Hota berkali-kali menatap Leonar yang begitu fokus dengan meeting bersama koleganya siang ini. Di sebuah resto mall terdekat dari gedung GSN.
Rasanya tidak ada yang mampu untuk mengusik konsentrasinya, apakah Hota sendiri yang menghawatirkan sang bos dan istrinya.
Padahal sejak pulang dari rumah sang bos tadi malam, Hota benar-benar gelisah karena Saga, adiknya itu tidak hentinya menanyakan prihal pernikahan sang bos padanya.
" pikiranmu dimana Hota? Kamu tidak fokus sama sekali" Leonar membereskan dokumen-dokumennya dan memberikan pada Hota.
Memasukkan ke dalam tas dokumen yang diberikan Leonar, Hota mencoba menyampaikan lagi rasa khawatirnya.
" Apakah tidak masalah jika pernikahan anda tersebar luaskan?"Hota menunggu apa jawaban yang akan diberikan pria tersebut.
Tapi jangankan jawaban, Leonar malah lebih menikmati teh hangatnya, menyeruputnya seolah itu minuman ternikmat yang ia rasakan saat ini.
" Minuman ini sangat nikmat, Hota. Apa kamu tidak ingin menyentuhnya"
Mendengarnya, Hota hanya terdiam. Pria muda ini menyadari kalau kerongkongannya terasa kering, namun entah kenapa ia sama sekali tidak ingin menyiramnya dengan hanya seteguk minuman yang terhidangkan sejak tadi.
Apakah memang sosok sang bos telah sangat berubah? Apakah pernikahannya merubah hatinya sedikit lembut dan penuh belas kasihan, untuk sesuatu yang pribadi baginya mana mungkin ia membiarkan seorangpun tahu tentangnya, bahkan jika itu diperlukan Leonar benar-benar akan menyingkirkannya dengan tidak ada hati sedikitpun.
" Ah... Sir, Anda mau kemana?" Hota menyadari sang bos sekarang sudah melangkah menjauh darinya, ia meruntuki dirinya sendiri karena gagal fokus karena terlalu memikirkan urusan pribadi Leonar. Terganggu oleh kecemasan yang di buatnya sendiri, atau itu hanya firasat yang perlu diabaikannya saja.
Berhenti memandang keramaian di bawah sana, Leonar mengendorkan ikatan dasinya. Ia terlihat enggan untuk mencari tahu tentang apa yang terjadi di bawah sana.
Hota yang terburu-buru menyusulnya mendapati Leonar melangkah cepat meninggalkannya.
" Anda harus kembali ke kantor Sir.." Hota mencoba menyusul langkah lebar Leonar.
Keramaian mall membuat Hota kehilangan sosok Leonar karena orang-orang yang terlu padat berlalu lalang.
" Ah...Sial!" runtuk Hota menepi untuk mengambil ponselnya dan menghubungi Leonar lewat pesan singkatnya.
" Saya harap anda tidak menghilang lagi Sir...urusan kantor terlalu banyak untuk anda tangani" ketik Hota di ponsel pintarnya sebelum mengirimnya pada Leonar.
" Aku punya kamu untuk aku andalakan Hota"
Ah, selalu saja Hota harus kehilangan sosok sang bos secara tiba-tiba. Padahal urusan kantor menunggu untuk diselesaikan, tetap saja pria itu dengan se-enaknya menghilang begitu saja seperti bayangan.
------**--**------
Bagaimana bisa siang ini, Neira terjebak dalam hal seperti ini dalam keramaian yang benar-benar menarik perhatian semua orang.
Wanita itu berdiri tidak jauh di depannya dan berteriak padanya.
" Dasar jalang, kamu sudah merebut suami orang!"
Tecenung Neira memandangi wanita cantik itu, memastikan teriakan itu benar tertuju padanya.
Dengan sekali hentakan, tangan wanita tersebut melayang kearah wajah Neira, reflek Neira menghindarinya membuat wajah wanita itu benar-benar memerah murka karena tangannya mengenai tempat kosong di depannya.
Apakah Neira mengenalnya? tentu saja tidak, tapi kenapa wanita ini begitu sengit padanya.
Tidak nyaman dengan keadaan yang tidak dimengertinya, Neira mendengkus kesal menetralkan aliran darahnya yang tidak stabil gara-gara orang-orang berkerumun tertarik melihat mereka di mall itu.
Mall yang Neira datangi karena permintaan Selina untuk bertemu. Padahal Neira hanya ingin berada di kantor saja berkutat dengan pekerjaannya oleh sebab perut dan punggungnya yang masih sakit terasa.
Lama tidak bertemu dengan Selina mengharuskan Neira untuk memaksa dirinya pergi walau ia enggan bergerak dengan leluasa.
" Kamu harusnya enyah dari hadapanku sekarang juga, atau kamu ingin mati hari ini juga" wanita cantik itu benar-benar berteriak pada Neira, tangannya erat mencekal lengannya.
" Kamu sudah merusak keluargaku, kamu tidak punya hati sama sekali, apakah kamu disini sengaja untuk menemui suamiku?"
Neira menatap wanita ini dengan nanar, melepas lengannya dari cekalan wanita ini.
" Kamu salah orang, Nyonya. Saya tidak pernah mengenal anda dan suami anda" suara Neira jelas terdengar.
" Kamu! Kamu masih bersembunyi dibalik topeng lugumu itu hah! Jangan bilang Kamu tidak kenal dengan Andreas Pranata, padahal kamu selalu bertemu dengannya dibelakangku"
Apa tadi yang Neira dengar, benarkah Andreas sudah menikah?Apakah wanita ini adalah istrinya? lantas kenapa waktu itu Andreas masih memaksa Neira untuk kembali padanya.
Neira sebenarnya hanya mengira kalau Andreas sudah punya kekasih, tapi ini..,ini adalah ikatan pernikahan, bukan sebatas hubungan cinta biasa saja.
" Saya tidak faham dengan yang anda maksudkan, jadi bisakah anda tidak mengganggu saya" Neira masih menatap Wanita itu dengan menghujam.
" Aku tidak pernah salah, nona. Jadi jika aku telah membuktikannya, kamu tidak akan aku biarkan"
Wanita ini mengancam Neira, tapi yang di ancam tidak mengacuhkannya. Neira menepis tangan wanita itu yang kembali akan meraihnya." Kamu sungguh tidak tahu malu, sudah melakukan itu masih saja menghindarinya dariku"
Ah, yang benar saja bagaimana bisa wanita itu mengarang cerita fiksi seperti itu.
Neira membalikkan badannya melangkah menjauhi wanita dengan kata-kata sumpah serapahnya yang tidak mengenakkan telinga hingga wanita itu menghambur ingin memukul Neira.
Dengan gerakan gesit, Neira yang menyadarinya menghindari serangan wanita tadi yang tiba-tiba hingga....
Bruk....
Tubuh wanita itu tersungkur diatas lantai.
Neira menghela nafasnya lelah, dan kembali melangkahkan kakinya tanpa peduli wanita itu yang berusaha bangkit masih dengan sumpah serapahnya.
Ada sosok yang dikenal Neira berada tidak jauh dari orang-orang yang sudah pergi satu persatu melihatnya dan wanita itu.
Apakah benar itu Edward Maulana, kakaknya. Tapi mana mungkin ia berada disana, apakah sang kakak sudah melihatnya dan tidak mempedulikannya?
Dengan segera, Neira ingin menyusulnya tapi ia malah kehilangan sosok itu di lobi mall dan sekarang Selina sudah mengamit lengannya.
" Akhirnya aku bertemu denganmu"
Selina mengerling nakal pada Neira.Neira melampiaskan kekesalannya pada Selina dengan mencubit pipi sahabatnya itu gemas.
Permintaan Selina untuk bertemu dengannya di mall ini menjadikan ia mengalami hal yang sungguh tidak mengenakkan tadi.
TBC................
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH MY HEART
General FictionKata orang pernikahan adalah hal yang sakral, ikatan yang suci untuk menyatukan hati dan jiwa dua insan. Tapi apa kata Leonar membuat hati Neira benar-benar kehilangan tautan. Ia tidak ingin pulang kerumah pria itu setelah dengan seenaknya menikahi...