Bagian 49

118K 3.9K 235
                                    

🏵️🏵️🏵️

      Hari sudah berganti menjadi gelap, bahkan rasanya sangat gelap ketika langit London pun tertutup oleh awan hitam yang menggumpal, suara gemuruh kilatan petir menyambat bersamaan dengan datangnya hujan yang lebat.

Jam masih menunjukan pukul 8.35 Pm dan kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang pun masih banyak. Tak perduli hujan deras ataupun petir menyambar, karna itu tidak akan ada yang bisa menghentikan manusia dengan aktivitas nya.

Sedangkan ditempat lain, dengan suasana yang sama tempat yang berbeda.

Mobil berlogo kuda dengan warna mobil yang senada dengan pengemudinya yaitu hitam.

Kedua mobil tersebut terlihat memasuki paviliun sederhana namun di jaga dengan ketat. Rumah ini jauh dari suasana kota dan sepi, hanya ada bangunan ini saja yang berdiri disini yang lainnya hanya pepohonan yang rindang dan semak-semak belukar.

Dengan gesitnya seseorang langsung menghampiri mobil itu dengan memegang payung ditangannya—membuka pintu dan melindungi orang yang keluar disana agar tidak terkena oleh basahnya hujan.

Semua orang dengan tampang sangar bak pembunuh bayaran telah berdiri rapih sekitar sepuluh atau lima belas orang didalam sana. Mereka menuntun Braycle memasuki ruangan bawah tanah dengan lift khusus untuk menuju ketempat tersebut.

Dominy sudah dulu ada disana ternyata. Braycle melirik kepada Dominy.

"Bawa dia kehadapan tuan!" Titah Dominy dingin.

Tidak perlu waktu lama seorang yang di inginkan Braycle telah di seret langsung kehadapan Braycle yang kini sudah duduk di kursi-nya.

Braycle menyunggingkan senyumnya melihat pria menjijikan dihadapannya itu. Tampak menyedihkan, haruskan hatinya terenguh sesaat untuk mengkasiani pria ini? Tapi sepertinya tidak, pria yang dikenal oleh Adrasteia, pria yang sangat; manis, perhatian dan sangat baik dimatanya berbeda dengan saat ini. Sisi jahat pria itu yang sedang menunjukan auranya, pria dingin dan mungkin tanpa rasa kasian sedikitpun.

Braycle sudah bersumpah dan berjanji akan melakukan apapun untuk istrinya walaupun nyawa taruhannya. Ia tak akan peduli.

"Bagaimana kabar mu disini? Apa anak buahku baik padamu?" Tanya Braycle sambil menyesap rokok nya. Wait rokok? Benar, Braycle bukanlah pria perokok ataupun pemabuk tapi percayalah ia juga terkadang melakukan hal-hal itu disaat pikirannya kalut dan bingung. Heyy.. Braycle juga seorang manusia yang memiliki ego dan nafsu, hanya saja untuk rokok. Braycle jarang karena ia tau itu tidak baik bagi tubuhnya.

"Apa kau sudah puas,Brengsek?" desis Thomas dengan nada suara yang terasa tercekat menahan sakit di dadanya.

"Jujur, aku belum puas. Kanapa kau harus memiliki penyakit seperti sekarang? Jika tidak, kemungkinan hidupmu mungkin akan lebih panjang lagi disini. Aku belum puas dengan semua ini"

"Ingatlah... walau-pun.. aku akan mati ditanganmu hari ini, aku akan menulis terlebih dahulu takdir untuk mu dimasa depan. Ak-ku tidak akan pernah jauh darimu sampai rasa sakit dan kepedihan terus mendatangi hidup mu. Bahkan mimpi mu. Putra Lois!" Thomas menggebu, rasa sakit dan emosinya membakar jantungnya—seakan membara Thomas siap jika harus bertempur malam ini. Ia tidak peduli jika ia mati hari ini asal kutukan itu datang untuk pria muda dihadapannya.

Braycle berdecak mendengar ucapan Thomas, kemudian ia bangkit dari duduknya—mendekati Thomas yang sudah di dudukan di kursi roda dengan kedua tangan dan kaki di ikat.

Braycle dengan kasar menarik dagu Thomas membuat wajahnya kini mendongak ke arah Braycle."Aku tidak akan pernah takut untuk itu, pikirkan saja apa yang akan kau tulis setelah kau tiada. Tulislah apa yang akan kau rencanakan di neraka nanti. Tapi untuk sekarang—"

SHE IS MY WIFE (Perjodohan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang