" Berisik!!!" Suara Leonar dingin, ia mendorong tubuh Selina untuk tetap diluar, tangan lainnya menutup pintu di belakangnya.
Selina melihat pria di depannya dari atas sampai bawah, bukan cuma tubuhnya yang sangat sempurna bahkan wajahnya terpahat mengagumkan.
" Apa yang kamu inginkan?" Pria ini menatap Selina tajam, menghenyakkan gadis ini yang masih terpukau mengamatinya.
" Ini rumah Neira, aku ingin bertemu dengannya tapi sejak kapan anda yang menjadi penghuni rumah ini?" Agak gusar Selina mengatakannya. Pria tersebut melewatinya menghempaskan tubuh kokohnya diatas kursi yang ada di teras rumah seolah tak acuh dengan kehadiran Selina.
" Apakah anda punya suatu hubungan dengan Neira, setahu saya anda bukan saudaranya?" Selina duduk di kursi kosong di sebrang meja, cukup penasaran dengan pria yang menurutnya begitu dingin ini juga wajahnya yang tanpa expresi.
" Saya akan melindunginya dari anda orang-orang yang hanya membuatnya sedih"
" Hei..apa yang anda katakan, saya dan Neira bersahabat sejak lama, lantas ada hak apa anda berkata seperti itu?" Suara Selina begitu tinggi karena dikuasai oleh emosi. Tapi apakah pria ini yang dimaksudkan Andreas bahwa ia adalah seorang yang punya hubungan dengan Neira.
Leonar tidak langsung menjawab, ia menatap tajam Selina yang juga menatapnya sengit butuh penjelasan.
" Selina, kamu disini?" Suara Neira membuat keduanya otomatis mengarah pada wanita yang kini sedang termangu membuka pintu. Keduanya urung untuk mengurai kata-kata yang sudah ada di pangkal lidah.
" Ah, kau membangunkannya" Leonar bangkit dan menghampirinya.
" Aku akan pulang, jaga kesehatan dan pikiranmu, besok pagi tidak usah menyiapkan makanan karena aku tidak akan kesini" Leonar mengusap kepala Neira lembut sebelum meninggalkannya bersama Selina.
" Tidak di sini dulu?"lirih suara Neira.
" Ada yang menjagamu malam ini, mungkin kamu bisa menjelaskan sesuatu padanya daripada aku"
Neira menatap tidak rela kepergian Leonar yang begitu mendadak, mungkinkah ia ingin membiarkannya melewati waktu bersama Selina. Ada rasa kehilangan saat mobil hitam itu meninggalkan tepian jalan depan rumahnya.
" Nei, kamu sungguh tidak rela dia pergi" Selina sudah berdiri di sampingnya.
"Eh, kapan kamu datang?" Neira melangkah masuk di ikuti Selina yang sungguh masih sangat penasaran.
" Barusan, ah...apakah kamu tidak ingin menjelaskan siapa pria itu" Selina mendudukkan dirinya dikursi ruang tamu, ia melihat sebuah jas hitam tersampir di kursi lainnya.
Neira mengambil cemilan dan air mineral untuk Selina, tangannya meraih jas hitam tersebut dan membawanya masuk kedalam kamar.
Suara ponselnya bergetar, segera wanita ini meraihnya dari atas nakas samping tempat tidur.
" Aku meninggalkan jasku disana, mungkin kamu ingin menggunakannya sebagai selimut, anggap saja malam ini aku memelukmu untuk melewatkannya"
Asy...apa ini, benarkah Leonar yang mengirimkan pesan sepanjang itu. Neira menatap benda hitam yang tergeletak dipembaringan, seingatnya Leonar cukup lama menemaninya tadi.
" Nei...kamu sengaja membuatku menunggu lama?" Suara Selina menyentakkan Neira sehingga ia buru-buru menaruh ponselnya kembali lantas menemui Selina.
" Kamu banyak menyembunyikan sesuatu dariku, bisakah hari ini kamu menjelaskan dan menceritakannya padaku?"Selina merajuk mengharap Neira segera mengatakan apapun itu.
Mengusutkan rambut dengan jemarinya, Neira berfikir harus dari mana ia memulainya.
" Aku sudah menikah dengan pria tadi" Neira bersuara lirih tapi keheningan membuat Selina masih bisa mendengarnya jelas.
Gadis itu terbengong menatap sahabatnya tanpa berkedip memastikan kesungguhan dari raut Neira yang duduk di depannya, ia segera menutup mulutnya yang berbentuk huruf O, matanya mengerjab. Bagaimana Neira bisa menyembunyikan hal sebesar itu darinya.
" Kamu...ah kapan? Tidak ada undangan untukku soal pernikahanmu" Selina mengingat ingat undangan apapun yang sudah ia terima.
Neira hanya diam, bingung bila harus menceritakan yang sebenarnya terjadi.
" Harusnya kamu bilang jika sudah menikah, aku tidak akan mendukung Andreas seperti itu padamu"
" Hei...dia kakakmu Lin..."
" Ah, dia bahkan tidak memikirkan perasaanmu" Selina terlihat menyesal
Ia meraih jemari Neira dan menggenggamnya." Maafkan aku ya Nei..aku bahkan tidak tahu apa kesulitanmu selama ini hingga kamu menyembunyikan semua ini dariku"
" Aku yang tidak ingin semua orang tahu bahwa pernikahan itu sudah terjadi, jadi kamu tidak usah terlalu khawatir tentang itu"
" Aku hanya lega sudah ada yang menjagamu kini, tapi ia sungguh perfecsionis"
" Kamu hanya sekali bertemu dengannya"
" Walaupun hanya sekali wanita akan langsung jatuh cinta padanya, apakah kamu seperti itu dan akhirnya memutuskan menikah dengannya?"
" Ah, mana ada yang seperti itu Lin. Aku..aku menyukai caranya membuatku disisinya" Hampir saja Neira mengatakan bagaimana cara Leonar menikahinya, kalau sampai sahabatnya ini tahu, dia akan selalu saja meminta cerita padanya tenyang bagaimana Leonar memperlakukannya.
"Hmm...sepertinya dia seorang yang begitu dingin, ia bekerja dimana?" Selina masih mengejar Neira.
" Lebih baik kita tidur Lin...singkirkan meja dan kursi ini ke samping, kamarku tidak akan cukup untuk kita berdua" Neira bangkit sedangkan Selina terpaksa melepaskan tangannya dan membantu Neira untuk mengangkat meja dan kursi ruang tamu tersebut untuk dijadikan tempat tidur bagi keduanya setelah membentang badcover dilantainya.
" Nei...." Selina masih sungguh penasaran tentang sahabatnya dan pria yang ditemuinya tadi.
"Hmmm, tidurlah Lin..." Neira menutupi tubuhnya dengan selimut, ia berusaha memejamkan matanya.
" Kamu tidak menjawabku tadi? Siapa namanya dan apa pekerjaannya?"
" Leo, ia tidak punya pekerjaan" Suara Neira serak.
" kamu sungguh berbohong, sepertinya ia seorang yang kaya"
" Tidurlah, Sudah malam" Neira memunggungi Selina dan menutup kepalanya dengan guling, tidak mau lagi bicara banyak.
Selina mendengkus melihat kelakuan sahabatnya, ia hanya bisa melihat punggung Neira dalam diam.
" Nei...rumahmu kecil, kenapa tidak pindah ke rumah yang lebih besar atau tinggal dirumah suamimu, apakah kamu tidak disukai keluarganya"
Tidak ada jawaban, mata Selina mengerjab teringat tadi ia diantarkan beberapa orang untuk kembali pulang atas perintah Neira, tapi kenapa sahabatnya ini hanya diam saja tanpa bertanya bagaimana tadi ia pulang, apakah benar Neira yang menyuruh mereka ataukah suaminya.
" Jika kamu bahagia, aku tidak akan lagi memintamu untuk menjelaskan dan menceritakan apapun lagi mengenai pria itu. Tapi jika kamu merasa itu hanya pelarianmu untuk melupakan kakakku, aku harap kamu menyingkirkan itu. Kak Andreas tidak berhak lagi menerima ketulusanmu" Selina mengutarakan isi hatinya walau Neira tidak menghadap kearahnya tapi gadis ini tahu bahwa sahabatnya masih belum tidur.
" Apakah kamu belum bisa membuka hati untuk pria lain? Lantas kenapa kamu menikah Neira? Apakah kamu akan begini terus, masih tinggal disini padahal kamu sudah menikah. Aku sangat faham kamu bersikap begini karena kamu belum mencintai suamimu, logikanya mana mungkin zaman sekarang orang sudah menikah tapi masih tinggal di lain rumah, yang ada malah begitu ada cinta langsung tinggal serumah tidak peduli itu tanpa ada ikatan nikah"
Neira masih diam, dalam hati ia membenarkan ucapan Selina. Tapi saat ini ia tidak ingin bicara karena ia sendiri benar-benar merasa sedang galau dengan hati dan pikirannya.
Tbc...........
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH MY HEART
General FictionKata orang pernikahan adalah hal yang sakral, ikatan yang suci untuk menyatukan hati dan jiwa dua insan. Tapi apa kata Leonar membuat hati Neira benar-benar kehilangan tautan. Ia tidak ingin pulang kerumah pria itu setelah dengan seenaknya menikahi...