4

1K 32 0
                                    

Brak!!!.... Dokumen-dokumen yang dibawa Neira jatuh berserakan di depan ruang divisi keuangan. Dalam pikirannya, terbayang seorang pangeran tampan menabraknya dan mengulurkan tangan untuk menolongnya dengan senyum yang begitu mempesona. Tapi tidak, bayangan di kepalanya segera mengabur melihat sosok didepannya yang menatapnya tajam dengan raut wajahnya yang dingin dan datar.

" Maaf sir... " Neira buru-buru mengatakannya menyadari yang ditabraknya adalah Leonar, karena debu-debu dari dokumen tersebut membuat pria itu bersin-bersin.

Hota yang berada dibelakang Leonar mengulum senyum, ia segera mengulurkan sapu tangan pada sang bos yang segera diterima oleh pria tersebut sebelum masuk keruangan divisi keuangan.

Neira menatap punggung Leonar yang menghilang dibalik pintu, wanita itu menyusut air yang terus keluar dari matanya karena terkena debu diruang arsip tadi, padahal ia sudah membasuhnya dengan air di westafel toilet.

"Anda tidak apa-apa nona?" Hota membantu Neira merapikan dokumen-dokumen yang terjatuh.

"Terimakasih, saya baik-baik saja"
Wanita itu menerima dokumen yang diambil Hota dan membawanya masuk keruangan yang dimasuki Leonar.

"Ini dokumen yang anda minta pak" ucap Neira pada pak Wint yang sedang bercakap dengan Leonar di sofa ruangan itu.

" Taruh dimeja sana, Neira" Pak wint bangkit menghampiri Neira, ia memintanya untuk mencarikan dokumen keuangan perusahaan dua tahun lalu.

" Hei... Apakah kamu habis menangis? matamu terlihat merah sekali!" Komentar Pak wint mendapati wajah kuyu Neira dan matanya memerah.

" Tidak pak, ini kemasukan debu di ruang arsip tadi. Maaf, saya harus kembali"

Tanpa memberi salam pada Leonar, wanita ini buru- buru pergi, hampir saja ia menabrak Hota di pintu ruangan, entah pikirannya kemana saat ini, melihat Leonar tidak menolongnya tadi membuat moodnya benar-benar tidak enak sama sekali.

Sebuah massage masuk di ponsel pintar Neira ketika ia sampai di ruang arsip.

" Aku tunggu kamu di parkiran mobil, setelah makan siang"
Pesan itu dari Leonar.

Neira menghembuskan nafas lewat mulutnya, kenapa pria itu tidak langsung mengatakannya tadi.

---**---**,,**---

" Ugh..! Ugh...! "

Neira tersedak ketika memasukkan sesendok nasi dalam mulutnya, harusnya ia tidak membuka ponselnya saat makan, ketika mendengar suara massage dari benda tersebut dia tergesa membukanya

" Cepatlah Nei! Jangan seperti anak keong!" pesan Leonar.

Mata Neira membulat, ia berdecak sebal. Apakah ia mirip binatang kecil itu dan apakah pria ini tidak bisa menunggu? Setelah meneguk air didepannya, ia bergegas menuju parkiran khusus mobil sang bos, meninggalkan makan siangnya yang tak tersentuh.

" Cepatlah Nei! " Sambut Leonar tak sabar di pintu parkiran.

" Apakah anda akan menikahi saya lagi?" Agak kesal Neira mengatakannya karena perutnya masih tetap lapar. Sebuah jitakan mendarat di kepalanya, sebelum Leonar memasukkan Neira dalam mobil dengan menekan kepalanya.

Pria ini mengambil sesuatu dari saku jasnya, melemparkan benda kecil itu di pangkuan Neira.

" Pakai itu, aku tidak akan di sana untuk meniup debu-debu yang mengenaimu"

Leonar menghidupkan mesin mobil, sementara Neira melongo memandangi Leonar yang melajukan mobil tersebut dan obat kecil dipangkuannya secara bergantian, mimpi apa dia semalam?

TOUCH MY HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang