Menghentikan langkah, Leonar tercenung sesaat. Pikirannya seolah tidak dapat dikendalikan untuk segera membawa tubuhnya berbalik kembali ke villa. Aliran darahnya begitu cepat menghantam dada menimbulkan rasa yang sangat menyiksa.
Sungguh, bukan wanita itu yang di inginkan melangkah mendekati, bukan senyumannya yang sekarang terharap ada, bukan pula keadaan ini yang tergambar dibenaknya. Namun, Leonar tidak dapat menghindari uluran tangan yang langsung bergayut memeluknya.
"Kau menemuiku, Leo!"
Suara yang terlontar begitu riang tidak sedikit pun melonggarkan himpitan di pikiran Leonar, benang kusut semakin bergulung tak satu pun bisa terurai. Sentuhan itu bukan invus untuk mengebalikan kekuatan mental dan badan melainkan semakin membuatnya tidak bisa mengendalikan emosi yang meluap dan melebur diri.
"Lepaskan tanganmu dari tubuhku!"
Leonar tidak bisa memaafkan dirinya atas raut wajah Neira saat menemui Edward Maulana, dan sekarang ia harus berhadapan dengan Frentina. Wanita yang sungguh menguras hampir semua energinya meski ia sudah berusaha mengendalikan pikiran atas perasaan yang tidak pernah bisa di artikan.Haruskah Leonar menyalahkan Hota yang tidak mengerti kalau ia kembali ke Villa hanyalah untuk menemui Neira, bukan wanita ini yang sedikit pun tidak berniat untuk melepasnya. Apakah ia harus mempejelas hubungan mana yang terpenting di antara wanita-wanita ini, padahal jelas-jelas Hota sudah menyaksikan pernikahannya.
"Apa kamu tidak dengar, nona Frentina!" Leonar mengulangi kembali kata-katanya.
Ia tidak suka berdekatan dengan Frentina, karena wanita ini tidak peduli situasi dan kondisi untuk tidak menjauh dari nya.
"Tidak! Jika aku melepasmu, kamu akan kembali pergi meninggalkanku."
Membuang nafas jengah, Leonar berusaha bersabar, "Jika begini kita tidak akan bisa bicara."
"Aku tidak peduli, jika begini kamu tidak akan pergi lagi."
"Apa kamu masih bisa berfikir, nona Frentina!"
"Aku sudah berfikir ribuan kali, bahkan lebih dari itu!" Frentina masih saja tidak melepas pelukannya, dan itu sungguh menguras pikiran Leonar, membuat emosi itu membuncah diatas kepala.
"Bisakah kamu sedikit waras tanpa bantuan alkohol, untuk sekali saja?" Leonar menekankan kata-katanya, ia sangat tahu Frentina akan bersikap rasional dan menjaga jarak jika minum sedikit alkohol kalau berdekatan dengannya. Kembali Leonar harus meredam emosi yang menjalar.
"Aku hanya ingin menunjukkan bagaimana diriku sebenarnya di depan mu, tanpa menahan apapun, tanpa berpura-pura dan memakai topeng."
Menahan nafas sejenak, Leonar memutuskan menjauhkan tubuh Frentina darinya, tapi wanita ini tidak menginginkannya malah semakin mengeratkan tangannya.
"Baiklah ... Kamu ingin membicarakan apa?" Mengerjab, Leonar akhirnya menyerah, membiarkan tubuh Frentina menempel padanya meski ia sendiri sangat tidak nyaman.
"Aku ... Aku mencintaimu, Leo."
"Iya, aku tahu." Leonar mengeraskan rahang, ia berusaha menunggu apa pun yang akan dikatakan Frentina dan bertekat menyelesaikan semuanya.
"Tapi, kenapa kamu terus saja menghindariku Leo! aku sungguh kecewa saat kamu mencium pria muda itu, apa kamu memang sengaja berbuat itu padaku?" Frentina memukul-mukul dada bidang Leonar dengan kepalan tangannya dan pria ini membiarkan begitu saja.
"Tidak ... Seharusnya, waktu itu kamu melaksanakan tugasmu untuk menghancurkan keluargaku. Kamu tidak bisa memaksa bahwa aku harus membalas cintamu, nona Frentina."
"Kau!?" Frentina mendongak demi menatap manik mata Leonar, mencoba mencari sesuatu dalam tatap kelam milik pria yang teramat dicintainya itu. Bukankah Leonar tahu bahwa kekuatan yang dimilikinya adalah sebab Frentina tidak dapat menghancurkan keluarga Liam dan mengalihkan aset-aset itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH MY HEART
General FictionKata orang pernikahan adalah hal yang sakral, ikatan yang suci untuk menyatukan hati dan jiwa dua insan. Tapi apa kata Leonar membuat hati Neira benar-benar kehilangan tautan. Ia tidak ingin pulang kerumah pria itu setelah dengan seenaknya menikahi...