Leonar mengakhiri meetingnya dengan orang-orang kepercayaannya di Amerika saat jam sudah menunjukkan pukul 12.20 siang, ia terlihat menerima telfon saat berjalan menuju ruangannya.
" Sekarang istriku ada dimana?" Suaranya terdengar sebelum menutup pintu ruangannya.
" Oh, dia di rumah orang tuaku" Ada senyum tergaris samar dibibirnya saat ia menghempas tubuhnya disofa, melonggarkan sedikit dasi yang melingkar di lehernya.
" Pastikan dia selalu baik-baik saja" Perintahnya pada orang diseberang sana sebelum mengakhiri percakapannya.
Pria ini menyisir rambutnya dengan jemarinya, tangannya terulur meraih sebuah dokumen diatas meja dan membacanya satu persatu sebelum menandatangani beberapa, mengabaikan suasana hatinya yang entah kenapa selalu terpikir oleh wanita itu, Neira. Tidak jelas kenapa wajahnya selalu ada dibenaknya, Leonar enggan untuk melukiskan Seberapa ingin ia bersamanya.
Ia sengaja menyuruh orang untuk terus menjaga keselamatan Neira, setelah melihat foto wanita yang bersama Andreas yang dikirimkan oleh orang kepercayaannya. Kekhawatirannya muncul begitu saja mengingat kejadian yang sudah berlalu hampir lebih dari lima tahun itu.
Apakah ia harus menghubungi mama Anggela untuk membujuk Neira agar pulang ke rumah keluarganya demi keselamatan wanitanya, ach... Tidak, kalau seperti itu pasti mama Anggela akan menyuruhnya untuk pulang dan itu artinya ia harus kembali bertemu dengan papa Liang. Hubungan Leonar sudah begitu renggang dengan sang papa dan ia juga enggan untuk memperbaikinya.
Leonar menarik nafasnya dalam, bahkan sekarang ia harus memikirkan orang lain selain dirinya, Leonar tidak mencintai Neira, ia hanya ingin melindunginya dari wanita itu.
Pria ini akhirnya menaruh kembali dokumen yang di pegangnya diatas meja, sepertinya perutnya harus di isi untuk mengembalikan akal sehatnya
---**---**,,**---
Mondar mandir di kamar Leonar adalah hal yang dilakukan Neira pagi ini, ia sudah memakai setelan kerja yang dikirimkan Leonar tadi pagi-pagi sekali untuknya.
Dari mana pria itu tahu kalau ia sekarang berada di rumah besar keluarga Liam, apakah mama Anggela yang memberitahu Leonar kalau ia berada di rumah tersebut, sehingga ia tahu dan mengirimkan setelan yang dipakainya sekarang.
Ach... Yang jadi pikiran Neira tidak hanya itu, tadi malam mama Anggela ingin mengajaknya ke butik untuk memperlihatkan baju yang cocok untuknya pagi ini, padahal ia harus masuk kerja, laporan keuangan yang harus dikerjakannya sudah menunggunya dan dokumen-dokumen di ruang arsip perlu ia rapikan juga.
" Nona... Maaf, nyonya besar sudah menunggu di meja makan" Suara seorang wanita diluar kamar, buru-buru Neira menyambar tasnya dan membuka pintu.
" Saya akan turun" Neira tersenyum pada wanita didepannya, seorang gadis berseragam maid berdiri di depan pintu kamar. Gadis tersebut hanya diam memandangi Neira diambang pintu sehingga menghalanginya untuk lewat. Tatapan gadis ini menyiratkan kekaguman terhadapnya.
" Apakah anda akan berdiri disitu saja dan tidak membiarkan saya lewat" Neira masih dengan senyumnya membuat gadis maid itu terhenyak dan menggeser tubuhnya, membiarkan Neira melangkah setelah mengunci pintu kamar.
Mama Anggela berpesan untuk mengunci pintu kamar tersebut dan menyuruh Neira menyerahkan kuncinya kembali padanya.
Leonar tidak ingin orang lain memasuki kamarnya kecuali sang mama, itulah alasannya, bahkan mama Anggela sendiri yang membersihkan kamar putra bungsunya itu bukan orang lain, sungguh agak berlebihan menurut Neira.
--**--**,,**---
Baju-baju yang di pilihkan mama Anggela sangat banyak, menurutnya Neira mempunyai tubuh yang proposional dan tampak anggun mengenakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH MY HEART
General FictionKata orang pernikahan adalah hal yang sakral, ikatan yang suci untuk menyatukan hati dan jiwa dua insan. Tapi apa kata Leonar membuat hati Neira benar-benar kehilangan tautan. Ia tidak ingin pulang kerumah pria itu setelah dengan seenaknya menikahi...