13

685 26 0
                                    

Rumah itu masih sama seperti dulu, dua tahun lalu Neira meninggalkannya karena tidak ingin lebih terpuruk dalam kehilangan orang tuanya yang mengalami kecelakaan pesawat, semua awak dan penumpangnya tak terselamatkan. Jasad orang tuanya tak pernah di temukan karena pesawat tersebut meledak diatas perairan terdalam Indonesia.

Neira dan Selina memasuki ruangan demi ruangan hingga berada di teras taman belakang, seorang wanita setengah baya menghampirinya.

" Non Neira mau saya ambilkan minum?" Tanya wanita tersebut.

" Tidak perlu bik, saya hanya sebentar disini" Tolak Neira dan menyuruh wanita tersebut kembali pada kesibukannya.

" Wanita itu siapa Nei? Aku tidak pernah tahu kamu punya penjaga rumah atau orang yang buat bersih-bersih rumah?" Selina sudah sangat penasaran setelah wanita tadi undur diri dan ia tidak dapat menahannya sama sekali.

" Orang kepercayaan kak Edy" Jawab Neira singkat.

Selina terbengong. Edy.. Panggilan kesayangan untuk Edward maulana, kakak laki-laki Neira yang tidak pernah pulang ke rumah.

" Dia pernah menemuimu?"

Neira menggeleng, ia mengajak Selina untuk duduk di kursi teras. Selina mengikutinya duduk berhadapan dengannya, ia sudah siap mendengar cerita apapun dari sahabatnya itu.

" Edy tidak pernah pulang, bahkan untuk menemuiku, ia menyuruh orang untuk mengatur keamanan dan kebersihan rumah dengan mengutus seorang kepercayaannya, Roni nama orang tersebut" Neira menghela nafas sebelum meneruskan ceritanya.

" Roni hanya beberapa kali ke sini setelah tragedi yang menimpa orang tuaku, setelah itu dia menghilang tanpa mengatakan dimana Edy berada"

" Orang-orang itu menerima bayaran mereka lewat rekening bank, dan yang aku tahu pengirimnya atas nama Roni"

Neira mengahiri ceritanya, Selina meraih tangan sahabatnya dan menepuk-nepuknya pelan.

" Apa kamu merindukan Edy?" Selina menatap Neira sambil tersenyum, kenapa ia begitu bodoh melontakan pertanyaan yang ia sudah tahu jawabannya.

" Lin... Jangan bercanda ah, siapa juga yang kangen sama itu orang yang gk peduli aku hidup ato gak" Bohong Neira menutupi perasaan hatinya yang benar-benar tidak karuan di rumah yang ia rindukan kehangatannya ini. Kebersamaan dengan keluarganya disini sangat ia rindukan, tapi bagaimana mungkin. Edward meninggalkannya di Amerika tanpa ada kata apapun dan khabar setelahnya.

Neira benar-benar berusaha untuk mencarinya disetiap ada kesempatan, namun keberadaan sang kakak bagaikan ditelan bumi saja.

" Kamu sangat pintar menyembunyikan perasaan, Nei" Selina melepaskan tangan Neira dan menopang dagunya diatas dua tangannya yang bertumpu pada meja. Pandangannya masih tidak lepas dari wajah Neira.

Dering ponsel menggerakkan tangan Neira untuk mengambil benda tersebut dari tas kecilnya, panggilan dari mama Anggela disana.

" Iya ma... Aku sedang di rumah teman, nanti sore aku kerumah... Baiklah" Neira memutus percakapnnya dan menemukan pandangan mata Selina yang penuh tanya sudah menunggu di sampingnya, Neira tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

" Apa yang ku dengar tadi? Kamu memanggil orang yg di situ ma,  mama?" Selina menunjuk ponsel yang masih ada di tangan Neira.

" Bukan apa-apa kok Lin..." Neira mencoba menutupi semuanya, ia masih belum ingin menceritakan tentang mama Anggela pada Selina, apalagi dengan lainnya

" Kamu misteri dech.. Tidak menceritakannya padaku tidak apa-apa yang terpenting kamu baik-baik saja" Selina menekuk wajahnya dan memanyunkan bibirnya. Mana mungkin ia memaksa Neira untuk menceritakan sesuatu yang memang belum ingin atau tidak ingin diceritakan padanya.

Neira tergelak karenanya dan memang benar lagi-lagi ia menutupi dan menyembunyikan sesuatu di benak dan hatinya.

--**---**,,**---

Wanita itu memeluk hangat Neira mengusap rambut dan dahinya, ia menengok ke belakang Neira mencari-cari sosok yang diharapkannya.

" Maaf mah, aku hanya datang sendirian, putra mama masih ada pekerjaan yang serius yang harus diselesaikan" Neira tersenyum begitu manis saat tiba dirumah keluarga Liam, rumah dimana masa kecil Leonar dihabiskan, Anggela menoel pipi menantunya gemas.

" Ada kamu ini, ayo masuklah" Mama Anggela menarik tangan Neira memasuki rumah, ia menyajikan begitu banyak makanan dan minuman dan itu semua untuk Neira dan Leonar, tapi kemana pria satu itu, tanpa kabar tanpa pemberitahuan ia begitu saja menghilang. Ponselnya pun tidak bisa dihubungi.

Ragu Neira memasuki ruangan yang ditunjukkan mama Anggela padanya.
" Masuklah, ini kamar Leo. Dulu sampai sekarang ia tidak memperbolehkan seorang-pun masuk kecuwali mama" Mama Anggela menarik tangan Neira kedalam kamar tidak sabar dengan sikap menantunya itu.

" Tapi ma.. Apakah putra mama tidak marah kalau aku masuk saat dia tidak ada"

" Kamu sudah masuk sekali kan? ia tidak akan marah kalau kamu juga menginap disini" Mama Anggela mengajak Neira duduk disisi pembaringan. Aroma khas milik Leonar benar-benar memenuhi ruangan tersebut membuat Neira sebentar menahan nafasnya. Katanya pria tesebut tidak pernah pulang tapi kenapa kamarnya seolah selalu berpenghuni.

" Ia sungguh mencintaimu, kalau tidak mana mungkin ia datang kerumah membawamu dan langsung menikahimu" Ada senyum bahagia  terukir di bibir mama Anggela.

Tapi, ada retakan di hati Neira mendengar kata-kata mama Anggela, seandainya wanita ini tahu kalau pernikahannya dengan Leonar hanya permainan belaka, alangkah kecewa perasaannya.

Mama Anggela mengajak Neira duduk dibalkon kamar Leonar, ia sekali lagi bercerita kepergian Leonar dari rumah dan kekukuhan papa liang untuk tidak mencari putranya dan membawanya pulang kerumah.

" Sebenarnya saat itu mama tahu kalau kedua putra mama, Leonar dan Hirosi mencintai seorang gadis yang sama. Leonar sangat kecewa karena Hirosi memilih menikah dengan gadis pilihan papa liang, padahal ia sudah mengalah pada Hirosi dan membiarkan hubungan antara Hirosi dan gadis itu terjalin"

Neira mendengar cerita mama Anggela tanpa expresi, apakah mama Anggela sungguh percaya akan dirinya dan benar-benar menganggap dirinya sebagai menantunya.

" Dan akhirnya Leonar benar-benar pergi ketika papa berniat menjodohkannya dengan putri sahabat mama, ia bilang tidak ingin seperti Hirosi yang mengorbankan kebahagiaannya sendiri karena bisnis papanya, ia ingin membuktikan kalau ia bisa sukses tanpa bantuan keluarga atau pernikahan itu, meski mama sudah tahu kalau diam-diam Leonar sudah membangun bisnisnya sendiri jauh sebelum itu terjadi"

Neira menggenggam tangan mama Anggela, ia merasakan kehangatan diantara tangan itu. Ia juga tidak bisa berkata apapun untuk menghibur rasa gundah yang kini dirasakan mama Anggela, bagaimanapun ia tidak bisa menanyakan sendiri pada Leonar tentang masalahnya dengan keluarganya.

Tbc................

29-07-2019

Republish 10-07-2020

TOUCH MY HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang