41

638 22 0
                                    

Bagaimana bisa Leonar mengobati luka dipunggungnya sendirian, kalau saja sebelah tangannya sembuh dalam semalam, pasti Luka itu tidak merepotkan.

Menatap Neira yang tidur disampingnya, tersembul senyuman itu dibibirnya. Persis seperti kucing kecil tertidur diperut ibunya. Menyibak selimut yang menutupi tubuh, meraih ponsel diatas nakas menghubungi Hota agar segera kerumahnya.

Setelah membersihkan badannya dikamar mandi dan mengganti celananya dengan sedikit repot, Leonar keluar kamar menuruni anak tangga dengan kemeja, jas, dasi serta obat-obatan ditangan kanannya.

Hota tersenyum menyambutnya diujung anak tangga. Ia menerima obat-obatan yang ada ditangan sang bos mengikutinya sampai kedapur.

" Anda memanggil saya ke rumah sepagi ini, apakah tidak mengganggu anda sir" Dengan bodohnya Hota melontarkan pertanyaan itu, padahal jelas ia tahu yang menyuruhnya kesini adalah pria yang meletakkan pakaiannya di kursi dan duduk dikursi lain saat ini.

" Pakaikan obat itu dipunggungku"

Dengan diam, Hota bergerak membuka penutup obat ditangannya dan menghampiri Leonar yang duduk menunggunya. Menutup rapat mulutnya ingin rasanya berkomentar kenapa dikain kasa penutup luka itu terdapat banyak darah.

Apa yang dilakukan sang bos semalam, apakah ia terlalu over untuk bergerak. Tangan Hota sudah membuka kasa penutup luka tersebut, beberapa jahitannya terlepas.

" Anda tidak merasa sakit sir" Hota sedikit memutar badannya untuk melihat expresi wajah sang bos juga reaksi tubuhnya tapi seolah tidak ada rasa sakit sedikitpun yang pria ini rasa.

Menangkap sebuah luka bekas gigi tercetak didada Leonar, Hota tersenyum miring. Apakah ada perkembangan baru mengenai hubungannya dengan Neira.

" Cepatlah Hota, aku tidak sabar ingin menyelesaikan perkerjaanku yang tertunda" Leonar menunggu dengan tidak sabar.

" Ah, harusnya anda memberitahu untuk mengensel pertemuan itu pagi ini, bagaimana anda bergerak sehingga luka anda kembali terbuka dan kenapa anda melepas kain penyangga tangan anda" Hota menahan untuk tidak bersikap frontal kalau tidak ingin mendapati expresi Leonar yang menakutkan. Padahal ingin rasanya untuk menjahili pria ini.

" cukup untuk komentarmu!" expresi pria ini sungguh dingin. Apakah tidak terjadi apapun tadi malam sehingga mood sang bos benar-benar diluar dugaan, meski Hota harus buru-buru mandi dan memakai bajunya dimobil karena panggilan yang begitu tidak disangkanya datang sepagi itu dihari minggu pula.

" Saya akan diam jika anda menjaga tubuh anda sendiri demi kebaikan selanjutnya" Hota menyelesaikan pekerjaannya dengan luka dipunggung pria dengan gestur beku ini, ia meraih kemeja sang bos dan memakaikannya. Dalam pikirannya sungguh mengeluh, apakah ia akan seperti ini terus sementara itu adalah tugas wanita yang berada disisi sang bos sebagai istrinya.

" Aku tahu batasan dari tubuhku, Hota. Mana mungkin aku tidak mengetahuinya" Leonar bangkit dan menolak dasi yang akan di ikatkan Hota pada lehernya, bukankah ia akan menghadiri meeting yang sungguh penting dua jam mulai sekarang.

Hota menatap tak sabar expresi pria dihadapannya yang menolak dasi ditangannya.

" Anda belum sarapan, dan pertemuan itu masih dua jam lagi" Hota segera menyusul langkah Leonar yang menjauhinya untuk mendapatkan mobilnya digarasi.

" Siapa yang bilang aku menghadiri pertemuan itu, jaga istriku jangan sampai dia tersentuh apapun! " Leonar memasuki mobil sport hitam itu dan meninggalkan Hota yang termangu dengan dasi masih ditangannya, apakah sang bos benar-benar seperti itu, ia menghindari pertemuan seperti saat sebelumnya. Lantas bagaimana repotnya Hota harus mengatur seseorang untuk menggantikannya menghadiri pertemuan itu walau ikatan kerjasama sudah terbangun, tapi kenapa pria tersebut dengan se-enaknya tidak memberitahunya terlebih dahulu lagi dan lagi.

Hota hampir saja berteriak frustasi kalau saja ia tidak segera sadar bahwa sekarang ia berada didepan rumah sang bos yang berada dikawasan elit tanpa gangguan, ia tidak ingin seorang satpam yang berkeliling diluar gerbang sana itu menegurnya.

--**--**--

Meraih beberapa berkas yang diulurkan, Leonar membukanya masih dengan sarung tangan elastik yang dipakainya, beberapa orang siaga diruangan yang benar-benar berantakan itu. Seorang laki-laki dengan setelan lengkap tergeletak dilantainya dengan darah mengalir dari luka tusukan didadanya.

" Bagaimana orang ini bisa mengambil milikku sebesar ini" Raut wajah Leonar begitu mencekam, ia tidak suka dengan kelicikan orang-orang itu yang mengambil apa yang dimilikinya.

" Apakah kami harus membereskan semua kekacauan ini, sir" Grifson masuk dengan sebuah pistol ditangannya, yang itu benar-benar tidak berguna untuk saat sekarang.

Mereka sudah terlambat untuk tiba dilokasi saat seseorang sudah membunuh salah seorang pegawai keuangan yang bertugas di perusahaan cabang dicina.

Bagaimanapun, kedatangan Leonar tidak membuahkan hasil yang signifikan atas usaha pak Wint. Dengan cepat tangannya meraih tombol komputer tak jauh dari dirinya berdiri.

Matanya memicing, ada lengkung disudut bibirnya.

" Bereskan! "perintahnya cepat. Ia benar-benar menemukannya disana dan dengan percaya diri ia akan menyelesaikan semua tugas pak wint. Tapi, kenapa itu sungguh mudah baginya. Apakah itu hanya sebuah jebakan untuk dirinya? Apakah penggelapan dana itu sungguh alat untuk memancing kemunculannya.

Pikirannya cepat memproses informasi dari dalam komputer yang barusan didapatkannya, huruf dan angka-angka itu terhubung begitu saja, ada kode rahasia yang ditentukannya.

Langkahnya cepat meninggalkan orang-orang yang membereskan ruangan tersebut. Ia memesan tiket pesawat untuk kembali ke Indonesia setelah kemarin ia mengirim kembali pak Wint dengan tiket pesawat bisnis terawal diharinya.

Bagaimana mungkin membahayakan nyawa orang-orang yang berharga untuknya, walaupun mereka adalah orang dengan kemampuan pilihan dari sekian banyak yang berada dalam pihaknya.

Sebuah pesan masuk begitu saja diponsenya, terasa dari getaran benda itu yang menyentaknya, kapan ia mengatur benda tersebut sehingga bisa memecah konsentrasinya.

" Apa yang terjadi? Apakah kamu sudah mengatasinya?" Hirosi, kenapa pertanyaan itu harus muncul dari sang kakak yang tidak ingin ditemuinya saat ini.

" Jangan terlalu hawatir, penyelesaian akan selalu didapatkan seorang Leison, urus saja dirimu sendiri" ketiknya cepat sebelum tangannya menekan tombol kirim. Ia menyebut marga ibunya yang bertengger dibelakang namanya.

Sejak kapan Hirosi ingin mencampuri persoalannya? Kenapa ia begitu cepat tahu bahwa dirinya sedang berada di cina sekarang.

Apakah semua ini ada hubungannya dengan mafia-mafia itu, padahal ia masih menjaga hubungan baik dengan mereka meski yang di inginkan Leonar hanyalah hidup sebagaimana mestinya.

Tapi ciri khas penggelapan dana tersebut membuatnya tidak begitu merasa terancam dan pada akhirnya menjadikan dirinya menemukan hal lain.

Tbc........

TOUCH MY HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang