31. Kisah Baru

1.6K 110 17
                                    

****

Suasana sore menjelang maghrib di tengah kota. Karena besok sudah masuk akhir pekan, jalanan mulai ramai dengan barisan mobil yang menumpuk. Seperti tumpah hari itu. Adi melirik jam tangan hitam miliknya di pergelangan kiri. Sudah hampir maghrib tapi mobilnya masih terjebak rayapan mobil-mobil lain.

Pria itu berdecih kesal. Ia sengaja pamit pulang lebih dulu dari kantor. Mampir ke toko kue dan beberapa tempat lain sebelum pulang ke rumah. Hari ini, adalah hari spesial.

Adi melirik jok kemudi sebelahnya yang kosong. Ada setumpuk bunga mawar yang dirangkai dengan baik dalam bentuk bucket besar. Di sebelahnya lagi, kantong kresek putih berisi kue yang sengaja ia pesan jauh-jauh hari. Astagfirullah, melihatnya saja Adi tak sabar ingin segera kembali ke rumah.

Hari ini, Nadia -istrinya- berulang tahun yang ke 24. Dia pasti akan senang dengan kejutan manis yang ia siapkan. Adi menyetir mobilnya sedikit lebih cepat begitu macet terurai. Sebelum maghrib, ia harusnya sudah sampai di rumah.

****

Nadia mendapat pesan dari Adi yang katanya sudah dalam perjalanan pulang. Ia duduk di depan meja makan sambil memandangi hidangan yang sudah tersedia di atas meja. Hari ini adalah hari ulang tahunnya dan ini kali pertama ia merayakan ulang tahun bersama suaminya setelah 4 bulan menikah. Nadia tersenyum simpul merasakan pipi kanan dan kirinya memanas. Ia mengukup tangan lalu menggosoknya pelan untuk meredakan panas.

Sejak menikah dan memutuskan tinggal terpisah, Nadia tidak lagi bekerja bersama Adi di kantornya semula. Pria itu sebenarnya tidak melarang kalau memang Nadia masih ingin bekerja, tapi juga tidak memaksanya. Alhasil, Nadia hanya ikut beberapa komunitas sosial di sekitar kompleks. Kegiatannya dipenuhi dengan bakti sosial. Pernah sekali, Adi menawarkannya mendaftar di salah satu perusahaan anak dari kantornya yang dulu. Tapi Nadia terlanjur nyaman dengan rumah dan kegiatan sehari-harinya. Mungkin nanti, itu bisa ia pikirkan lagi.

Nadia tersenyum mendapat ucapan selamat ulang tahun dari Dila lewat pesan singkat. Sahabatnya yang rutin berkunjung setiap hari minggu untuk sekedar dimintai bantuan untuk membuat proposal atau sejenisnya. Katanya, Dila juga mulai serius dengan pacarnya sekarang. Itu sih yang Nadia dengar dari Dila setiap kali datang bercerita.

"Assalamualaikum."

Nadia menoleh terkejut. Ia berdiri dari duduknya dan mendapati Adi sudah muncul di depan pintu yang memisahkan dapur dengan ruangan lain.

"Waalaikumussalam. Mas kok pulang nggak kedengeran?" Nadia menghampiri Adi. Mengulur tangan untuk mencium tangannya.

"Kamu yang melamun." godanya. "Mikirin apa sih?"

"Ah, nggak." Nadia berdalih sambil menyalami tangan Adi. Membantu membawakan tas jinjing pria itu. Nadia menoleh antusias ke arah ruang tengah yang jaraknya dekat dengan meja makan. Di atas meja, ia melihat tumpukan bunga mawar.

"Itu?" Nadia menunjuknya sumringah. Menatap Adi berbinar-binar tapi belum menyambanginya.

"Selamat Ulang Tahun, Istriku sayang." katanya sambil menarik Nadia dalam pelukan singkat yang hangat. Ditambah kecupan lembut di ubun-ubun Nadia yang terhalang kerudung.

"Makasih mas. Aku terharu." Nadia masih melesakkan kepalanya dengan nyaman di pelukan suaminya. Ia ingin menangis saking bahagia, tapi tidak berani karena malu.

"Bismillah, ayo terus mencintai karena Allah juga Maha Mencintai."

Adi merenggangkan pelukan. Lalu tersenyum menggiring wanitanya ke ruang tengah tempat semua hadiahnya ia siapkan.

Untuk DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang