10

838 24 0
                                    

Hota mengikuti Langkah Leonar menyusuri koridor kantor, penerbangannya ke Amerika masih malam nanti, tapi pria muda tersebut masih sempat menemui klien dan menandatangani beberapa kontrak kerja dengan mereka.

" Anda belum makan siang sir, sebaiknya anda makan dulu" Hota mengingatkan karena sudah lewat jam dua siang, ia menjajari langkah Leonar menuju lift, saat pintu lift terbuka keluarlah Neira dari sana.

Mereka terdiam saling berhadapan, tidak berniat bergeser sedikitpun memberi jalan.

" Nona Neira tidak ke kantor pak bos sebentar" Hota membuat Neira mengalihkan tatapannya, wajah datarnya tidak terbaca kalau dia sebenarnya ingin berucap sesuatu pada Leonar tapi ia memilih menutup mulutnya karena kehadiran Hota disisi pria tersebut. Sedang Leonar sendiri yang mendapati raut wajah datar Neira segera melangkah memasuki lift.

"Cepatlah Hota, dia juga banyak pekerjaan" Suara berat Leonar terdengar.

Hota sedikit kebingungan, bagaimana mungkin Leonar tidak memberi waktu untuk istrinya sekedar ia berpamitan sebelum berangakat ke Amerika.

" Ah, saya pergi nona" dan akhirnya ia pamit pada Neira, memasuki lift yang hampir separuh tertutup.

Berdiri dengan perasaan tidak karuan, Hota melonggarkan dasinya tidak ingin ia merasa tercekik kalau nanti mendengar sang bos memarahinya gara-gara ia mengundang Neira keruangan sang bos tanpa izin.

" Jangan beritahu siapapun kalau aku ke Amerika termasuk mama"
Perintah Pria itu yang segera dianggukkan Hota.

" Apa anda tidak ingin menemui nona Neira dulu?"

" Aku tidak selamanya disana Hota, lagian tidak perlu ia selalu tahu aku dimana"

Hota tidak bersuara, ia mengunci rapat mulutnya, tahu kalau suasana hati sang bos tidak baik, buktinya saat meeting tadi ia bersikap begitu dingin dan detik ini mengenai istrinya seolah ia ingin menghindarinya.

---**---**,,**---

Neira menatap datar lift yang tertutup sembari membuang nafas panjang. Leonar begitu dingin hari ini, apakah prihal tadi malam ia tidak pulang kerumahnya menjadikan pria tersebut seperti itu. Ach... Setiap harinya juga seperti itu dikantor, bahkan pria tersebut sering berlalu begitu saja kalau mereka berpapasan, seolah tidak saling mengenal.

Sebuah message masuk di ponselnya, menghenyakkan Neira dari pikirannya. Selina mengajak untuk bertemu usai jam kerja hari ini.

Melirik jam yang berada dilayar ponsel, wanita ini menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kembali ia menarik nafas panjang sebelum melangkahkan kakinya ke ruang divisi keuangan, banyak hal yang harus ia kerjakan disana sebelum jam kerjanya usai.

"Neira tidak pulang?" suara pak wint terdengar ketika Neira asik berkutat dengan angka-angka di layar laptopnya, wanita ini menahan nafas menggaruk kepalanya yang tak gatal.

" Sedikit lagi pak" tidak berpaling dari monitornya, Neira terus saja mengabsen angka-angka tersebut dengan jemarinya yang bermain cepat diatas keyboard.

" Kamu harus pulang Nei, besok lagi kamu kerjakan" Pak Wint menghampiri Neira dan menepuk pundaknya ringan.

" Ayolah... Atau saya akan memarahimu" Pak Wint memaksanya. Sekilas Neira melihat pada wajah setengah baya tersebut.

" Ah, Baiklah pak. Tapi bagaimana kalau pak bos marah karena dokumen ini belum selesai?"

" Itu nanti saya yang bicara"

Ada senyum di bibir pak Wint melihat Neira mengesave pekerjaannya. Wanita ini sungguh loyal diusianya yang sangat muda dan laki-laki ini tentu sangat menyukai cara kerjanya.

TOUCH MY HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang