****
"Selamat Ulang Tahun, Mama."
Seorang anak perempuan berusia 10 tahun merangkul leher Nadia dari samping. Gadis kecil itu tak berhenti menciumi pipi Nadia yang tergelak bahagia.
"Makasih, Sayang." Nadia meraih tubuh kecilnya. Memeluk gadis kecil itu erat sambil sesekali mengecup pipinya gemas. Setelah menggendongnya sekilas, ia menurunkan tubuh anak itu.
"Selamat Ulang Tahun, Nduk." Sarah ikut menyahut membawakan sebuah kue cokelat berhias lilin angka 28 yang menyala. Nadia tersenyum haru. Beralih memeluk tubuh Sarah sebelum meniup habis lilin itu.
"Makasih, Ibu."
Sarah tersenyum haru. Meminta menantu dan cucunya duduk di meja makan dan memotong kue bersama-sama.
"Tunggu ateu, Ma." Alesha, gadis kecil yang setahun terakhir ini tinggal bersama Nadia dan Sarah setelah hak asuh anak ia dapatkan secara resmi.
"Dania mau kesini?" Nadia malah menoleh Sarah. Bertanya pada mertuanya.
"Tadi sih telpon lagi di jalan. Katanya mau ikut merayakan juga."
Nadia mengangguk. Meminta Alesha duduk di pangkuannya. Alesha mengangguk mengikuti, duduk di pangkuan Nadia yang tengah membetulkan ikat rambutnya yang melorot.
"Sore ini kita main ke rumah Papa, ya." Nadia asik membetulkan poni puterinya. Menatanya beberapa bagian.
Sarah tersenyum haru, kemudian pamit mengambil minum di dapur. Diam-diam, ia menyerka air mata selama perjalanan menuju dapur. Sudah setahun sejak kepergian Adi. Kedatangan Alesha ke rumah ini memang menjadi obat bagi kesedihannya maupun Nadia. Ia bersyukur Nadia masih setulus itu mencintai puteranya. Begitu ia limpahkan kasih sayangnya pada Alesha. Gadis kecil pilihan Adi tepat sebelum pergi.
"Assalamualaikum, Teh."
Terdengar suara Dania dari arah ruang tamu. Nadia yang tengah membetulkan rambut Alesha tak sempat berdiri. Hanya menoleh memberi sambutan.
"Waalaikumussalam," sahutnya dibarengi Alesha.
Dania muncul dari ruang tamu. Membawa sebuah plastik besar dan rantang panjang di tangan kanan dan kiri. Alesha yang berada di pangkuan Nadia memilih turun. Menghampiri Dania dan menawari beberapa bantuan.
"Sini, teu," pintanya.
Dania memberikan rantang dengan senang hati untuk dibawakan Alesha. Kemudian menghampiri Nadia dan memberi salam.
"Sendiri?" Nadia menyalami tangan Dania. Menoleh ke belakang Dania. Maksudnya mencari Diana. Biasanya Diana juga akan datang.
"Nggak sama ibu. Ibu lagi ada urusan di Kecamatan. Sore nyusul ceuna." Dania meletakkan kantong plastik berisi belanjaan. "Ehh lagi tiup lilin, ya. Udah aku bilang tunggu aku, Teh."
"Halah, cuma tiup lilin, kok. Yang pentingkan doanya."
Sarah muncul dari dapur. Membawa segelas minuman di tangannya. "Eh, Dania toh. Kapan datang, Nduk?"
"Baru pisan, Bu." Dania menghampiri Sarah dan menyalaminya hormat.
"Bawa apaan itu?" Sarah tertarik dengan kantong plastik dan rantang bawaan Dania.
"Itu dibawain Ibu dari rumah, Bu. Ibu abis bikin opak banyak banget." Dania terkekeh. Menunjuk kantong plastik besar.
Nadia berdiri. Bersiap memeriksa kantong yang sama.
"Teh, punten ambilin satu barang lagi di motor." Dania menunjuk ke sembarang arah.
"Masih ada?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Dia
Romance[TAHAP REVISI] Nadia kira sudah bahagia dengan pernikahannya. Belum genap setahun, suaminya divonis penyakit langka dan kehilangan banyak jati diri. Satu fakta yang Nadia tahu, suaminya menceraikannya. Melepasnya kepada pria lain. Mengatasnamakan ke...