22

634 32 0
                                    

Terhenti langkah Neira di depan pintu ruangan sang bos, tangannya mencengkram dokumen di tangannya kuat, harusnya ia tidak peduli dengan apapun mengenai pria itu, tapi ia mendengarnya dari pintu yang terbuka itu.

Hota menutup ruangan bosnya perlahan dan terkesiap melihat Neira berdiri di dekatnya.

"Anda dari tadi di sini Nona? "

Tak ada jawaban dari pertanyaan Hota, kediaman Neira membuat Hota mengerti kalau istri sang bos tersebut telah mendengar percakapan mereka di dalam tadi.

"Nona pasti mendengar semuanya, tapi tolong jangan salah faham nona, Mr. Leonar sungguh tidak pernah berniat memanfaatkan anda"

Hota berusaha menjelaskan pada wanita di hadapannya yang masih bergeming ditempatnya.

"Anda harus percaya kalau Mr. Leo sungguh-sungguh dengan anda"

"Berikan ini pada nya pak Hota, saya harus kembali"

Neira menyerahkan dokumen yang dibawanya pada Hota, rasanya ia tidak ingin penjelasan sekarang.

"Saya akan panggilkan mr. Leo, saya harap anda menunggu sebentar"
Buru-buru Hota kembali memasuki ruangan sang bos.

Neira membuang nafasnya kasar, apa ia benar-benar berharap pada pria tersebut, sejak kapan tumbuh harapan untuk pria tersebut dalam hatinya, ada sakit yang begitu ngilu di dadanya. Ia tidak ingin melihatnya sekarang, langkah kakinya pun akhirnya ia bawa menjauh dari pintu ruangan sang bos, suaminya.

Benar adanya, jika setelah Leonar menikahi Neira di rumah besar keluarganya, ia tidak membahas tentang kapan resepsi pernikahan mereka akan diselenggarakan.

Tapi apakah Leonar benar-benar memanfaatkannya demi tidak di ganggu oleh wanita-wanita itu lagi,dan dengan asistennya itu,

Ach... Persetan dengan itu, kenapa Neira jadi terpikirkan tentang pembicaraan mereka toh pernikahan mereka adalah permainan belaka.

Neira memencet tombol di sebelah lift khusus para staff, tapi lengannya di tarik seseorang memasuki lift khusus milik sang bos yang terbuka disebelahnya

" Nei,, ikut aku" Suara itu milik Leonar.

Neira masih diam saja mencerna apapun yang didengarnya tadi dan yang terjadi sekarang.

Mereka sudah berada di parkiran khusus mobil Leonar, pria ini memasukkan Neira ke dalam BMW i8 dan melajukannya meninggalkan gedung perkantoran GSN.

"Hota, batalkan jadwalku hari ini"

Telfon Leonar di perjalanan demi melihat expresi wajah Neira yang begitu sedih.

" Kenapa anda membatalkan jadwal penting anda hanya karena.."

" Kamu yang terpenting dari pada lainnya Neira"

Ah, benarkah itu. Kata-kata Leonar sungguh manis sekali untuk di dengar tapi, wanita ini buru-buru menyusut harap yang bergayut kuat dalam benak dan kalbunya tidak membiarkan itu semakin menyakitinya.

Leonar membawa wanitanya ke sebuah pantai yang dulu pernah ia datangi dengannya.

"Anda tidak lupa kalau pernikahan kita hanyalah permainan kan?"

Neira menegaskan, lebih tepatnya meyakinkan dirinya agar tidak berharap lebih dari pria ini, dari pernikahannya yang entah kapan di akhiri.

" Menurutmu begitu? " Leonar menghentikan mobilnya dan melepas seatbeltnya, ia menggenggam kuat setir mobil menahan nafasnya terhempas kecewa. Untuk akhirnya ia keluar mobil, memutarinya dan membukakan pintu untuk Neira.

"Keluarlah, kita harus bicara"

Neira masih diam, ia tidak bisa menghadapi kenyataan tentang apa yang didengarnya tadi di depan ruangan pria yang berstatus suaminya ini.

Harusnya, Leonar memberinya jeda waktu untuknya, untuk dia berfikir dan bersiap menguatkan hatinya untuk akhirnya merasakan kehilangan lagi. Apakah pria ini tidak mengerti keguncangan dirinya untuk menghadapi semuanya.

" Nei.. Apakah kamu tidak ingin semuanya jelas di atara kita?" kata-kata Leonar menyayat luka yang ada di kalbunya, Luka yang masih belum tertutup sempurna bahkan masih begitu menyakitkan.

Agak gemetar Neira membuka seatbeltnya dan turun dari mobil tersebut. Leonar menyadari itu, bahkan ia benar-benar ingin memukul dirinya sendiri telah membuat wanitanya kembali dalam keterpurukan akibat kehilangan orang-orang yang menyayanginya.

Dengan halus, Leonar meraih tangan kecil itu dan membawanya menuju gazebo mini tak jauh dari tempat ia memarkir mobilnya.

" Menurutmu, pernikahan kita hanyalah permainan sajakah? "

Leonar memulai percakapan saat mereka sudah duduk di gazebo.

" Kamu yang mengatakan itu" Neira langsung menanggapi kata-kata Leonar, ia tidak ingin larut dalam lukanya akibat kehilangan kedua orang tuanya, Edy juga Andreas yang meninggalkannya.

Dan kalaupun ia harus kehilangan orang yang barusan mengisi hari-harinya walau itu janggal terasa, sekarang sajalah waktunya untuk kehilangan lagi, toh sekarang ataupun nanti tetap saja akan hilang.

" Kalau anda ingin mengakhiri pernikahan ini, saya akan terima tanpa syarat apapun, toh ini hanya permainan"

" Neira sophie eirella, menurutmu aku benar-benar tidak waras melakukan pernikahan denganmu untuk sebuah permainan?"

"Lantas apalagi, kalau tiba-tiba seorang datang dan langsung ingin menikahiku tanpa bertanya siapa aku, apakah aku setuju atau tidak untuk menikah. Juga tentang apa yang aku dengar tadi?"

Sejenak Leonar menatap wanita yang duduk disampingnya ini, menemukan kecewa yang teramat sangat dari pancar mata teduhnya.

" Apa kamu pikirkan Neira? apakah aku seperti aktor dalam cerita roman itu, yang mengulurkan tangan untuk pernikahan dengan mengajukan syarat tertulis? yang didalamnya ada poin-poin tertentu? Dan tempo waktu kapan berakhir untuk ikatan pernikahan kita?"

Leonar menghirup udara sebanyak-banyaknya, memikirkan kata-kata yang akan diucapkannya lagi pada Neira agar semuanya jelas.

" Neira...Aku menikahimu tidak dengan niatan main-main, aku benar-benar ingin menjalin hubungan denganmu dalam ikatan yang sah"

" Tapi Kamu tidak mencintaiku?"

Mendengar kata-kata itu, Leonar benar-benar sangat frustasi, bagaimana cara meyakinkan wanita ini.

" Apa masih perlu cinta dalam memulai pernikahan kita Nei? Kita ini sudah menikah, dan apa salah kalau kita jatuh cinta setelah menikah?"

Gemas rasanya melihat wanitanya ini, ingin Leonar membawa tubuh kurusnya dalam pelukannya sekarang juga.

" Kamu tidak mencintaiku sekarang?pernyataan itu, anda dan pak Hota? "

Neira menggigit bibirnya, khawatir pria disebelahnya ini akan marah.

" Aku dan Hota pasangan gay?Ah..apa kamu ingin membuktikannya sekarang? "

Leonar menarik tubuh Neira mendekat, ia memeluknya dan mencium puncak kepalanya.

" Kamu ingin aku membuktikannya sekarang juga? Disini? di rumah kosan atau di rumah kita?"

Neira mengeleng dalam pelukan Leonar, dari awal ia percaya kalau hubungan Hota dengan Leonar hanyalah asisten dan bos saja, tidak lainnya, ia pun sungguh percaya kalau Leonar bukanlah seorang gay yang menyukai sesama jenisnya, tapi apa yang di dengarnya tadi sungguh membuatnya galau dan frustasi.

Sejak kapan ia mulai menerima keberadaan Leonar? Apakah sejak ia mengetahui Andreas bukan miliknya lagi, dan bukan cintanya lagi?

Tbc....

TOUCH MY HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang