26

680 29 0
                                    

Leonar menaruh file-file nya, sudah cukup rasanya untuk mengerjakannya, penyakit workaholic-nya memang sungguh akut sampai ia melupakan bahwa Neira istrinya tadi pamit di tengah makan malam untuk kekamar karena sakit bulanannya.

Bukannya menyusul istrinya tersebut setelah makan malam keluarganya selesai, ia malah memasuki ruang kerjanya yang berdampingan dengan ruang tidurnya.

Tidak menemukan Neira di kamarnya, pria ini langsung turun berniat mencarinya di taman belakang.

Langkahnya terhenti saat mendengar suara orang bercakap dari dapur, urung ia memasuki ruangan tersebut dan memilih bersender di tembok yang gelap menyadari Neira tengah menghadapi sepasang puma itu, siapa lagi kalau bukan Hirosi dan istrinya.

Beberapa kali Leonar tersenyum mendengar kata-kata Neira yang ditujukan untuk Hirosi dan Seila, mereka harus tahu bagaimana wanita pilihannya itu begitu tangguh.

Sebelum akhirnya Hirosi meninggalkan kedua wanita itu dengan kekesalannya. Leonar tahu kalau Hirosi sagat kesal karena ia mendegar umpatan Hirosi di depan ruang dapur tanpa menyadari kehadirannya di sana.

" Sekali lagi maafkan Hiro, ia hanya ingin mengujimu" Suara Seila mengurungkan niat Leonar untuk masuk, ia kembali terdiam di posisinya.

" Lupakan, tapi apakah kak Hiro memang seperti itu? Maksudku untuk pertama kalinya dengan kak Seila apakah ia menguji kak Seila? " Suara Neira

" Ah, kalau itu. Kau tahu awalnya kami di jodohkan, dan itu tidak mudah bagi kami berdua, hidup di keluarga yang glamor dengan orang-orang kalangan atas justru merantai kebebasan kami, apalagi kami sama-sama punya kekasih"

" Bukannya kekasih kak Hiro menjadi rebutan antara kak Hiro dan Leonar"

" Kamu juga tahu hal tersebut? "

Keduanya sejenak saling diam. Leonar menghela nafas panjang, kalau wanita itu adalah pilihan terbaik mana mungkin Leonar dan Hirosi bersiteru sampai sekarang, wanita tersebut bahkan hampir menghancurkannya, menghancurkan keluarganya.

" Kak Seila pernah bertemu dengannya, Wanita itu?"

" Iya, Dia sangat cantik tapi semoga kamu tidak akan pernah bertemu dengannya"

" Benarkah? Kurasa wanita dihadapanku sungguh pilihan terbaik untuk kak Hiro"

" Neira, apa kamu ingin menggodaku?"

" Bagaimana bisa kak Seila membuat kak Hirosi bertekuk lutut?"

Terdengar suara Seila tertawa, terlihat wanita itu akhirnya bangkit.

" Itu ada triknya Neira, aku bertaya pada suamimu" Seila melangkah meninggalkan Neira dalam kediamannya.

Sementara Leonar masih berada di tempatnya, kata-kata terakhir Seila sungguh tidak benar bukankah Hirosi akhirnya memuja Seila karena ia sungguh seperti sinar bulan purnama.

---**--**---

Tubuh Leonar akhirnya bergerak menghampiri Neira yang baru keluar dari ruang dapur, ia langsung mengaitkan lengannya di pinggang wanita itu.

" Jangan berteriak ini aku" Leonar membungkam mulut mungil Neira dengan tangannya yang bebas, ia menaruh wajahnya di ceruk leher wanitanya.

" Kau mengagetkanku, aku mengira kamu hantu atau pencuri" Neira menggeliatkan tubuhnya setelah Leonar melepas tangannya dari mulutnya. Tubuhnya merespon sentuhan Leonar di ceruk lehernya.

" Tidak ada hantu ataupun pencuri disini Nei,, orang-orangku menjaga kita disini"

" Mereka tidak tidur? " Neira membalikkan badannya tak nyaman, tapi posisinya sekarang semakin tak berjarak dengan Leonar.

"Arch...Kamu bahkan tidak memikirkanku sama sekali" Leonar mengeram, saat seperti ini kenapa Neira memikirkan para bodyguardnya, ia memagut bibir istrinya dengan gemas.

" Leo, bisakah tidak membuatku selalu terkejut, jangan menyentuhku tanpa persetujuanku" Neira mendorong tubuh Leonar dan menekuk wajahnya, ia tidak bisa mengendalikan moodnya di dekat Leonar apalagi ia tidak begitu nyaman dengan keadaannya saat ini.

" Kamu tidak akan pernah setuju untuk hal itu bukan?" Leonar berusaha menyembunyikan rasa frustasinya.

" Ah, sudahlah Leo, aku tidak ingin membahasnya lagi" Neira melangkah meninggalkan Leonar yang masih menatapnya intens.

" Kenapa? Padahal kita suda sah menikah" Pria ini menyusulnya di belakang

" Aku tidak pernah mencintaimu"

" Benarkah kamu tidak jatuh cinta padaku pada pandangan pertama?" Leonar meraih lengan Neira saat berada di depan kamarnya.

" Tidak "

Leonar menarik tubuh Neira menghadapnya.

" Benarkah? Sampai sekarang tidak ada sedikitpun?" Selidik pria ini

" Sudahlah Leo, kamu sungguh membuatku harus menghadapi pikiran keluargamu yang membuatku tidak enak hati"

" Yang mana yang tidak enak? Bukankah mereka harus tahu seperti apa wanita yang sekarang menjadi pendampingku"

" Ah, kamu sungguh menjadikanku umpan untuk keluargamu dan kamu bersenang-senang melihatku seperti itu"

" tapi kamu yang bernilai sangat tinggi" Leonar membuka pintu kamar dan menarik wanita itu yang tidak bisa diam untuk tidak bersuara dengan kata-kata yang tidak mengenakkan.

" Kamu menyamakanku dengan harta benda?"

Leonar membuang nafasnya jengkel, apakah sungguh wanitanya ini hatinya sulit untuk di luluhkan.

" Kalau kamu benda, aku akan langsung menidurimu dan membuangmu di jalanan" Ada seringai mengerikan di bibir leonar yang membuat Neira bergidik, ia melepaskan tangannya langkahnya mundur dan berakhir terduduk di tepi pembaringan.

" Apa yang kamu katakan pada Hirosi tadi, apakah itu masuk akal?"

Dengan tatapan asing Leonar menghampiri wanita itu, ia membungkuk dan degan serigai dingin ia meraih wajah pucatnya.

" Aku hanya bicara apa yang di pikiranku saat itu apakah kamu mendengarnya?"

" Apa yang ada di pikiranmu? Apakah kamu terpengaruh dengan isu pergantian RUU saat ini? Kalau sudah menikah itu bebas untuk menyentuh dimanapun kita suka, kamu beranggapan itu adalah pemerkosaan? Apa lagi itu hah!"

Meneguk ludah Neira merasakan sentuhan diwajahnya, hatinya berkedut mendengar kata-kata dingin Leonar barusan.

Berbeda lagi dengan Leonar, ia benar-benar sangat frustasi saat tadi ia di dorong Neira karena mencium bibirnya, ia ingin melampiaskannya sekarang tapi melihat wajah itu sungguh pucat hatinya menggelepar apakah ia sungguh menakutkan saat ini di penglihatan Neira.

" Leo.. Kamu membuat perutku semakin sakit"

Ambyar sudah isi dada Leonar, kenapa kata-kata itu seperti sihir yang meremukkan kekakuannya, harusnya hubungannya dengan Neira seperti hubungan suami istri pada umumnya tapi kenapa harus seperti ini, apakah sebagai laki-laki ia tidak terlalu berambisi dengan istrinya sendiri, apakah benar ia punya kelainan?

Dan ia melupakan kalau wanita ini sedang tidak begitu bisa mengontrol suasana hatinya karena sakit bulanannya. Lantas kenapa jadi dirinya terbawa suasana karena hal tersebut.

" Biar aku obati"

" Hentikan Leo! "

Tbc..........

TOUCH MY HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang