5

1K 32 0
                                    

Kenapa dengannya?? Apa yang terjadi dengan Neira hari ini? Tidak seperti biasa wajah itu menyimpan sedih.
Wanitanya itu biasanya sungguh tangguh, tapi apa yang terjadi siang tadi dengannya? Apakah sungguh karena keteledorannya sendiri sehingga kakinya cedera hampir parah.

Leonar menutupi tubuh Neira dengan selimut, wajah yang tertidur itu sedikit pucat dan bening mengalir dari matanya yang terpejam. Leonar menyusutnya perlahan dengan ibu jarinya dan menangkup sebelah pipinya sebentar, sesakit apapun itu pasti Neira masih bisa tersenyum, tapi hari ini ada apa dengannya??

Apakah karena kakinya yang terkilir sehingga Neira mau pulang kerumah Leonar, ia juga memeluk Leonar erat saat pria itu menggendongnya kekamar, bahkan ia menangis keras saat kakinya dipijat.

Leonar mendesah panjang, mengalihkan pandangannya dari wajah cantik itu, bangkit melepas jas putihnya.

" Ach, Shiit!..." Umpatnya menyadari lipstik merah menempel di pundak jas itu, Neira pasti melihatnya tadi, apa karena ini? Ach, tidak mungkin. Leonar yakin bukan itu yang membuat Neira menangis sedih. Bukankah wanita itu tidak menyukainya karena kata-kata Leonar tentang pernikahan mereka yang hanya sebuah permainan belaka. Bahkan mungkin wanita itu sungguh membencinya sehingga ia tidak pernah ingin tinggal satu rumah dengannya.

Setelah menaruh jasnya di bak cucian, pria ini keluar kamar menuju ruang kerjanya, agak lama ia menelfon seseorang dan memutuskan kembali ke kamarnya membawa sebagian pekerjaannya kesana, mengerjakannya disofa dekat balkon kamar hingga tak terasa matanya terlelap disana.

---**---**,,**---

Mata coklat Neira mengerjab melihat senyum mama Anggela di depannya, wanita paruh baya itu sungguh cantik dengan kuncir rambutnya, ia tidak bisa berkata saat wanita itu menyuapinya di pembaringan milik Leonar. Wanita ini tidak membiarkan menantunya untuk turun dari sana.

"Leo...Harusnya kamu bisa menjaganya, tidak membuatnya sampai seperti ini"

Leonar yang baru keluar dari kamar mandi sejenak terdiam menyadari kehadiran sang mama dikamarnya. Bukankah tadi mama Anggela baru datang lantas darimana makanan itu berasal.

Sejak kapan mama Anggela memasuki kamarnya. Pria ini memandang pada Neira yang masih mengunyah makanannya seolah bertanya apakah mama Anggela tahu kalau kaki Neira terkilir.

" Mama kemaren telfon ke kantor, Hota bilang kamu sudah pulang untuk menemani istrimu, katanya kaki istrimu terkilir. Beruntung mama sengaja membawa makanan dari rumah, persediaan di kulkas tidak layak untuk dibuat makanan"

mama Anggela mengulurkan segelas air pada Neira, wanita ini termangu sebentar melihat selimut dan bantal yang berada di sofa, apakah mereka bertengkar sehingga tidur terpisah, pikir mama Anggela dalam diam.

Leonar mengacak rambutnya yang basah, lagi-lagi Hota yang memberitahu mama Anggela, harusnya ia tidak sejujur itu pada mamanya. Untung saja yang dibukanya hanya kulkas yang cuma berisi roti isi sayur beku dan air mineral. Kalau saja mama Anggela tahu bahwa Neira tidak tinggal bersamanya, wanita ini tidak akan tinggal diam saja.

" Oh, ya..Hota juga mengatakan kalau dua hari nanti kamu mau ke Cina, jadi mama akan menjaga Neira untukmu"

Apa??? Leonar dan Neira saling bertatapan sekilas, apa jadinya kalau Neira bersama sang mama dua hari kedepan.

Ada lengkung samar dibibir Leonar, setidaknya mama akan akrab dengan Neira, atau mungkin mereka berdua akan berbelanja bersama.

Dengan santai Leonar menyisir rambutnya, memakai dasi dan jasnya.

Sejak pernikahan itu mama Anggela tidak pernah mengirim wanita-wanita lagi ke kantor dan juga tidak pernah mengganggu kehidupannya bersama Neira, jadi mama Anggela tidak pernah tahu kalau selama ini Neira belum mau untuk pulang ke rumah. Kalaupun mama menanyakan tentang Neira, Leonar akan menjawab itu dengan alasan apapun agar mamanya tak akan mempermasalahkannya

" Ma... Kalau nanti belanja sama Neira, larang dia beli high hill ya "
Senyum Leonar masih di bibirnya.

" kenapa dilarang sih, itu kan style, aku terlihat modis kalau pakai high hill" Neira tidak peduli ada mama Anggela di kamar tersebut.

" Modis apanya! kaki gak pernah selamat itu" Celetuk Leonar membuat mama Anggela tertawa. Wanita ini meraih gelas yang sudah kosong dari tangan Neira.

" Sayang.. sebaiknya kamu turuti apa kata suamimu, berdebat dengannya tidak akan menang"

mama Anggela bangkit membawa mangkuk dan gelas keluar dari kamar walau pertanyaan menggayut dibenaknya tentang kehidupan putra bungsunya bersama menantunya.

Sepeninggal mama Anggela, Leonar menghampiri Neira dan mengacak rambutnya yang sudah tersisir rapih.

" Ach... Leo! Jangan merusaknya, nanti kusut, aku sudah menyisirnya tadi" Neira menangkap tangan Leonar yang usil, tatapan mereka beradu dalam diam. Neira buru-buru melepas tangan pria tersebut karena tatapan itu tidak dingin seperti biasanya.

" Mandilah, atau aku akan memandikanmu" Leonar beranjak ingin keluar kamar tapi, sebuah bantal terlempar mengenai tubuhnya.

" Keluarlah!" Suara Neira terdengar kesal.

" Sungguh kamu ingin aku tinggal dan memandikanmu?" Leonar tergelak sebelum hilang dibalik pintu.

Neira menurunkan kedua kakinya merasa tidak sakit lagi disana, sejenak ia termangu dan mendesah panjang kenapa harus Leonar yang berada disisinya, kenapa harus pria mengesalkan itu yang memperhatikannya, hati Neira teramat sakit jika harus menerima kenyataan kalau dia adalah suaminya.

Semakin ia berlari menjauh menghindarinya, menyangkalnya, menampiknya semakin dia merasa pedih karenanya. Adakah orang lain selain Leonar? Tapi kalaupun ada, apakah benar orang lain itu Andreas. Rasanya tidak mungkin, bukan dia lagi yang merajai hatinya sekarang.

Leonar lupa membawa pekerjaannya tadi malam dari kamar, masuk lagi ke kamar ia mendapati Neira termenung di sisi pembaringan, pria ini segera meraih tubuh Neira, menggendongnya menuju kamar mandi.

" Leo!.. turunkan aku" Suara Neira terbata, tak sadar ia melingkarkan tangannya di leher pria ini takut terjatuh.

" Kau menungguku untuk memandikanmu, atau kita mandi bersama?" Keisengan Leonar membuat Neira mencubit perutnya.

"Ash....Nei, apa kamu berniat menggodaku" Leonar menyeringai nakal. Ia menurunkan tubuh Neira di depan pintu kamar mandi dan mengurungnya dengan sebelah lengannya.

" Sebaiknya anda berangkat, pak Hota sudah menunggu di kantor" Neira mengencangkan dasi Leonar, berharap pria ini segera keluar meninggalkannya dengan pikirannya yang dari tadi kacau.

Leonar menggenggam tangan Neira menghentikannya.
" Hota akan sabar menungguku Neira, tapi aku tidak sabar menunggumu" Ada smrik mematikan tersembul di bibir Leonar.

" Dan apa kamu ingin membunuh suamimu dengan lebih mengeratkan dasi ini lagi?" Pria ini melonggarkan dasinya dengan sebelah tangannya.

Ia mencium jemari Neira yang tadi di genggamannya. Wanita ini memutar matanya dan mendengus lelah.

" Lepaskan, tidak ada mama disini, jadi berhentilah bersandiwara"

Leonar tersenyum menatap manik mata indah Istrinya, mencoba menemukan sesuatu disana. Wanita ini tetap saja kukuh dengan pikirannya kalau semuanya adalah permainan belaka.

" Jika kamu ingin, aku tidak akan berangkat ke Cina" Ada pesona yang ditemukan Leonar di mata indah Neira. Ia bahkan enggan melangkah pergi, apakah ia benar-benar sudah gila karena Neira ada di rumah.

" Leo... Apa tadi kamu salah makan? Cepat pergilah" Neira membuka pintu kamar mandi, ia sempat mendorong dada Leonar sebelum masuk kesana dan hilang di balik pintu tersebut, wanita yang unik, pikir Leonar.

" Telfon aku kalau kamu tidak nyaman bersama mama" Suara pria ini masih bisa didengar Neira dari balik pintu kamar mandi.

Leonar melangkah mengambil dokumennya yang tadi tertinggal di meja sofa. Tapi, ponsel Neira berdering nyaring, segera menghampiri ingin meraihnya tapi tangannya terhenti, diatas nakas itu sebuah panggilan dari Andreas muncul dilayar ponsel milik Neira.

Tbc................

Republish 11-06-2020

TOUCH MY HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang