Wajah itu mirip sekali dengan wajah Leonar, tapi tetap saja senyumannya tidak begitu mengenakkan. Tatapannya begitu menyelidik seolah Neira mencuri barang miliknya.
" Aku kira, Leo tidak akan memilihmu menjadi istrinya, kamu bukan wanita kebanyakan yang di sukai Leo, dengan apa kamu memikatnya? "
Kata-kata itu berhasil mengoyak hati Neira, inikah sosok dari Hirosi yang diceritakan mama Anggela padanya.
" Kenapa hanya diam? Kamu mencoba menyembunyikan isi kepalamu? "
Neira mencoba tersenyum, menyampingkan kekesalannya atas sambutan yang diberikan Hirosi padanya. Leonar meninggalkannya di taman belakang keluarga Liam, setengah jam lalu mereka sampai dan Hirosi tiba-tiba saja menghampirinya.
" Aku tidak tahu kenapa kakak mengusikku dengan kata-kata tersebut, aku juga tidak berniat untuk memikat adik anda dengan sesuatu yang merendahkanku, jika anda berpikir begitu"
Terlihat Hirosi menaikkan alisnya, ia kembali tersenyum menatap wanita milik adiknya, tidak seperti Leonar yang hanya tersenyum jika ia ingin tersenyum, selebihnya wajah Leonar begitu dingin dan kelam.
" Kamu tidak tertarik pada Leo, kenapa mau menikah dengannya"
Jlep... Apa kata Hirosi barusan, apakah ia ingin penjelasan kenapa ia dan Leo menikah?
" Bagaiman bisa kakak mempertanyakannya? "
" Kamu bukan tipe Leonar, jadi apa yang kamu punya sehingga dia menjadikanmu ratu di sisinya"
Terdiam Neira tidak bisa memberi jawaban, toh dari awal ia juga tidak punya jawaban kenapa Leonar menikahinya juga kenapa Neira menyetujuinya.
" Jadi jika kamu tidak punya apapun terhadap Leo, bersiaplah untuk di tinggalkan olehnya suatu hari nanti"
Neira menelan ludahnya sendiri, wajahnya memucat dan itu tidak bisa ia tutupi dengan apapun. Sedikit ia menggerakkan kakinya, ingin segera berlari dari sana meninggalkan Hirosi dengan kata-katanya yang pedas dan senyumannya yang mematikan, tapi sebuah lengan mengamit pinggangnya mengurungkan niatnya untuk berlari pergi dari sana.
" Apa perkataannya menyakitimu? " Suara Leonar disisi telinganya, Pria ini menggendong si kecil Airi yang dengan segera beralih ke gendongan Hirosi, ayahnya.
Neira lagi-lagi meneguk ludahnya, sentuhan lembut dikepalanya membuatnya terasa tenang, tak sadar ia menggenggam jemari Leonar yang berada di perutnya.
" Aunty, di perut aunty sudah adakah dedek bayi? Kalo belum cepat buatkan untuk Airi" Suara cedal Airi yang terdengar membuat Leonar dan Hirosi saling pandang, sedangkan Neira merapatkan tubuhnya pada pria yang nota bene suaminya itu. Berharap Hirosi tidak melontarkan kata-kata yang tidak mengenakkan hatinya lagi.
" Kamu mengajarinya untuk berkata seperti itu? " Wajah Leonar begitu dingin, tak ada exspresi di sana.
Hirosi tergelak mendengarnya, juga menyadari expresi wajah Leonar, adiknya. Untuk seorang wanita di sekitarnya rasanya adiknya terlalu protektif pada yang satu ini, apakah wanita yang berdiri canggung dengan pakaian warna merah maron itu terlalu istimewa, sehingga Hirosi mengambil kesimpulan bahwa memang itu adalah jawaban kenapa Leonar memilihnya.
" Aku tidak pernah mengajarinya Leo, saranku cepatlah punya anak, suatu hari dia akan sering bertanya pada kalian pertanyaan yang terkadang orang dewasa tidak mampu menjelaskan jawabannya " Hirosi masih dengan senyumnya.
" Anak-anak jaman Now sangat istimewa, bahkan bisa di katakan mereka mempunyai kecerdasan yang berbeda dari zaman masa kita kecil dulu" Sambungnya.
Neira sejenak menahan nafas, bagaimana mereka akan membuat anak jika ia dan Leonar tidak satu rumah, juga bagaimana Neira bisa mempercayai Leonar jika hatinya sendiri percaya kalau suatu hari nanti pria tersebut akan meninggalkannya.
" Benarkah? Mungkin kamu harus sekolah lagi untuk bisa menjawab pertanyaan dari anak-anakmu, setidaknya saat ini kamu mengakui bahwa kamu kurang cerdas dari putrimu" Leonar tidak tanggung-tanggung mengatakannya di depan si kecil Airi. Ia tidak mau Hirosi menyakiti Neira dengan kata-kata pedasnya.
" Ah, lihatlah pamanmu Airi. Kamu tidak akan mendapatkan kekasih sedingin pamanmu nanti karena tidak akan ada yang mengalahkan sifatnya itu" Hirosi tergelak mendapati pancaran mata dingin milik adiknya.
"Kamu yang mengajarinya seperti itu Hiro, seumuran putrimu terlalu peka untuk menerima hal di sekitarnya, jadi atur bicaramu" Leonar mendengkus kesal karena Hirosi membuat wanitanya terlihat terluka dan tidak nyaman.
" Oh, my beby.. Kamu sungguh cantik sekali " Mama Anggela datang dan menarik Neira dari pelukan Leonar, di belakangnya ada seorang wanita cantik seperti boneka dengan kulitnya seputih susu. Itu adalah Seila, istri dari Hirosi.
"Mama yang paling cantik" kata Neira ketika mama Anggela mencium pipi kanan kirinya. Ia mencoba tersenyum normal pada wanita tersebut mengabaikan moodnya yang tidak bagus, entah karena ia sedang kedatangan tamu bulanannya menyebabkannya sedikit lebih sensitif oleh perkataan Hirosi atau memang kakak Leonar itu yang memang keterlaluan.
" Trimakasih sudah membawa Leo pulang" bisik mama Anggela.
" Bukan aku ma, tapi kak Hirosi yang membuatnya pulang, putra mama yang mengajakku kesini pagi tadi karena ingin bertemu kakak Hirosi dan keluarganya" tutur Neira membuat wanita di belakang mama Anggela tersenyum, senyum yang sungguh manis.
" Ma.. Bisakah mama tidak menguasai Neira hanya untuk mama" Leonar menyadarkan mama Anggela kalau kedatangannya dan istrinya adalah untuk bertemu Hirosi beserta istri dan anaknya.
" Pergilah kalian dulu ke dalam, mama mau bicara dengan Leo" ucap mama Anggela yang di tanggapi rengutan oleh Neira.
"Seila, ajak Neira ke dalam, mama mau introgasi si bungsu " Hirosi menyuruh istrinya dan tersenyum pada Leonar yang mendelik padanya.
" Tidak akan lama Nei,,mama akan cepat mengembalikannya padamu" mama Anggela mengamit lengan Leonar putra kesayangannya.
" Apa-an sih ma, aku sudah menikah ini" Leonar melepas lengan mamanya. Khawatir kalau Hirosi akan lebih menjahili Neira.
" Tenanglah Leo, aku akan menjaganya untukmu" Seila tersenyum meyakinkan Leonar untuk melepasnya pergi dengannya beserta Hirosi dan Airi.
" Apa kamu sudah membujuk Neira untuk tinggal bersamamu? Kalau sudah jangan lupa pesan mama untuk segera bikinkan cucu lagi untuk mama" berondong mama Anggela setelah empat orang tersebut memasuki rumah.
" Mama... Kan sudah Leo bilang beri sedikit waktu"
" Ah, apa benar kamu mencintainya?"
" lha,, gimana aku gak suka punya istri seperti Neira ma, yang tidak pernah protes kalau aku pergi kerja keluar negri begitu lama, dia juga tidak pernah marah kalau aku tidak pulang berhari-hari" Mata Leonar menerawang menatap pintu rumah yang baru tertutup disana, ia seperti kehilangan sesuatu yang berharga untuknya.
" Kamu ya, itu artinya ia tidak mencintaimu, mana mungkin wanita bersuami tidak punya cemburu kalau suaminya tidak pulang"
" Aku tahu ma" Leonar menunduk memainkan kakinya, ia tidak bisa mengerti suasana hatinya sekarang.
" Ah, kapan mama bilang Neira tidak mencintaimu, kamu pasti bisa membuatnya jatuh cinta padamu" hibur mama Anggela, ia mendesah pelan, baru kali ini ada wanita yang istimewa seperti Neira, dengan ketampanan dan kecerdasan putranya mana ada wanita yang tidak langsung jatuh hati padanya, kecuali Neira.
Tapi, dalam hati mama Anggela bertanya, apa iya putranya yang satu ini begitu gampangnya jatuh cinta pada wanita seperti Neira, mama Anggela sungguh menyangsikannya.
Tbc........
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH MY HEART
General FictionKata orang pernikahan adalah hal yang sakral, ikatan yang suci untuk menyatukan hati dan jiwa dua insan. Tapi apa kata Leonar membuat hati Neira benar-benar kehilangan tautan. Ia tidak ingin pulang kerumah pria itu setelah dengan seenaknya menikahi...