12

701 21 0
                                    

" Menurutmu apakah kami bisa kembali lagi"

Neira tak sadar mengatakannya, ia tahu selamanya itu tidak akan mungkin karena hatinya sudah hampa, ia bahkan tak ingin memulai lagi dengan siapapun itu. Walau ia pernah ingin mencoba membuka hati untuk Leonar tapi tetap saja hatinya terlalu beku.

" Bisa antarkan aku kerumah lama keluargaku, Lin.. ?" Pinta Neira ahirnya, rasanya ia ingin melihat foto kedua orang tuanya yang tidak dibawanya ke rumah kosan, ia meninggalkan semua kenangan itu disana tanpa menyentuhnya dua tahun ini.

Selina menatap wajah Neira, ada kesedihan tersembunyi disana walau sahabatnya ini tidak menceritakan sesuatu yang tersembunyi dihatinya dan di balik senyuman manisnya.

" Kita pulang kerumahku saja" Selina tidak menyetujuinya, Ada kekhawatiran yang tidak ingin ditutupinya, mengantar pulang ke rumah lama keluarga Neira akan membuat sahabatnya ini terpuruk dengan kenangan lama yang benar-benar masih belum ia lupakan.

---**---**,,**---

Tatapan itu begitu kelam sekelam malam yang menggantung langit, langkahnya begitu menunjukkan kalau ia seorang yang konsisten dengan apapun.

Pria itu meraih pintu rumahnya yang bergaya minimalis dan mendudukkan dirinya disofa ruang tamu, hampir dua hari sudah ia bekerja dan hanya beristirahat sebentar dikantornya.

Beberapa tender sudah dimenangkannya, produk baru dari usaha garmennya pun sudah diresmikan dan di luncurkan ke pasaran.

Panggilan telfon dari sekertarisnya di cina mengurungkan niatnya untuk bangkit dan beristirahat di kamarnya.

" What happened yori? " Aksen Amerika terdengar begitu jelas.

" I'm sorry Mr. Leonar, disturb your rest" Suara Yori disebrang sana.

" Katakan yori! " Leonar mengangkat alisnya, Yori seperti agak takut mengatakannya.

" Impor baja dan alumunium sementara kita hentikan sir,  karena pihak pemerintah Amerika menaikkan pajak bea cukai sebesar 25 pesen" Lapor yori

" Baiklah akan aku urus itu nanti, kamu tunggu telfonku"

Leonar mematikan ponselnya, ia harus istirahat sekarang kalau tidak besok ia tidak akan bisa bekerja lagi.

Kembali ke Amerika bukan niatan Leonar untuk menghindari keberadaan Neira akan tetapi asisten yang mengurusi pekerjaan di Amerika menghubunginya menunggu kedatangannya.

Ia juga ingin fokus dengan pekerjaan disana karena pesaing berat yang dihadapinya dengan tidak memberitahukan pada siapapun dimana ia berada hanya untuk membuatnya konsen menghadapi semuanya tanpa gangguan, apalagi dengan kecerewetan mama Anggela.

Matanya perlahan tertutup mengabaikan pesan dari ponsel pintarnya, masih ada esok untuk membuka dan membaca pesan-pesan tersebut.

---**---**,,**---

Bergelung di selimut adalah hal yang tidak biasa dilakukan Neira, tapi pagi ini matanya enggan terbuka mengabaikan suara Selina yang membangunkannya, malam tadi gadis itu benar-benar membawanya pulang ke rumahnya, padahal Neira ingin sekali pulang ke rumah lama keluarganya, ingin merasakan belaian sang mama di kepalanya walau itu hanya ilusi di pikirannya.

" Neira... Ayolah!! ini sudah hampir jam sembilan, apa kamu tidak merasa lapar?" Selina mengguncang tubuhnya yang masih di bawah selimut.

" Sebentar lagi Lin... Aku masih sangat mengantuk"Suara Neira serak.

" Ayolah...kamu harus bangun!"

" Aku akan bangun tapi kamu janji satu hal" Kepala Neira tersembul dari balik selimut hanya menampakkan wajahnya

"Apa sih pakek janji-janji segala"

Akhirnya Neira membuka selimut yang menutupi kepalanya.
" Kalau tidak mau janji, biarkan aku tidur lebih lama lagi" Ucapnya.

"Oke, okey... Kamu ingin ditemani belanja, makan di resto atau jalan-jalan, katakanlah!"

Neira menggeleng memberi jawaban pada Selina.

" So... What I can do for you? "

" Temani aku pulang ke rumah lama keluargaku"

Mata Selina membulat mendengar itu, ia menarik nafas sangat panjang dengan berat ia mengangguk tanda persetujuan akan ajakan Neira.

" Baiklah... Tapi aku tidak ingin kamu histeris seperti dulu ketika orangtuamu tidak ditemukan"

" Iya Nona cantik... " Neira mengulurkan tangannya pada selina yang disambut gadis itu dan menariknya agar Neira bangun.

" Bersiaplah, tapi kamu bener tidak ada kerjaan di kantor di hari sabtu begini?"

" Jangan khawatir, pak bos sangat pengertian walau kerjaanku menumpuk" ucap Neira sambil berjalan menuju kamar mandi di dalam kamar Selina. Ia menyembunyikan expresi wajahnya ketika mengatakan tentang bosnya.

Beberapa hari, ia tidak bertemu dengan pria tersebut, juga Hota sang asisten tidak menemuinya untuk memanggilnya ke ruangan sang bos menjadikannya benar-benar merasa seperti orang yang mengharap sesuatu yang tidak pernah bisa digapainya..

Tbc...............

Bagaimanapun jika ada uluran tangan yang menghangatkan ketika malam, tidak akan berguna selimut tebal di sediakan.

Bagaimanapun pelukan itu hangat dirasakan, Tapi akan sia-sia saja untuk hati yang menyimpan luka dan ketidak percayaan.
( by Neira Shopie Eirella)

Republish 09-07-2020

TOUCH MY HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang