Menatap wajah itu, Hota meneguk ludah gelisah. Entah mengapa dia mendapatkan keganjilan dari sikap sang bos setelah menghilang untuk beberapa hari lalu dan sekarang pria tersebut tidak mau menyentuh pekerjaannya sama sekali.
" Apakah anda ingin menghilang lagi, sir.. Katakanlah! Seandainya benar anda ingin meninggalkan pekerjaan disini sementara waktu, agar saya tidak terlalu pusing untuk mengatur jadwal keberadaan anda di sini" Hota bertengger didepan Leonar ingin memastikan.
Pria yang duduk dengan mengetuk-ngetukkan jemari di sofa tersebut mengangkat wajahnya menatap tajam Hota yang sungguh sangat ingin mengintrogasinya.
" Kamu juga ingin mengatur jadwalku dan istriku untuk menghabiskan malam bersama?" Tatapan menghujam milik Leonar benar-benar membuat tubuh Hota seolah membeku dan akhirnya ambyar berkeping setelah mendengar kata-kata barusan.
" Oh, saya sungguh ikut senang kalau hubungan anda dan nona Neira sudah sejauh itu, berarti saya akan punya satu keponakan yang lucu"
Hota mencoba mencairkan ketidaknyamanan suasana diantara mereka, membenarkan posisi tubuhnya yang terkesiap canggung." Apakah yang ada dikepalamu cuma itu saja dari hubunganku dengan Neira!?" Leonar bangkit, tubuhnya siaga seolah sedang menantikan sesuatu, tatapan pria ini tertuju pada pintu ruangan yang tidak tertutup penuh.
Grifson muncul dengan Neira dibelakangnya yang terlihat cantik dengan gaun pesta malamnya. Gaun Peach berbelahan sampai lututnya itu juga tak berlengan, Hota ternganga melihat kedatangan mereka. Segera pria muda ini menutup mulutnya karena tatapan tajam Leonar tertuju padanya.
" Kamu inginkan aku untuk menghilangkan penglihatanmu, Hota?" Ucapan itu membuat Hota sedikit bergeser dari tempatnya, ia mengalihkan pandangannya pada wajah Grifson yang dingin, dan mengeluh dalam hati seandainya wajah itu tergores senyum sedikit saja, ia tidak akan semakin canggung seperti ini, tapi itulah keadaannya sekarang. Ia bahkan tidak diperbolehkan menjahili pria yang nota bene bos besarnya meski rasanya ia sangat menginginkannya.
" Kamu ingin mengajakku kepesta atau ingin menjualku? Dan kenapa dia selalu mengikutiku kemanapun aku pergi?" Neira melangkah masuk dan melontarkan protesnya membuat Leonar hanya diam memandanginya dari atas sampai bawah karena kata-katanya yang terdengar frontal. Mengalihkan perhatiannya atas gestur tubuh Hota atas kehadiran wanitanya. Sementara Hota dan Grifson saling pandang seolah besepakat untuk keluar dari sana. Tidak ingin terlihat mengotori ruangan tersebut dengan keberadaan mereka, tapi tidak berani sedikitpun bergerak tanpa adanya perintah.
" Ah, baju tersebut seperti tidak cocok untukmu, siapa yang memilihkannya?" Wajah datar Leonar benar-benar menjengkelkan dipandangan Neira, padahal jelas-jelas pilihan pakaian yang berada dibutik atas rekomendasi Leonar hanya menyediakan pakaian yang lebih fulgar dari yang dipakainya saat ini. Lantas, dengan tidak bersalah pria didepannya ini mengucapkan kata-kata barusan, sungguh benar-benar membuat urat kepalanya terasa pening, kenapa harus pria tersebut yang berada disampingnya kini tidak lainnya.
Menyisihkan rambut yang terjuntai di dahinya, Leonar mengamati mimik wajah istrinya, kekesalan jelas teraut dari wajah yang tidak diinginkan jauh darinya saat ini, hati dan pikirannya sejak tadi dipenuhi rasa gelisah, tapi ia tetap bisa menutupinya dengan sikap dinginnya didepan Hota dan saat ini tentu ia benar-benar tidak ingin wanita dihadapannya menangkap kegelisahannya.
" Aku tidak ingin pergi" Neira melangkah kesisi sofa, menyambar jas milik Leonar yang dari tadi tersampir disana lantas memakainya, ia benar-benar risih dengan pandangan Hota dan Grifson, meski ia tidak jelas apakah mereka benar-benar memandanginya.
Leonar mengangkat sebelah tangannya memberi isyarat pada kedua orang yang ada diruangan tersebut untuk keluar.
" Waktu kita tidak banyak, Sir" Grifson seolah mengingatkan hal yang begitu penting sebelum ia melangkah keluar.
Setelah pintu ruangan tertutup dan menyisakan mereka berdua, Leonar mendekati Neira dan menariknya dalam rengkuhan lengannya.
" Isy...Bisakah kamu lepaskan aku, kenapa seharian ini kamu seolah ingin selalu memelukku?" Suara Neira terdengar membuat segaris senyum dibibir Leonar tersembul, entah kenapa dengan begini rasanya begitu tenang, wanita ini semakin lama seperti menghipnotisnya agar bertekuk lutut dihadapannya.
Terdengar Leonar menarik nafas panjang saat Neira mulai bergerak melepaskan dirinya.
" kamu bisa diam sebentar, sedikit lagi aku ingin seperti ini" menggenggam helaian rambut Neira tidak memperdulikan rambut yang sudah tertata itu berantakan. Leonar menghirup puncak kepala wanitanya dan memberikan sebuah ciuman disana.
" Uh, kenapa anda menciumku disana?" Protes Neira, tubuhnya bergerak kecil menyamankan posisinya, entah kenapa pria ini terlihat aneh dengan sikapnya.
Leonar mengangkat sebelah alisnya, ia begitu terhibur dan kegelisahannya sedikit berkurang dengan respon wanita ini padanya, tangannya perlahan mengangkat wajah cantik itu dan menatapnya.
" Kalau begitu, kamu memperbolehkanku untuk mencium ditempat lainnya?"
" Bukankah kamu sudah melakukannya tempo hari"
" Bagaimana kalau aku sedikit menuntut untuk menyentuhmu seperti pasangan menikah lainnya?"
Neira reflek menaruh tangannya dimulut Leonar, tidak ingin melihat senyuman itu tergaris disana yang sungguh itu membuatnya selalu kesal dan ingin memukul pria yang masih menangkup wajahnya ini.
" Ada apa sebenarnya, memangnya pesta apa yang akan kita hadiri? Apakah aku memang harus berpakaian terbuka seperti ini" Neira mencoba mengalihkan percakapan mereka, ia juga penasaran kenapa Leonar harus membawanya.
Pria tersebut melepaskan tanganya dari wajah Neira, ia meraih jemari Wanitanya yang masih menutupi mulutnya. Lagi, dia terdengar menghela.
" Kamu inginkan bertemu seseorang?" Tatapan mata Leonar berubah sangat tajam dan menghujam. Neira langsung menggeleng menjawab pertanyaan yang baginya aneh tersebut.
Leonar meraih jas yang dipakai Neira dan melepasnya, melemparnya disofa selanjutnya reslaiting gaun Neira dan dengan cepat membukanya.
" Hei... Ini, apa yang kamu--" Refleks Neira memegangi gaunnya, tidak ingin gaun tipis itu tidak menutupi tubuhnya.
" Jangan teriak dan protes, waktu kita tidak banyak" Dengan sigap Leonar menggendong tubuh Neira menuju sebuah rak buku yang rupanya itu adalah sebuah pintu menuju ruang tidur. Wanita ini hanya bisa diam sambil memegangi kain gaunnya, matanya berkejab saat Leonar menurunkannya diatas pembaringan. Dadanya berdegup tidak karuan menyesakkan apa yang ada didalamnya, pikirannya benar-benar bercampur aduk tidak berani melihat Leonar yang berjalan memutari king size itu.
" Apa yang kamu pikirkan?" Leonar menaruh setelan pria yang barusan diambilnya dari almari, disamping Neira. Telunjuknya menekan kening wanita yang duduk meringkuk masih memegangi ujung kain gaunnya yang sudah terbuka menutupi bagian dadanya.
Ada rona kemerahan dipipi Neira saat ia mengangkat wajahnya membalas tatapan Leonar yang berdiri menunduk padanya, tidak ada senyum itu dibibir pria tersebut yang membuatnya sedikit tenang dengan gejolak dadanya yang tadi sempat menguasainya.
" Apa kamu pikir, aku akan melihatnya sekarang? Ganti bajumu dan hapus make up itu" Leonar menghempas tubuhnya disisi Neira yang terpana dengan kata-katanya.
Menghempas nafas jengah, Neira menggigit pundak pria tersebut benar-benar terlalu kesal, kenapa ia harus melewatkan waktu di butik itu begitu lama kalau yang ia pakai saat ini harusnya setelan seorang pria.
" Jangan mulai lagi, Nei!.. Aku cukup waras untuk menahannya dari tadi, jadi cepat ganti bajumu" Mendengkus kasar Leonar mencengkram sprei putih di pegangannya. Kalau saja tadi Grifson tidak mengingatkannya mungkin saat ini ia benar-benar melewatkan malam erotis bersama istrinya tersebut, malam pertama yang belum sempat mereka lakukan hingga hari ini. Leonar bahkan tidak akan tersiksa dan menahannya dari tadi.
Menatap lurus ke tembok, Leonar membiarkan Neira beringsut dari sampingnya masuk kedalam kamar mandi meninggalkan dirinya hanya diam ditempatnya padahal ia ingin mendengar suara Neira lebih banyak lagi, lagi dan lagi, sebelum ia pergi untuk menuntaskan sesuatu yang menurutnya harus segera diselesaikan.
Tbc...........
03-09-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH MY HEART
General FictionKata orang pernikahan adalah hal yang sakral, ikatan yang suci untuk menyatukan hati dan jiwa dua insan. Tapi apa kata Leonar membuat hati Neira benar-benar kehilangan tautan. Ia tidak ingin pulang kerumah pria itu setelah dengan seenaknya menikahi...