"Maksud anda?" Edward mengernyit bingung mencoba memahami tatapan Leonar yang tidak biasa.
Mendengkus, Leonar tidak lagi menghiraukan Edward yang begitu susah untuk langsung mengerti apa kondisi yang telah terjadi. Pria ini melangkah mendekati Neira dan Marco, berharap keduanya baik-baik saja.
"Apa kamu tidak lagi sayang dengan lenganmu, Marco!" Kata Leonar saat melihat Neira masih diam tak bergerak dalam lengan Marco.
Mendengar suara dingin Leonar, Marco segera melepas Neira yang lama tertegun di dekapnya, melihat kedatangan pria itu yang tiba-tiba sungguh melegakannya. Setahu Marco, Leonar tidak akan turun langsung seperti ini untuk menyelesaikan masalahnya.
"Terimakasih. Anda sudah datang, Sir." Ucap Marco dengan wajah memerah menahan sakitnya luka baru di lengannya dan itu disadari Leonar.
Kilau biru kelamnya bertemu dengan tatapan tajam milik Neira, seolah itu adalah sebuah protes terhadap Leonar. Alangkah lebih baik kalau Neira mengatakan sesuatu dari pada hanya diam mengunci mulut mungilnya itu.
"Kamu bisa bawa mobil, Marco?" Tanya Leonar segera merogoh saku celananya mengambil kunci mobil, tidak ingin menunda lebih lama untuk membawa Neira pergi secepatnya.
"Iya, Sir." Marco meraih benda yang disodorkan Leonar padanya, segera menggandeng tangan Neira untuk meninggalkan ruangan tersebut.
Semoga, anak buah Zelevina yang datang terhalau oleh orang-orang Grifson.
Leonar memandangi kepergian keduanya, ia sempat hawatir melihat Neira sejenak berhenti di depan Edward dan Fiora, tapi wanitanya itu tidak melihat ke arah kakaknya melainkan pada tangan Marco yang menggengamnya, mungkin ia memastikan sesuatu. Darah dari lengan Marco membasahi jemarinya yang tergenggam erat. Wajahnya mendongak menatap Marco sejenak lantas mengikuti langkah laki-laki itu yang meyakinkannya kalau ia tidak apa.
Memandangi pintu yang tertutup, Edward menahan kecewa yang sungguh mendera dadanya. Fiora tidak melepas lengannya untuk menyusul kepergian Neira.
"Kenapa harus anda?" Edward menatap nyalang pada Leonar, seolah sadar bahwa adiknya yang berharga hilang dari hadapannya.
"Bukankah perkataanku tadi sudah jelas?" Leonar melangkah ingin menyusul Marco dan Neira yang sudah hilang dibalik pintu, tidak ingin berbasa-basi dengan Edward, walau ia ingin sekali melayangkan kepalan tangannya pada wajah itu.
"Tunggu! ... Anda harus menjelaskannya lebih dulu sebelum pergi!" Edward mencoba melepaskan diri dari Fiora, ia sadar bahwa Fiora dan ibu Zelevina selama ini benar-benar bisa mengendalikannya.
"Haruskah? Apa kamu igin mendengar bahwa kamu tidak bisa dan tidak mampu melindungi hal berharga milikmu?" Leonar berhenti tepat di depan Edward yang memucat.
"Ah, saya sangat menyesal." Edward tidak berani membalas tatapan tajam milik Leonar, ia benar tahu bahwa dirinya bukan seorang kakak yang baik bagi Neira. Tapi, ia butuh penjelasan kenapa Neira hanya diam saja saat Marco membawanya dan itu atas perintah pria di hadapannya ini, yang ia kenal sebagai seorang singa dalam bisnisnya. Bahkan Neira tidak menguntai sepatah kata pun sebelum pergi, apakah ini adalah balasan dari adiknya itu karena ia sudah meninggalkannya dulu. Tapi, kalau ditimbang lagi sikap Neira benar sangat wajar jika ia seperti itu pada Edward. Meski Edward berusaha memakluminya hatinya sangat sakit merasakan kalau ia sudah kehilangan sosok Neira yang manja dan bergantung padanya.
"Jangan sampai membahayakannya, sedikit saja kamu, nona Fiora ataupun keluargamu menyentuhnya, menjadikannya terluka sedikit saja, kalian akan berurusan denganku! itu peringatan." Leonar masih bergeming, ia tidak puas dengan reaksi Edward yang seperti begitu saja merelakan Neira pergi, tanpa mempertahankannya sedikit pun. Ia seolah lepas tangan dan hanya memastikan siapa yang melindungi adiknya sekarang.
"Aku? Itu urusanku dengan Eirel, kenapa anda ikut campur dengan masalah keluarga kami?" Fiora maju disisi Edward, ia balas menatap Leonar yang terlihat tenang. Dalam hati Fiora berharap bahwa ibunya datang bersama orang-orangnya dan membawa Neira yang mungkin sudah keluar dari gedung resto, berpikir bahwa kelemahan Leonar adalah Neira. Tapi, kenapa laki-laki disekitarnya selalu saja melindungi wanita yang di bencinya karena dia adalah anak dari wanita lain yang merebut suami ibunya.
"Heh! ... " Leonar menyunggingkan senyum di bibirnya dan menyempitkan jarak dirinya dan Fiora.
"Apa yang kamu pikirkan? Apa benar kamu keluarganya? Yang berusaha untuk membunuhnya?"
Kata-kata Leonar menyiutkan nyali Fiora, tapi kemarahan di hati menyulut egonya.
"Jangan menghalangi dan melindungi Eirel!" Ancam Fiora membuat Leonar tergelak.
"Oh, apa kamu terlalu sakit hati? Kamu kira Tuan Dimitri Maulana adalah ayah kandungmu?"
Wajah Fiora menegang, ia terdengar mendengkus meredakan gelombang yang menghantam dadanya, rasa takut menguasai dirinya. Dari dulu yang ia tahu bahwa satu-satunya ayah biologisnya adalah Dimitri Maulana bukan lainnya, tapi kenapa pria ini mengatakan hal yang tidak masuk di akal, apakah ia hanya ingin memancing emosinya. Gadis ini mengalihkan pandangannya pada Edward, menatapnya ingin menanyakan kebenaran dari kata-kata Leonar.
"Kamu tidak tahu? Apakah Zelevina tidak mengatakan apapun?"
"Tidak! Wanita itu merebut ayahku dari ibuku!" Wajah Fiora memucat menyadari Edward hanya diam saja tanpa bereaksi apapun, membiarkan kata-kata Leonar mempermainkan perasaannya, ada bening mengaca di pelupuk matanya, tangannya terkepal, ia benar tidak bisa menahan bening yang jatuh bergulir di pipinya.
"Ah, kamu beranggapan Zelevina adalah wanita yang setia?"
Tubuh Fiora bergetar, pria yang berdiri di depannya ini sudah sangat menyakiti hatinya. Ia sadar bahwa tidak ada kemiripan antara wajahnya dan wajah Edward, setelah bertemu Neira barusan ia sangat mengerti bahwa dirinya berbeda rupa dengan keduanya (Edward dan Neira), bahkan sikap Edward yang selama ini seolah menjaga jarak dengannya barulah terjawab sekarang.
Meragu Fiora menyusut buliran bening itu kasar, meyakinkan dirinya bahwa Edward bersikap seperti itu karena tidak pernah tahu kalau benih yang akhirnya lahir dengan nama Fiora Zeilfa sudah tumbuh di rahim ibunya saat sang ibu berpisah dengan ayahnya, Dimitri Maulana.
"Anda pintar mempermainkan perasaan seseorang!" Fiora mencoba tersenyum, walau hatinya cukup sakit entah kenapa.
Leonar mengangkat sebelah alisnya, ekor matanya menatap Edward sekilas yang hanya berdiri diam dengan tatapan bingung. Apakah kakak dari istrinya itu sengaja membiarkan dirinya menyelesaikan masalah keluarganya juga.
"Rupanya Zelevina menutupi kebenaran siapa ayah kandungmu." Leonar terkekeh, ia mencoba membaca arti tatapan Edward yang sedikit pun tidak membuka mulutnya atau membela Fiora, ia tetap berdiri diam menatapnya.
"Jangan dengarkan apapun Fio, sayang!" Suara pintu terbuka kasar dan suara seorang wanita yang ternyata Zelefina hampir terdengar bersamaan.
"Ia hanya menghasutmu!" Zelevina terlihat masuk dengan bercak darah di pakaiannya.
"Ah, sepertinya anda harus menjelaskan hal yang sebenarnya." Leonar memasukkan kedua tangannya dalam saku celananya dan segera beranjak dari ruangan tersebut meninggalkan ibu dan anak perempuannya itu saling bertatapan.
Edward tiba-tiba melangkah keluar menyusul Leonar, menyadari pakaian ibu Zelevina yang ternoda darah, pikirannya tertuju pada Neira. Ia tahu kalau Marco terluka lantas kenapa Leonar hanya diam dan langsung pergi saat sang ibu datang, melangkah tergesa Edward menghiraukan Fiora yang kini sudah menangis terduduk di lantai ruangan.
Tbc.............
30th of june 2021
Pada kenyataannya kekhawatiran menyayat setiap raguku,
Sakitmu terasa menyesak menusuk lewat pancaran kilau manikmu,
Entah kenapa kata itu tidak bisa keluar dari mulutku
Bahwa diri ini menyimpan rindu hanya untukmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH MY HEART
General FictionKata orang pernikahan adalah hal yang sakral, ikatan yang suci untuk menyatukan hati dan jiwa dua insan. Tapi apa kata Leonar membuat hati Neira benar-benar kehilangan tautan. Ia tidak ingin pulang kerumah pria itu setelah dengan seenaknya menikahi...