44

602 27 0
                                    

Nafas Neira seolah tersekat, sadar bahwa Leonar menghilang dari pandangannya di acara pesta yang berlangsung diluar bangunan mewah sebuah bungalow pinggir pantai yang Neira yakin milik seorang milyuner. Padahal sedari tadi, suaminya itu sangat menjaga dirinya untuk selalu berada di dekatnya, mengedarkan pandangan kesekitar tetap saja tidak menemukan sosoknya diantara para tamu undangan.

Hanya Hota yang berdiri tidak jauh darinya sedang bercakap dengan seseorang, mereka terlihat akrab. Seolah ia sengaja ditinggalkan Leonar untuk menemaninya. Sementara pria tersebut mungkin ada urusan lainnya dan itu adalah urusan pekerjaan, Neira hanya ingin menghibur dirinya dengan anggapan seperti itu.

Seorang laki-laki berparas tegas tiba-tiba berdiri disampingnya, membawa dua gelas minuman ditangannya

" Saya sedikit mengganggu anda, Bisakah anda mengikuti saya menemui seseorang?" Ucap laki-laki ini mengangkat salah satu gelas dipegangannya, menawarkan minuman itu pada Neira. Tak langsung menerima gelas yang disodorkan padanya, Neira melihat ke arah Hota yang tersenyum dan mengangguk padanya seolah itu adalah persetujuan agar Neira mengikuti kemauan laki-laki yang masih menunggunya.

Melihat Hota menganggukkan kepalanya, akhirnya Neira menerima gelas tersebut sebagai persetujuan atas permintaan laki-laki ini
" Jika saya tidak menginginkan orang asing bicara dengan saya?" Ucapnya menunjukkan keraguannya.

" Anda pasti sangat menginginkannya" Masih dengan senyuman, laki-laki itu menggiring Neira menuju kedalam bungalow, langkah mereka cepat memasuki sebuah ruangan yang cukup besar. Apakah Leonar menginginkannya untuk menemuinya diruangan ini, apa yang di inginkan suaminya itu setelah menghilang dari penglihatannya. Benarkah laki-laki ini membawanya menemui sang suami. Tapi, Neira tidak pernah mengetahui bahwa laki-laki ini adalah salah seorang anak buah suaminya.

" Kamu sudah bisa membawanya, Eros?" Suara itu sungguh familiar ditelinga Neira, bukan... Itu bukan suara Leonar. Pria itu berdiri menjulang sehingga Neira tidak bisa dengan jelas memastikan wajahnya.

Mengangkat pandangan, memastikan siapa yang berdiri diruangan itu, Neira meletakkan gelas minumannya diatas meja.

" Seperti yang saya perkirakan, anda akan menemuinya" Laki-laki disamping Neira juga meletakkan gelasnya diatas meja yang ternyata bernama Eros.

Aih... Suasana apa ini yang begitu kaku, kenapa Neira diperlakukan seperti orang tak dikenal, oleh dia yang berdiri disana memandangnya dengan sebuah semyuman merekah dibibirnya.

Harusnya pria yang berdiri menghadapnya itu langsung menemuinya dan mengatakan apapun itu, kenapa harus menunggu cukup lama hanya untuk bertemu dan mengatakan bagaimana kabarmu?

" Kenapa? Kenapa harus menyuruh orang lain untuk menemukanku? Apakah kakak tidak berani langsung menemuiku dan mengatakan maaf karena sudah meninggalkanku? " Neira mengepalkan kedua tangannya menahan emosi yang sungguh meluap begitu saja. Akhirnya, ia sekarang berhadapan dengan Edward Maulana, sang kakak yang meninggalkannya tanpa kabar dan tanpa seuntai kata perpisahan. Harusnya sekalian saja mereka tidak bertemu, kalau sikap sang kakak benar-benar berubah tidak seperti dulu.

" Saya harus keluar tuan muda, permisi" pamit Eros yang ditanggapi dengan kediaman.

Menghempas nafas, Neira mencoba menetralkan rasa yang bergelut dalam dirinya, apakah ini yang dimaksudkan suaminya, bahwa mungkin saja Neira menginginkan bertemu seseorang. Tapi apa maksudnya dengan mempertemukan dirinya dengan sang kakak tanpa dia menemani disamping Neira, dengan penampilan laki-laki seperti ini, apakah hanya untuk menemui sang kakak Neira sungguh harus memakai pakaian pria.

" Kamu tetap cantik walau dengan pakaian laki-laki itu" Edward melangkah mendekati Neira yang memandangnya nanar.

" Ternyata benar. Dia sungguh sangat melindungimu, bahkan kakak harus menunjukkan diri untuk bisa menemuimu"

Sebelah alis Neira terangkat, tidak mengerti dengan apa yang di katakan sang kakak padanya. Bukankah kalau hanya ingin menemuinya, Edward bisa langsung saja menemuinya tanpa minta izin terlebih dulu pada siapapun itu.

" Kakak tidak perlu memaksakan diri jika tidak ingin menemuiku, jadi biarkan aku pergi" Neira sungguh ingin beranjak dari tempatnya, tetapi tangan Edward meraih lengannya menatap manik matanya.

" Apakah kamu baik-baik saja disampingnya?" Pertanyaan itu sungguh membuat Neira berfikir jauh, apakah sang kakak tidak tahu kalau orang yang dimaksudkan adalah Leonar, orang yang sudah menikahinya dan menjaganya dalam diamnya. Menaruh perhatian penuh tanpa menunjukkannya, bahkan Neira baru menyadari itu sekarang setelah bertemu sang kakak yang berdiri tepat didepan penglihatannya.

" Kakak tidak berfikir dulu untuk menanyakan itu padaku?" Neira menyingkirkan jemari Edward dari lengannya, mengenyampingkan kerinduan yang menguar dari lubuk hatinya, mencoba mengubur rasa itu ditempatnya semula. Sungguh pertemuan yang di inginkannya justru membuatnya sesakit ini, Apakah pria yang berdiri gagah dengan tuxedo mewahnya ini adalah kakaknya yang selalu merengkuhnya apabila ia ketakutan, yang selalu memberikan uluran tangannya jika ia tidak berhenti untuk menangisi hal buruk terjadi di hari yang dilaluinya.

Inginnya, Neira meluapkan kemarahannya yang tertunda karena Edward benar-benar tega meninggalkannya, Tapi ia hanya diam menunggu penjelasan yang mungkin akan dikatakan sang kakak padanya.

" Eirel..... " Panggilan sayang untuk sang adik keluar dengan bergetar dari bibir Edward.

" Kak Edy tidak ingin membuatmu dalam bahaya, jadi hiduplah sebagai dirimu yang sekarang " Edward menatap wajah Neira yang tanpa expresi, menjadikan Neira seperti ini adalah salahnya, ia bahkan sudah siap kalau Neira tidak menganggapnya lagi sebagai kakaknya, ada banyak yang diuraikannya tapi, sungguh itu benar-benar tidak ingin dikatakannya demi tidak menyakiti sang adik lagi. Cukup ia meninggalkannya dulu.

" Menurut kak Edy, sekarang aku  tidak dalam bahaya? Apakah kakak tahu bagaimana aku harus menjalani kehidupanku sendirian tanpa persiapan? Bagaimana kakak tahu kalau aku aman bersamanya? Bagaimana kakak tahu tentangnya?" Memastikan bahwa sang kakak tahu bagaimana ia menjalani hidupnya setelah kembali sendiri ke Indonesia, Neira mencecarnya dengan pertanyaan yang membuat Edward menghela.

Pria ini meraih kepala Neira dan mengusap rambut yang Edward baru tahu kalau itu adalah Wig.

" Ah, sungguh orang itu sangat total merubahmu" Edward tersenyum menatap manik mata Neira yang menajam.

" Kak Edy bahkan tidak ingin menjelaskan apapun padaku? Dan hanya bicara tentang orang itu dan orang itu.. Apakah benar kakak mengenalnya, atau justru kakak-lah yang menyuruhnya" Neira memegangi tangan Edward yang ingin melepas wig yang dipakainya. Sungguh merasa penasaran dengan kata-kata Edward padanya atau mungkin Edward hanya ingin memancingnya untuk megatakan dan menjelaskan siapa orang yang ada disampingnya sekarang.

Ah, seharusnya Edward-lah yang menjelaskan terlebih dulu kenapa ia meninggalkannya, bukan dirinya. Apakah Edward menganggapnya masih seorang gadis kecil sehingga Neira harus mengatakan apapun itu pada sang kakak.

" Kakak sungguh tidak ingin menjelaskan apapun?" Tegas Neira meruntuhkan kegigihan Edward yang memang benar ingin tahu siapa orang yang ada disamping Neira saat ini.

" Siapa dia?" Pertanyaan itu langsung meluncur begitu saja, seolah Neira sungguh ahli untuk memancingnya.

" Untuk apa menanyakannya? Bukankah kak Edy sungguh inginkan aku menjalaninya seperti sekarang, jadi jangan bertanya apapun mengenai itu dan menyangkut tentangnya"

" Eirel.... " Desis Edward terperangah, benarkah Neira sungguh marah padanya dan mungkin tidak ingin lagi bertemu dengannya.

" Ah, Sepertinya aku ingin kebelakang. Melihat kak Edy sungguh menjadikan perutku sakit" Neira membalikkan tubuhnya meninggalkan Edward yang wajahnya benar-benar memerah. Sungguh ucapan Neira menohoknya telak.

Tbc......................

02 Oktober 2020

Terjepit diantara kemacetan truk dengan berbagai ukuran besarnya
Sungguh mengolah emosi dengan kepanasan suhunya,
Melumerkan imajinasi yang benar-benar terbelenggu dalam tempurung yang membuat sesak hampir mematikannya.......

TOUCH MY HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang