Grifson melangkah keluar ruangan tersebut, Neira menyusul di belakangnya.
Orang-orang termasuk para security berdiri dan membungkuk pada mereka tanpa kata. Agak begitu risih Neira menerima perlakuan itu dari mereka, tapi ia harus menahan diri untuk tidak berkomentar apapun atau melarang mereka bersikap seperti itu padanya.
" Mari, nona" Grifson mengawal Neira, mungkin untuk menemui Leonar.
" Maaf, bisakah kita tidak menemui Mr.Leonar?" tiba-tiba Neira berhenti tidak jauh dari ruangan security di belakang mereka. Ada kegelisahan di pancar mata indahnya.
" Tapi saya harus mengantarkan anda menemuinya" Grifson ragu menatap Neira yang tersenyum kecil padanya.
" Tolong, kali ini saja. Biarkan saya pulang ke kosan, bukankah anda tahu tempat tersebut?" Neira menegaskan rasa penasarannya, bahwa memang Leonar benar-benar menjaganya dengan menghadirkan orang-orang ini di dekatnya.
" Anda membuat saya mati di tangan Mr.Leonar sekarang juga jika tidak menuruti perintahnya" Grifson menyipitkan matanya, agak risau menerima peemintaan istri tuannya.
" Katakan saja kalau saya tidak baik-baik saja dan meminta langsung pulang" Neira menghela, apakah memang harus seperti itu sikap seorang terhadap majikannya. Harusnya Grifson lebih menakutkan dari Leonar, tapi kenapa orang ini sangat takut dengan pria itu.
" Baiklah mari saya antar"
Akhirnya dengan terpaksa Grifson mengantar Neira kerumah kosan, ia fikir saat ini Leonar masih sibuk dengan klien pentingnya. Kalau Neira harus datang menemuinya itu akan lebih menunda pekerjaan sang bos.
----**---**----
Kedua pria tersebut duduk saling berhadapan dengan sebuah laptop yang terarah pada salah satunya. Pria yang menatap layar datar itu mengernyitkan dahinya. Tidak ada expresi yang teraut di wajahnya.
" Marco sudah mengantar nona Neira ke rumah kosannya, ia sangat memaksa untk pulang ke sana, Sir" Suara berat itu terdengar memecah keheningan, ia sengaja membawa salinan asli cctv dimana itu merekam kejadian yang dialami Neira sejak ia datang di mall tersebut sampai ia pulang untuk ditunjukkannya pada sang bos yang kini di temuinya.
" Apakah kita perlu menambah orang lagi untuk melindungi nona Neira?"
" Hmm.. Tambah saja Grifson, masalah yang dihadapi istriku bukan hanya berhubungan dengan frentina raufagle istri pewaris keluarga pranata, tapi juga dengan keluarga besar kakaknya" Leonar menutup laptop dihadapannya, mengangsurkannya pada Grifson, tatapannya begitu datar seolah tiada pikiran yang mengganggu dalam benaknya.
Menerima benda tipis itu dan menyimpannya dalam tas jinjingnya, Grifson segera melaksanakan perintah Leonar, menghubungi orang-orangnya untuk mengawasi dan melindungi istri sang bos besarnya.
" Frentina raufagle menyelidiki tentang nona Neira, saya menghapus data sebenarnya dan menggantinya dengan informasi palsu" Grifson memberitahukan.
" Dan sepertinya keluarga dari Tuan Edward Maulana sangat ingin menemukan nona Neira karena itu mereka mengaturnya agar ke Indonesia untuk mengetahui keberadaan nona Neira bilamana mereka bertemu"
" Terimakasih sudah menyelesaikan tugas itu, dan untuk pertemuan itu memang harus bertemu" Leonar bangkit dari kursinya, ruagan khusus di lantai paling atas mall tersebut adalah miliknya yang diubah sedemikian rupa menjadi beberapa bagian seperti di kantornya, hanya Grifson dan sebagian orang-orangnya yang mengetahui tentang itu.
" Istirahatlah disini, kamu terlalu memforsir tenagamu untuk melindungi istriku, biarkan orang-orangmu yang menjaganya sementara" Leonar tidak memandang kearah Grifson, langkahnya tenang meninggalkan pria itu yang termangu di kursinya. Memang rasa lelah benar-benar menguasai Grifson karena ia sendiri yang harus mengawasi dan melindungi Neira beberapa hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH MY HEART
General FictionKata orang pernikahan adalah hal yang sakral, ikatan yang suci untuk menyatukan hati dan jiwa dua insan. Tapi apa kata Leonar membuat hati Neira benar-benar kehilangan tautan. Ia tidak ingin pulang kerumah pria itu setelah dengan seenaknya menikahi...