Wajah wanita cantik itu menyiratkan sesuatu yang benar-benar membuat siapapun disekitarnya membeku, langkahnya pasti menapaki koridor rumah sakit dan berhenti didepan sebuah ruang perawatan. Seseorang menahan niatnya untuk segera masuk dengan berdiri di depan pintunya.
" Nyonya besar, anda disini" Hota berdiri menjulang didepannya, tanpa sedikitpun ingin menggeser badannya memberi jalan.
" Apa yang kamu lakukan Hota, biarkan aku masuk menemui putraku" Wanita yang ternyata mama Anggela itu begitu tidak sabar. Ia benar-benar sangat hawatir setelah mendengar kabar dari orang suruhannya bahwa Leonar, putranya mengalami kecelakaan dan penyebabnya adalah Neira, entah kenapa hatinya tersayat-sayat saat mendengar wanita itu menyakiti putra bungsunya, walau sudah jadi istri sah putranya dan menjadi anak menantunya, harusnya Neira lebih berhati-hati untuk menjaganya, menjaga kesayangannya.
" Mr. Leonar tidak apa-apa, Nyonya besar. jadi saya harap anda kembali" Hota benar-benar terpaksa mengatakannya kalau tidak ingin terkena peringatan dari bos-nya, kemarahan Leonar lebih mengerikaln dari pada kemarahan se-ekor harimau pemangsa.
" Kamu memerintahku, Hota! Aku mamanya, kenapa kamu sangat keterlaluan sekali!" Dengan wajah merah tangan mama Anggela meraih tubuh Hota.
" Maaf nyonya besar, Mr. Leonar tidak mau ditemui oleh siapapun kecuali istrinya" Hota tetap bersikukuh.
" Ah, apa kamu bilang? Bukannya dia penyebab putraku terluka, kamu bisa minggir Hota, aku akan memarahi gadis kecil itu. Kenapa dia begitu ceroboh untuk membuat putraku terluka" Ada kecewa yang begitu sangat terpancar dari mata tajam wanita ini.
" Nyonya, bukannya anda inginkan seorang cucu dari mereka, jadi ini adalah permulaan untuk mereka, berikan mereka kesempatan" Hota mencoba mengalihkan kemarahan mama Anggela membuat wanita ini mendengus kesal. Hota sendiri benar-benar dibuat heran, mengapa mama Anggela begitu cepat tahu tentang keadaan sang bos hari ini, apakah ada seorang yang dipekerjakan wanita ini untuk mengawasi putra kesayangannya? Hota benar-benar harus tahu siapa orang tersebut, tidak ingin lagi sang bos salah faham dengannya.
" Jangan mengalihkan Hota, baru kali ini putraku benar-benar bisa selembek itu pada seorang wanita, bukannya selama ini ia selalu menggigit seperti semut kalau tersakiti" Mama Angela melepas pegangannya pada tubuh Hota, ia tidak bisa menggeser sedikitpun tubuh pria muda ini.
" Dan maksudmu ini permulaan apanya, ini sudah tiga bulan lebih tapi tidak ada perkembangan apapun yang dibuat putraku, sebaiknya aku mempersiapkan resepsi besar untuk pernikahan mereka, agar nyonya mudamu Neira itu sadar akan tanggung jawabnya"
" Tapi, Nyonya besar. Mr. Leonar pasti tidak akan suka dan tidak ingin menghadirinya" Hota terlihat cemas, itu terbaca dari gestur tubuhnya yang mencoba menyembunyikan kegelisahan itu. Tanpa persetujuan mana mungkin pesta itu digelar, bisa-bisa Hota yang terkena kemarahan dari sang bos. Bukankah pria itu masih ingin menyembunyikan pernikannya dari orang luar.
" Kau! Bagaimana bisa kamu bilang begitu"
" Anda yang melahirkannya, pasti lebih mengenal bagaimana Mr. Leonar"
" Ah, bagaimanapun biarkan aku masuk, Hota" Mama Anggela tetap memaksa, dan pada saat tersebut, tubuh Leonar muncul dari pintu yang terbuka dengan tangan kiri yang di gips berbalut perban yang disandangkan ke pundaknya, di ikuti Neira dengan wajah sembabnya.
---**--**---
Berjalan mondar-mandir, Neira terlihat begitu gelisah. Bagaimana bisa Leonar mengabaikan mama Anggela dan melakukan hal tersebut, menghalangi mama Anggela untuk menyentuhnya dengan membuat pagar para bodyguardnya di rumah sakit tadi.
Neira tahu benar, ia yang harus disalahkan karena Leonar cidera, lengan kirinya mengalami retak tulang, sementara punggungnya terluka. Ia juga tahu benar kalau mama Anggela marah terhadapnya dan itu harusnya ia terima. Tapi, Leonar bahkan tidak ingin mama Anggela memarahinya, menggeser tempatnya dari sisinya. Leonar seperti sangat melindunginya, tapi ia benar-benar dibuat lebih tidak enak dan lebih bersalah.
Juga, yang tidak membuatnya nyaman. Malam ini Neira harus tinggal di rumah Leonar, sekamar dengannya membuatnya tidak biasa, walau ia pernah beberapa kali tidur di king size itu bersama pria yang kini masih sibuk dengan pekerjaannya disana, akan tetapi waktu itu ia tidak berdaya karena mengalami sakit yang tiada terkira.
" Sampai kapan kamu seperti itu, Nei! Kemarilah! " Leonar menghentikan pekerjaannya dan menepuk tempat disebelahnya dengan tangan kanannya.
Ragu Neira membawa langkahnya, tapi ia tetap duduk ditempat yang di inginkan Leonar terhadapnya. Tangan besar Leonar meraih puncak kepalanya sebentar mengelusnya seperti memperlakukan kucing kecil kesayangannya.
" Leo.. " Neira mengatupkan mulutnya kembali, merasa detak jantungnya tidak terkendali.
" Kau ingin mengatakan sesuatu, katakanlah" Leonar melepas tangannya dari kepala Neira, matanya fokus pada laptop di depannya.
" Maafkan aku" Lirih Suara Neira seperti cicitan tikus kecil di lubangnya membuat Leonar kembali teralih memandang wajah kepucatan wanita disampingnya.
" Harusnya, kamu membiarkan mama Anggela memarahiku, karena semua yang kamu alami adalah kesalahanku" Sesal Neira tidak berani membalas tatapan Leonar padanya.
Sejenak terdiam, Leonar menarik nafasnya panjang
" Tidak akan aku biarkan seseorang menyakitimu dan membuatmu menangis, walau itu mama Anggela sekalipun" Ia menekan tombol shurt down sebelum meletakkan laptopnya diatas nakas sebelah tempat tidur." Tapi aku pantas menerimanya" Neira masih tertunduk gelisah. Ia memainkan kain baju Leonar ditangannya, meremas dan memilinnya.
" Kamu tidak pantas menerimanya, selama ini tidak pernah aku izinkan seseorang menyentuh apa yang sudah aku miliki" Sarkastik kata-kata Leonar terdengar, masih tidak membuat Neira menghentikan tangannya memainkan kain baju yang dipakai Leonar.
Memperhatikan apa yang dilakukan wanitanya, Leonar mengernyitkan keningnya. Perlahan ia melepas kancing bajunya dan meloloskan dari tubuhnya.
Neira terhenyak, sontak ia melepas kain baju ditangannya dan melompat berdiri disisi pembaringan. Wajahnya memerah melihat tubuh bagian atas Leonar yang tanpa penutup sedikitpun
" A.. Apa yang kamu lakukan, Leo!" Neira tergagap dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya." Kenapa kamu memilih kain bajuku yang jadi pelampiasan kegelisahanmu? bukan tubuhku"
Ach, kenapa Leonar benar-benar membuat Neira teremas hatinya, kata-katanya menorehkan sesuatu yang medegupkan jantung dalam dadanya. Dengan gemas Neira meraih bantal memukulkannya pada pria yang duduk begitu tenang diatas king size itu.
" Bisa sekali saja tidak membuatku kesal, Leo!"
Berkali-kali Neira memukulkan bantal itu pada Leonar yang ditangkis oleh tangan kanan pria tersebut.
" Ck... Bukankah kamu akan senang bila menyentuh tubuhku" Sekali sentak tangan Leonar meraih bantal itu dan melemparnya di sudut ruangan kamar.
Neira tercenung, berpikir apalagi yang akan diperbuatnya untuk menghindari pria ini bila ia langsung menerkamnya.
" Aku akan tidur dikamar lain" Mungkin malam ini Neira akan selamat lagi dengan menghindari satu kamar dengan Leonar, ia tidak ingin dipaksa untuk mencium pria ini lagi yang efeknya bisa benar-benar membuat pria ini menyunggingkan senyum kemenangan seperti di ruangan arsip tadi, sementara ia benar-benar merasa kehilangan sesuatu dihatinya dan Neira benar-benar tidak bisa mengartikan apa itu.
"Ach.. Ada juga wanita seperti kamu yang sudah menikah malah menghindari hubungan yang seperti itu, apakah kamu benar tidak ingin mencobanya walau sekali?" Leonar membuka kain perban yang dipakai untuk menyandangkan tangannya dipundaknya, rasanya tidak sakit lagi di tangannya walau gips itu masih melekat disana.
" Tidurlah sendiri, Leo!" Neira beranjak dari tempatnya, ia benar-benar berniat meninggalkan Leonar sendiri dikamarnya, mendengar omongan Leonar membuat hatinya tergelitik, bercampur aduk rasa yang bergulat disana, antara malu, takut, khawatir, serba salah berbaur menjadi hal yang sungguh tidak membuatnya nyaman.
Tangan Neira terhenti untuk memutar kunci pintu kamar, ia menahan nafas dan mencengkram hendel pintu kuat, merasakan lengan besar milik Leonar meraih pinggangnya dan kini melingkari perutnya
" Kamu sungguh ingin meninggalkanku?"
Tbc..........
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH MY HEART
General FictionKata orang pernikahan adalah hal yang sakral, ikatan yang suci untuk menyatukan hati dan jiwa dua insan. Tapi apa kata Leonar membuat hati Neira benar-benar kehilangan tautan. Ia tidak ingin pulang kerumah pria itu setelah dengan seenaknya menikahi...