kegiatannya di sekolah, curhat, tentang kpop idol yang ia sukai ataupun berlatih dance dengan Iliya. Bukan tanpa alasan ia memilih Iliya, gadis itu selalu mendengarkan setiap ceritanya dan sangat nyambung dengannya. Di bandingkan dengan Jo atau Cleo, dua orang itu selalu mengejeknya jadi ia sebal sendiri. Jika dengan Shakira, ia kadang-kadang mengingat jadwal trainee tertua itu sibuk menjadi guru les, jadi ia merasa senang dengan kehadiran Iliya yang tak banyak omong dan tak pernah mengejeknya. Apalagi Iliya seumurannya, jadi nyambung saat di aj bicara.
Ceklek...
Suara pintu yang di buka membuatnya menoleh, mengalihkan pandangannya dari televisi di depannya. Ia menatap pintu yang di buka dari luar, tapi hingga beberapa saat pintu itu tak segera terbuka lebar dan tak ada yang masuk. Cukup membuat Keina heran sendiri, begitupun Jo, Cleo, dan Shakira yang ikut menatap pintu. Apa pintunya rusak? Tanyanya dalam hati.
Dan tak lama pintu terbuka, ada satu sosok gadis dengan kaos kebesaran masuk.
"Ily pulang"
Mata Keina melebar saat mengetahui gadis itu telah pulang. Langsung saja ia melompat dan menerjang Iliya yang baru saja masuk. Mendapat serangan mendadak seperti itu, Iliya hanya diam, sangat terkejut.
"Kembaran gue dari mana, sih?!"
***
Untuk kedepan author gak janji bisa update cepet, soalnya author lagi kena flu dan itu gak enak T_T
Semoga kalian sehat-sehat aja ya...
Author with luv...
KAMU SEDANG MEMBACA
trainee
Teen FictionHal gila yang telah di lakukan Kiran telah membuat kehidupan Iliya semakin kacau. Mungkin satu hal yang membuatnya bahagia, keluar dari rumah mengerikan yang selama lima belas tahun di huninya. Bertemu sosok keluarga baru ketika ia menjadi Trainee...