Nafas itu terhempas kuat saat Neira mengurungkan suapan sesendok nasi goreng dari mulutnya, ia melihat Andreas disana, apakah Selina mengundangnya? Tapi bukankah sahabatnya ini saudaranya.
Dia tidak datang sendirian ke resto tersebut, Seorang wanita yang sangat cantik bergelayut dilengannya.
Neira meneguk minumnya, tidak ada lagi reaksi atas hatinya yang pernah kecewa tapi, tetap saja rasa itu ada, karena Selina tidak pernah menceritakan padanya kalau Andreas sudah punya penggantinya, artinya mereka pun punya status yang sama, sudah punya pasangan masing-masing.
"Nei... Kenapa tidak dimakan itu nasi, mubazir tahu... "
Selina menatap wajah Neira yang tiba-tiba murung.
"Sepertinya aku sudah kenyang Lin"
Aku Neira tak berbohong." Kamu tidak menyukainya, harusnya tadi kita tidak kesini"
Neira tersenyum, ia tidak menyalahkan Selina karena mengajaknya bertemu di tempat ini, karena resto ini cukup dekat dengan gedung GSN, tempat ia bekerja. Dan Neira tidak akan terlambat kalau harus berlama-lama untuk menghabiskan waktu istirahat siangnya.
Walaupun akhirnya di tempat ini ia tahu jawaban kenapa Andreas dulu meninggalkannya sepihak, tanpa kata, tanpa penjelasan.
" ini benar-benar enak kok Lin, cumak porsinya terlalu besar untukku"
"ah,, bilang saja takut endut" Selina menyudahi makannya.
"Aku ke toilet dulu Lin" pamit Neira beranjak dari duduknya.
"hm.. Nanti aku tunggu di parkiran ya"
Keluar dari toilet Neira ingin cepat-cepat menemui Selina tapi di depan pintu keluar seseorang menariknya membawanya ke samping gedung resto yang sepi.
"Kamu menghindariku? " Andreas memojokkannya di dinding, mata laki-laki ini berkilat menyimpan sesuatu disana.
"Andreas, apa yang kamu inginkan?"
Neira mengatur nafasnya, karena keterkejutannya tadi.
" Aku ingin kamu tidak mengabaikanku "
"Maksudmu, aku bahkan tidak mengerti? "
Andreas mengepalkan tangannya dan memukulkannya ditembok sebelah kepala Neira, membuat wanita ini mengerjab tak percaya mengetahui temperamen Andreas yang dulu tidak pernah di perlihatkan laki-laki tersebut padanya.
"Aku mencintaimu Neira, dan kamu harus kembali padaku, kamu juga tidak boleh menghindariku dengan tidak membalas pesanku atau tidak menerima telfonku"
Andreas mendekatkan wajahnya disisi leher Neira sehingga nafas laki-laki ini menerpa lehernya.
" Tidak Ndre...kamu tidak bisa memaksaku, kita sudah jalan masing-masing dan kamu sudah punya wanita itu"
Andreas mendengus, kenapa Neira harus tahu tentang wanita itu, wanita yang dijodohkan orang tuanya karena perusahaan keluarganya mengalami krisis yang parah.
Neira mendorong tubuh Andreas menjauh dari tubuhnya tapi laki-laki ini masih bergeming di posisinya.
"Jangan katakan itu Neira, akan aku buat kamu disisiku"
"Kamu gila Ndre.. " dengan kuat Neira menyingkirkan lengan Andreas yang masih berada disisi kepalanya dan meninggalkan laki-laki ini.
"Neira... Dengarkan aku, aku mencintaimu aku janji akan menemukan Edy kakakmu"
Suara Andreas menorehkan luka di lubuk hati Neira, orang-orang yang disayanginya selalu saja meninggalkannya, iya meninggalkannya dalam kesendirian dan hampa, termasuk Edy dia benar-benar seolah hilang ditelan bumi tanpa kabar berita.
Walaupun orang tua mereka meninggalakan sebuah perusahaan dan beberapa aset lainnya tapi Neira tidak pernah tahu apakah perusahaan dan aset keluarganya masih ada. Karena dulu Neira hanya belajar dan belajar atau bermain dengan temannya, sahabat-sahabat orangtuanya pun ia tidak begitu jelas.
Setelah orang tuanya meninggal dan Edy tanpa kabar Neira harus menghidupi dirinya sendiri dan membiasakan untuk tidak hidup glamor.
"Lin.. Aku balik dulu ya, atasanku menelfon menyuruhku segera kembali, trimakasih atas makan siangnya" tulis wanita ini di ponselnya dan mengirimkannya pada sahabatnya.
Sendiri di taxi online, Neira menata hatinya, ia harus mulai menjalani hidupnya yang baru dan.. Ach,, status dia sekarang adalah istri orang.
Ia seolah menjalani hidup dalam mimpi setelah Leonar menikahinya tapi, apakah pria itu akan meninggalkannya seperti orang-orang yang disayanginya. Beberapa kali Neira harus mengusap wajahnya mencoba mencegah agar ia tidak mengeluarkan air mata.
Oh, tidak.. ia sudah terlambat untuk masuk kantornya, sudah lewat seperempat jam, apakah pak wint akan marah padanya.
Dengan tergesa ia meraih handle pintu ruangan divisi keuangan berniat akan membuka pintu dihadapannya
"bruk.. " pintu tiba-tiba terbuka dan keseimbangannya goyah, ia memejamkan matanya bersiap menahan sakit akibat terjatuh nanti dan rasa malu tentunya.
Merasakan seseorang memeluk pinggangnya, Neira membuka matanya menemukan tatapan dingin itu menghujamnya.
"Kamu suka menggodaku dengan caramu, tapi hatimu begitu dingin untuk mengakui itu, apakah benar kamu ini seorang wanita?" Bisik pria itu sebelum melepaskan tubuhnya.
Neira tercenung ditempatnya menyadari Leonar meninggalkannya tanpa bisa berkata apa-apa.
Menghempas nafas Neira masuk ruangan, menutupnya dan bersandar sebentar di pintu itu.
" Kamu tidak apa-apa Nei? Saya melihatnya, Dia tidak pernah seperti itu pada seorang wanita"
Pak wint mengangkat bolpennya, sementara kaca mata yang dipakainya melorot di hidungnya, laki-laki setengah baya itu membetulkannya dan kembali pada pekerjaannya, tidak menunggu bagaimana reaksi wanita muda asistennya itu menanggapi pernyataannya.
Apakah pak wint tahu sesuatu?
Neira melangkah menghempaskan tubuhnya di kursi putarnya, lama ia memandangi laki-laki tersebut.
"Ada apa Nei, Adakah Sesuatu?"
Pak wint tersenyum tak jelas, Neira menghela dan memutar bola matanya."Kerjakan pekerjaanmu, pikirkan nanti yang ada di kepalamu..Habis kerja"
Ach... Pak wint, harusnya laki-laki tersebut menyuruhnya pulang saja, sebenarnya saat ini ia ingin meringkuk di bawah selimutnya dan berlama-lama disana.
Tbc....
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH MY HEART
General FictionKata orang pernikahan adalah hal yang sakral, ikatan yang suci untuk menyatukan hati dan jiwa dua insan. Tapi apa kata Leonar membuat hati Neira benar-benar kehilangan tautan. Ia tidak ingin pulang kerumah pria itu setelah dengan seenaknya menikahi...