Pak Wint tergesa menuju ruangan Leonar, tapi di sana Hota mencegahnya untuk masuk. Laki-laki tersebut membenarkan kaca matanya.
" Sebaiknya anda kembali nanti pak"
Bagaimana bisa Hota melarangnya untuk menemui sang bos, tidak tahukah seberapa penting hal yang akan disampaikannya, pak Wint menghela membuang jengah. Ingin rasanya ia menyodok wajah pria muda di depannya, tahu apa ia tentang urusannya dengan sang bos sehingga menganggap dirinya tidak penting sekarang.
" Dia barusan menghubungiku untuk segera menemuinya di ruangannya, mutahil kalau dia tidak ada" Protes pak Wint pada Hota karena ia tidak ingin sang bos tersinggung karena ia tidak segera datang untuk menemuinya.
" Saya akan menyampaikan kalau anda sudah kesini dan saya yang mencegah anda masuk" Hota masih terlihat sopan dengan orang kepercayaan Leonar tersebut.
Tidak sabar akhirnya pak Wint masuk dengan mendorong tubuh Hota yang menghalanginya didepan pintu.
Brak.... Tertegun melihat Leonar memeluk seorang wanita di dalam sana, pak Wint mengerjabkan matanya bukankah pria muda tersebut tidak pernah suka bermain dengan wanita diluar sana apalagi diruangannya seperti ini.
" Maafkan saya pak Wint, tapi biarkan sebentar saja Mr. Leo didalam dengan prifasinya, walaupun ini sangat mendesak" Hota meraih lengan laki-laki tersebut membawanya keluar.
Pak Wint menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia serba salah mengetahui apa yang terjadi di dalam tadi.
" Kenapa tidak memberitahu sebelumnya?" Pak Wint menatap Hota sementara tangannya menunjuk pintu ruangan pintu sang bos yang tertutup.
" Mr. Leo sedang bersama istrinya, jadi mohon maaf kalau saya mencegah anda untuk masuk"
Mata pak Wint membulat mendengar penuturan Hota, apakah benar pria muda itu telah menikah, seingatnya tidak ada undangaan khusus dari sang bos untuknya selama ia mengikuti pria tersebut.
" Ach... Aku tidak tahu itu, tapi tempo hari aku kira dia sedang ada hati untuk Neira. Tidak aku kira kalau dia sudah beristri. Padahal Mr. Leo dan Neira terlihat pasangan serasi" Gumam pak Wint yang masih bisa di dengar Hota.
Berusaha menyembunyikan kenyataan kalau memang Neira adalah nyonya dari sang bos, alih-alih Hota berdehem.
" Apakah pak Wint akan menunggu Mr. Leo disini?" Ucapan Hota membuat pak Wint menghela nafas, kalau benar itu istri sang bos bukankah akan lama ia menunggu, sedang pekerjaan di ruangannya sedang menumpuk, ia juga tidak bisa menemukan Neira di ruangan arsip, kalau gadis itu ada akan sangat membantunya untuk menyelesaikan pekerjaannya karena Neira benar-benar teliti dan cekatan.
" Aku akan kembali nanti" Pak Wint melangkah pergi, sedangkan Hota mengelus dadanya, ia tidak mengira kalau mulutnya akan mengatakan sebuah rahasia sang bos pada orang lain, walaupun pak Wint sudah lama menjadi kaki tangan Leonar, tetap saja itu tidak di benarkan.
----**--**----
Masih terisak dalam rengkuhan Leonar, Neira masih ternggelam dalam kekalutan yang benar-benar menguasainya saat ini, padahal ia tidak ingin bergantung lagi pada seseorang, seseorang yang nantinya mungkin akan meninggalkannya sendirian seperti kedua orang tuanya, kakaknya, Andreas juga teman-temannya menyisakan belenggu kesendirian yang mengucilkan dirinya di sudut gelap dan menyakitkan.
" Bisakah kita duduk, aku akan menemanimu sampai selesai" Suara berat Leonar mengusik Neira.
Perlahan tangan Neira terlepas dari pinggang pria itu, menghapus bening yang masih menyusuri pipi tirusnya.
" Ma-maafkan aku" Serak suaranya terdengar.
" Para klien pasti sudah menunggu, sementara disini--" Lanjut Neira terputus karena Leonar mengacak rambutnya lembut, ada senyum menenangkan di sudut bibir pria tersebut.
" Mereka bisa menunggu, tapi sekarang kamu yang terpenting" begitu lembut kata-kata itu seolah suara gemerisik rerumputan diterpa semilir pagi yang menyejukkan hati.
Terjenak Neira menatap manik mata tegas didepannya, meneguk ludah hatinya terasa hampa, bisakah ia meraihnya sementara genggaman tangannya sudah sakit terasa. Setetes bulir air itu kembali jatuh menyadarkan dirinya kalau ini bukanlah mimpi, tapi kenapa pikiran dan hatinya masih tidak benar-benar bisa menerima kalau ini nyata.
" Bisa jelaskan kenapa air itu terus saja keluar?" Leonar menyusut jejak bening itu dari pipi Neira dengan telunjuknya.
" Dari awal, kamu sudah tahu siapa orang tuaku bukan? siapa aku dan darimana asalku"
Tatapan keduanya masih beradu, ada kecewa tergaris di pancar mata Neira yang Leonar temukan.
Mengeraskan rahang, Leonar memegangi kedua pundak istrinya, apakah wanita ini masih belum yakin tentang keseriusannya untuk menikahinya.
" Yang pasti aku tidak peduli latar belakang keluargamu, Neira. Kamu seorang yang aku pilih, kamu sanggup jadi pendampingku karena aku percaya kamu gadis yang sangat kuat terlebih saat kita menikah, kamu wanita singgle" Haruskah Leonar mengatakan kalau saat itu ia hanya menuruti nalurinya, bahwa semua akan baik-baik saja jika ia menikah dengan Neira, dan juga keluarganya tidak akan mengganggunya dengan wanita-wanita itu, termasuk mama Anggela, tapi wanita ini akan lebih terluka jika ia tahu alasan sesungguhnya.
" Apakah kamu bertemu papa dan dia mengatakan sesuatu?" Sial, kenapa Leonar terlewatkan kalau pagi ini papa Liang berada di rumah. Sepertinya Neira benar-benar bertemu dengannya dan menjadikannya seperti ini.
" Papa Liang tahu benar siapa orangtuaku, tapi apakah benar kamu juga tidak tahu?" Neira akhirnya tidak bisa menahan diri untuk menanyakannya.
Leonar terdiam, pria ini sangat mengingat informasi yang diberikan oleh orang-orang kepercayaannya tentang keluarga Neira. Ia mengetahui itu setelah menikah dengan wanita dihadapannya ini.
" Lebih baik kamu istirahat di dalam, kita akan bicarakan ini nanti" Leonar menuntun Neira masuk kedalam kamar tidurnya.
" Istirahat sebentar, nanti Hota akan membawakanmu sarapan, baju gantimu ada di almari sana"
Leonar mendudukkan Neira di sisi pembaringan, mengacak rambutnya sebelum meninggalkannya sendiri diruangan itu.
"Bisa kita bicara sekarang saja?" Neira menghentikan langkah Leonar di ambang pintu.
" Tunggulah disini, ada yang harus aku selesaikan sebentar" Leonar tanpa menoleh. Ia melangkah meninggalkan Neira yang menatap punggungnya dengan harap.
TBC.......
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH MY HEART
General FictionKata orang pernikahan adalah hal yang sakral, ikatan yang suci untuk menyatukan hati dan jiwa dua insan. Tapi apa kata Leonar membuat hati Neira benar-benar kehilangan tautan. Ia tidak ingin pulang kerumah pria itu setelah dengan seenaknya menikahi...