Delapanbelas

656 29 0
                                    

Beberapa hari tangan itu sudah membolak-balikkan ponsel resah, kenapa benda itu beberapa hari ini diam saja. Apakah pria itu marah padanya, tentang sikapnya yang keterlaluan setelah pesta beberapa hari lalu.

Bahkan Hota hanya sendirian tanpa tuannya, beberapa kali Neira bertemu dengannya sedang melewati lorong kantor juga ketika Neira menyerahkan laporan keuangan bulan ini, tetap saja pria itu tidak di tempatnya.

" Nona akan menunggunya? Silahkan masuk ke ruangan pak bos saja" Hota mempersilahkan Neira

" Pekerjaanku masih banyak pak" Neira berusaha tersenyum semanis mungkin menyembunyikan rasa penasarannya.

" Mr. Leonar datang sore nanti, anda tidak perlu sungkan"

" Nanti sore saya akan kembali"

Dengan buru-buru Neira membawa kembali laporan keuangan yang ada di tangannya, kata pak wint ia harus menemui sang bos langsung untuk memberikannya.

Pak wint sudah menelfonnya tadi menyuruhnya untuk kembali ke ruangan divisi keuangan kalau pak bos tidak bisa ditemuinya.

"Nona Neira tunggu" Suara Hota membuatnya memutar tubuhnya saat ia tiba di depan lift pribadi para staf tapi, lagi-lagi high hillnya tidak bersahabat, ia terpeleset dengan file ditangannya berhamburan bersamaan dengan lift pribadi sang bos yang terbuka.

"bruk... " tubuh Neira sukses jatuh di lantai dan kertas-kertas itu jatuh berserakan diatas tubuhnya.

"Nona Nei.... " Hota tertegun melihat Leonar berdiri di ambang lift, ia menghentikan langkahnya yang ingin menolong Neira. Harusnya ia tidak menyusul wanita itu untuk memberikan ponselnya yang tertinggal di mejanya.

"ah... Sakit "Rintih Neira memegangi pantatnya, matanya sedikit terbuka saat seseorang meraih tubuhnya.

"Jangan.. Tolong file-ku" tangan Neira memegangi lengan itu. Pemiliknya berjongkok tepat disamping tubuh Neira, wanita ini berusaha bangkit menopang tubuhnya dengan kedua tangannya, ia meringis menahan sakit di kaki dan pingganggnya. Ia menyingkirkan kertas-kertas dokumennya mencoba mengumpulkannya.

"Selalu saja sepatumu yang bikin masalah" Leonar menjitak kepala Neira membuat wanita ini meringis.

" Kau tidak mengurangi sakitku malah menambahnya"

"Persetan dengan itu"

Leonar mengangkat tubuh Neira membawanya memasuki ruangannnya tidak peduli reaksi tubuh Neira yang tidak menyetujuinya.

"Turunkan aku, File-file ku" suara Neira setengah merajuk.

"Ambilkan file itu Hota" Ucap Leonar sebelum menutup pintu ruangannya dengan kakinya.

Pria ini menurunkan tubuh Neira di sofa, ada seringai di sudut bibir Leonar, tubuh kurus itu berat juga.

"Janji,, jangan buang high hill itu" rajuk Neira saat Leonar berlutut membuka sepatu di kakinya.

" Dia sangat merugikanmu tapi juga sangat menguntungkanku, boleh dirawat juga" Dengan senyum misteri Leonar mengelus sepatu Neira sebelum melepasnya dengan perlahan khawatir akan menyakiti Neira.

" Apa maksudmu Leo? "

" Apa? Kamu panggil apa aku tadi? "

" Leo..." Neira tahu kalau Leonar mengalihkan pembicaraan mereka.

" Aku bosmu Neira.. "

" kamu suamiku Leo, lagian tidak ada karyawanmu ini, mereka toh tidak tahu kalau bos yang begitu mereka idolakan sudah menikah"

Sesungging senyum ada di bibir Neira saat memandang wajah Leonar yang serius menatap kearah Hota yang sudah masuk dari tadi dan menaruh file di atas meja.

"hehehe, dia pengecualian kan sir, dia tahu kita sudah menikah"

Leonar tak menyahut ia mengambil kotak obat di bawah meja, sedang Hota tanpa berkata meninggalkan mereka berdua.

Leonar duduk disamping Neira dan mengangkat kaki wanita itu keatas pangkuannya. Perlahan ia mengoleskan obat di pegelangan kakinya.

" Asy....jangan keras-keras Leo, itu sakit" Teriak Neira saat Leonar mengurutnya.

" kamu panggil aku apa?"

" Leo.. Kamu kan suamiku"

" Benarkah? Kalau aku suamimu harusnya pulang ke rumahku, bukan ke rumah sahabatmu atau ke rumah orang lain" Leonar mengatakannya tanpa expresi membuat Neira jengah melihat wajah tampan yang duduk di depannya kini.

Kalau kakinya tidak terkilir ia pasti akan pergi dari hadapannya. Tapi kenapa high hill itu selalu saja membuat masalah di depan pria bak malaikat ini.

" Eh, apa yang kamu lakukan? "

Tiba-tiba saja Leonar mengangkat tubuh Neira ia membawanya masuk dalam ruang tidur pribadinya.

" Tidurlah, aku akan memeriksa pinggang dan punggungmu"

Mata Neira beberapa kali berkejab saat Leonar melepas jasnya dan melipat legan bajunya sampai siku, ia juga melepas dua kancing atas kemejanya sebelum meraih remot Ac dan menghidupkannya.

" Kenapa kamu masih duduk, tidurlah aku akan memeriksa pinggangmu"

" Kamu tidak akan berbuat lebih jauh kan? "

Tak sabar rasanya Leonar mendengar keluhan wanita ini, dengan sigap ia memaksanya untuk berbaring.

" Aku suamimu Neira, jangan uji kesabaranku, kalau aku menyentuhmu dengan caraku itu diperbolehkan karena kita sudah menikah"

Leonar memiringkan tubuh Neira memunggunginya dan memeriksa pinggang serta punggungnya, wanita ini berteriak sangat keras.

"saaakiiit"

" Sudah kuduga, dokter akan ke sini, jadi istirahatlah setelah itu"

Leonar bangkit dari tempat tidur tapi tangan Neira meraihnya hingga keseimbangan pria ini goyah, tubuhnya hampir menimpa tubuh wanita itu kalau saja Leonar tidak bertopang pada tangannya.

" Aku ingin pulang, tidak mau disini"

Gila.. Ini benar-benar gila, lihatlah sikap Neira bahkan biasa-biasa saja saat wajah mereka hampir tak berjarak, sedang Leonar benar-benar merasa hatinya di hancurkannya berkeping. Apakah wanita ini ingin menguji nyalinya.

" Kau hanya harus menuruti kataku Nei, jika tidak ingin ini lebih jauh"

Leonar bangkit dan langsung keluar dari kamar tersebut, berdekatan dengan Neira yang seperti itu membuatnya tidak bisa menahan keegoannya sebagai laki-laki, setengah mati ia harus menahan itu. Hanya untuk memastikan cinta itu ada setelah pernikahan mereka.

Sial...kenapa wajah Hota seperti itu, apa ada yang salah dengannya. Dokter Haris di sampingnya juga tersenyum tidak jelas padanya.

" Tolong periksa dia dok" Leonar mempersilahkan dokter Haris masuk ke ruang tidurnya.

" Ini ruangan ber-Ac sir, tapi keringat anda begitu banyak seperti habis ber"

Leonar menatap Hota dengan tatapan kelamnya, dan menyikut lengannya, membuat Hota diam tidak meneruskan kata-kata nya.

Ingin rasanya Hota bisa memberi pelukan selamat pada sang bos, telah berubah menjadi pria yang so sweet setelah menikah dengan Neira.

"Apa yang ada dipikiranmu Hota, singkirkan itu"

Ach... Sang bos mulai galak lagi, dan Hota akan memanggilkan Neira untuk meredam kegalakannya.

Tbc....

TOUCH MY HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang