[Epilog : Beast]

976 144 20
                                    

Seharusnya Beast membunuh Asmodeus. Pria itu sama buruknya dengan penyihir yang pernah memotong sayapnya.

Seharusnya, Beast mencungkil kedua matanya, menghantamkan kepalanya ke lantai, mematahkan kedua tangan dan kakinya. Dan kalau ada sisa-sisa dari tubuh pria itu, Beast seharusnya mengumpannya pada makhluk-makhluk kuno di sekitar laut Bara Cierna. Dia akan memastikan Asmodeus merasakan semua itu dalam bentuk halusinasi paling mengerikan dalam hidupnya.

Namun Beast tak melakukannya. Setelah melihat tulang-belulang yang setengah hancur itu, Beast tahu pria itu cuma ingin kehidupannya kembali. Terlebih lagi, Beast tak ingin Cassidy menganggapnya sebagai makhluk mengerikan yang tak punya nurani. Maka dia memberi Asmodeus halusinasi dalam bentuk lain; sesuatu yang bisa menentramkan jiwa pria itu, terlepas dari semua perbuatan jahatnya.

Sekarang, semuanya berjalan normal. Tak ada apa pun yang terjadi selama beberapa bulan dan hal tersebut terkesan aneh bagi Beast, mengingat dia dan Cassie mengalami banyak hal dalam satu musim panas. Omong-omong, gadis itu kembali sibuk dengan rutinitasnya. Kali ini tak ada Dante atau Ben yang melatih Cassie. Dia ikut latihan dengan siswa lainnya dan tidak dikhususkan lagi.

Beast bisa melihat betapa keras Cassie pada dirinya sendiri. Gadis itu belajar hingga larut, membaca buku lebih banyak dari yang lain, dan bangun pagi buta untuk latihan. Setelah setengah bulan, Cassie sudah tak tersengal-sengal saat berlari satu putaran penuh mengelilingi kandang naga.

Begitu gadis itu bilang bahwa dia akan berusaha keras agar mereka bisa lulus lebih cepat, dia tidak mengada-ada.

"Memikirkan sesuatu?" Suara Cassie menyadarkannya. Gadis itu sibuk membaca buku sejak setengah jam yang lalu. Akhirnya dia mengangkat kepalanya dan bicara pada Beast. "Kau kelihatan serius sekali."

"Tidak ada," Beast menjawab pelan. "Cuma mengingat beberapa hal."

Cassidy menutup bukunya. "Well, apa yang sedang kau pikirkan?"

"Asmodeus," jawab Beast, tanpa berniat menutup-nutupi. "Bagaimana pendapatmu kalau waktu itu aku memberinya halusinasi yang kejam sampai dia memilih membunuh dirinya sendiri?"

Mendengar hal tersebut, Beast bisa melihat senyum samar di wajah Cassidy. "Sejujurnya, aku bakal takut melihat apa pun yang bakal terjadi pada Asmodeus kalau kau benar-benar memberinya halusinasi yang kejam." Dia berhenti sejenak, tampak memikirkan sesuatu.

Cassidy melanjutkan, "Tapi, kalau aku ada di posisimu saat itu, aku akan membuatnya berhalusinasi sampai dia mencungkil matanya, atau membuatnya mematahkan tangan dan kakinya sendiri. Akan kuhancurkan dia sedemikian rupa dan kalau masih ada sisa darinya, akan kuumpankan pada monster-monster laut di sekitar Bara Cierna."

"Wah, aku tidak menyangka kita punya pikiran yang sama."

"Semirip itukah?"

"Lumayan." Beast menyandarkan kepalanya di dekat Cassidy, membiarkan sang penunggang memberinya garukan di dekat telinga. Seumur hidup, Beast tidak pernah mengira akan bertemu dengan penunggang yang begitu mirip dengannya.

"Hei, kenapa kau memberiku halusinasi yang amat buruk saat kita bertemu sementara kau bisa saja membuatku melihat sesuatu yang baik?" Cassie menggerutu.

"Ah, supaya kau tahu saja seberapa mengerikan halusinasi yang ditimbulkan oleh naga iltas," jawab Beast. "Yang kau lihat masih bukan apa-apa."

"Kau jahat sekali."

"Terima kasih."

"Itu bukan pujian, dasar aneh," balas Cassie. Beast mengabaikan penunggangnya, memutuskan untuk tidur siang selagi matahari menyinarinya dan selagi Cassie menggaruk kepalanya, membuatnya semakin nyaman untuk terlelap. Beast yakin, sementara dirinya tidur, Cassie akan kembali berkutat dengan buku pelajaran.

Mungkin waktu yang akan mereka lalui di Matumaini masih panjang. Barangkali masalah demi masalah akan datang. Tapi, mereka akan melaluinya bersama.

*

In a moment when death meant to bring me away

She came like a ray of sunshine on a dark day

She didn't know me at that day

But still, she saved me anyway

The moment I realized

That we were connected

It felt strange yet wonderful

Finally, life gave me the happiness I've been dying for

A companion for life

Her beautiful soul is the lost part of me

- Beast

IltasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang