23

670 31 0
                                    

Mata itu berkejab mendapati Leonar sudah berada di sisi pembaringan dengan setelan kasualnya, Neira menutupi kepalanya dengan selimut berharap pria itu hanya imajinasinya yang muncul tiba-tiba di rumah kosannya.

" Ini sudah pagi Hunny..kamu tidak mandi matahari? " Suara itu terdengar begitu jelas, berarti ia sedang tidak berhalusinasi atau bermimpi.

"Ayolah Hunny... " Leonar menyibak selimut Neira, ia memaksa istrinya bangun dengan megangkat tubuh kurus tersebut dari pembaringan.

"A.. Apa yang kamu lakukan Leo"
mau tidak mau Neira mengalungkan lengannya di leher Leonar khawatir jatuh, tapi ia membenamkan kepalanya di dada pria ini, malu karena ia belum mandi.

" Call me, my lovely"

"Aku tidak mencintaimu"

" Benarkah? "Leonar tergelak menyadari Neira yang semakin dalam membenamkan wajahnya.

" Baumu masam sekali eh. Cepatlah mandi biar tidak seperti si ketty di teras itu"

Leonar menurunkan tubuh yang digendongnya tepat di depan pintu kamar mandi.

"Berhentilah membandingkanku dengan binatang yang kau sebut itu"

"asy... Rumahmu terlalu sempit untuk kita berdua"

"Jangan membujukku untuk tinggal di rumahmu Leo"

" Rumah kita hunny"

"Jangan panggil aku seperti itu Leo! "

" My lovely, call me it please! "

Neira memutar matanya, jengah. Kenapa sepagi ini wajah pria ini sudah tampak di rumah kosannya, padahal ini hari libur untuknya, hari minggu.

"Pergilah, aku mau mandi" Neira berbalik akan membuka pintu kamar mandinya tapi Leonar menarik lengannya.

"Apalagi Leo? "

"Kamu sakit? Aku antar ke dokter"

Leonar memasang wajah cemas menatap wanita itu yang terbengong tak percaya bahwa pria yang sungguh pendiam dan dingin tersebut hari ini begitu cerewet.

"Kamu bercandakah? Aku baik-baik saja"

" Wajahmu terlihat pucat, tidak mungkin karena bangun tidur dan itu,, itu seperti warna darah di pakaianmu"

Bluss.. Wajah Neira merona, cepat ia melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi setelah menyentak pegangan Leonar pada lengannya.

" Pergilah Leo, bukannya kamu harus bekerja"

"ini hari minggu hunny.. kamu tidak apa-apa? Aku antarkan ke rumah sakit setelah mandi"

Leonar mengetuk pintu kamar mandi dan mengangsurkan handuk dan pakaian Neira lengkap yang di tanggapi oleh wanita itu dengan teriakannya

" Leo!!! Bisakah kamu pergi sekarang juga"

" Aku suamimu hunny, kamu tidak perlu malu untuk itu"

Neira menatap pakaian di tangannya, underwear dan dres berwarna merah maron tersebut baru saja Leonar berikan padanya, bagaimana bisa pria itu membuka lemari pakaiannya dan tanpa malu untuk mengambil underwear tersebut dari sana.

Mimpi apakah dia tadi malam, atau kepala pria tersebut baru saja kejedot meja sehingga ia melakukan ini pagi-pagi padanya.

Tadinya Neira ingin bergelung dibawah selimut karena tubuhnya yang terasa sakit semua, hingga pria itu datang dan menyadari darah itu sudah keluar begitu saja, darah menstruasi hari pertamanya.

--**--**

Beberapa kali Neira menghela nafasnya, matanya berkejab memandangi teh dan roti yang tersedia di meja, disebrang ia duduk, Leonar sudah menghabiskan sarapannya.

"Kenapa kamu mau aku berpakaian seperti ini?" risih rasanya Neira harus memakai dres selutut berlengan pendek, warna merah maron pemberian mama Anggela.

" Kamu tidak ingin menyenangkan suamimu dirumah? "

Mendengar itu Neira mendelikkan matanya, Leonar tersenyum melihat itu. Ia meneguk tehnya sampai tandas.

" Makanlah, hanya itu yang bisa aku buat di rumah mungilmu ini. Aku tidak bisa memasak dengan bahan-bahan bercita rasa Indonesia yang kamu punya disana"

Leonar menunjuk kulkas kecil yang berada di sudut ruang tamu dimana mereka duduk sekarang.

"Habiskanlah, setelah itu kita akan ke rumah sakit"

"Aku tidak sakit Leo"

" Baiklah, aku akan panggil dokter Rio untuk kesini memeriksamu"

Sejenak Neira terdiam, apakah pria ini sungguh tidak tahu kalau ia sedang datang bulan.

"Aku tidak sakit Leo, aku sedang menstruasi" Suara Neira mencicit, menyisakan warna merah di wajahnya.

" Aku tahu, mungkin kamu merasa tidak nyaman, pusing atau sakit perut yang tidak tertahankan"

LAGI,,,, Lantas kalau Leonar tahu kenapa ia harus mengatakannya dan membuatnya sangat malu.

Ingin rasanya Neira mengecilkan tubuhnya dengan alat yang dimiliki doraemon, tapi mana mungkin itu terjadi di dunia nyata. Merasa malu, sangat-sangat malu hingga Neira menyedekapkan kedua tangannya didada menguasai mimik wajahnya yang tidak mendukung keinginannya untuk menyembunyikan rasa malunya.

Leonar meraih kepala Neira dan mengacak rambutnya pelan.

" Habiskanlah sarapanmu, ini sudah jam sepuluh, kita akan ke rumah mama Anggela, aku harus mengenalkanmu pada Hirosi dan istrinya"

Meraih tangan Leonar dari kepalanya, Neira menatapnya bertanya siapa Hirosi?

" Dia kakakku hunny, putra pertama keluarga Liam"

" Kalian sangat akur " Entah kenapa kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulit mungil Neira. Apakah Leonar akan sangat marah karena Neira mengucapkan kata-kata yang menyinggung hubungannya dengan sang kakak.

" Cepatlah, ia tidak akan menunggu sampai besok lusa"

Leonar tidak ingin membahas masa lalunya dengan Neira, setidaknya ia tahu kalau mama Anggela sudah menceritakan hal tersebut pada wanitanya.

Tbc....

TOUCH MY HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang