Setelah mengganti Pakaian, Leonar keluar kamar di Villa pribadinya tak jauh dari bungalow, tempat pesta tadi malam(hanya setengah jam perjalanan dengan kecepatan sedang mengendarai mobil). Sengaja ia menyuruh Hota untuk membawa Frentina bersama mereka.
Hota menyambutnya di meja makan dengan wajah seriusnya, menandakan kalau asistennya itu benar-benar galau atas keputusan membawa Frentina serta.
"Kenapa wajahmu seperti itu, Hota? Apa kamu tidak ingin sarapan dan sengaja ingin menjadikan moodku memburuk?" menghempas nafas, Leonar tidak menghabiskan sarapannya. Ia menerka kalau penyebabnya adalah wanita yang masih belum sadar dari pengaruh alkoholnya itu, yang dalam perjalanan tadi memeluk lengan Hota tidak ingin melepasnya mengira kalau Hota adalah dirinya. Jadilah Leonar yang mengemudikan mobil.
"Sebaiknya anda menunggu nona Frentina sadar dari pengaruh alkohol," permintaan Hota membuatnya bangkit setelah meneguk minumnya.
"Kamu bilang kalau aku ada jadwal pagi ini? Bukankah mengurus wanita itu adalah tugasmu?"
"Tapi sir?" Hota kembali mengatupkan mulutnya saat melihat alis Leonar terangkat menatapnya. Pria yang masih berdiri di depan meja makan itu merogoh saku jasnya, mengeluarkan benda pipih dari sana dan menatap layar datar itu sambil mengernyitkan dahi.
Dalam hati Hota menggerutu, bukankah Leonar menyuruh untuk membawa Frentina ke Villa tersebut untuk dimintai keterangan siapa dalang dibalik aksinya selama ini, lantas kenapa dia seolah enggan untuk melakukannya karena sepengetahuan Hota, Frentina akan menuruti apa saja permintaan Leonar kala mereka bersama. Tidak ada seorang pun yang dapat meluluhkan wanita itu.
"Saya sudah mengatur ulang jadwal anda pagi ini," perkataan Hota tidak mengalihkan perhatian Leonar dari benda di tangannya.
"Tidakkah anda menginginkan informasi dari nona Frentina secepatnya? Hanya anda yang bisa melunakkannya" Lanjut Hota menginginkan jawaban dari rasa penasarannya akan pikiran Leonar tentang Frentina.
"Informasi apa yang kita harapkan dari seorang Frentina? Kamu tidak harus menghadapinya dengan menyamakan perasaan wanita itu seperti wanita kebanyakan," Leonar memasukkan ponsel kembali ke saku, ia memegangi belakang kepalanya sebentar lantas melangkah pergi meninggalkan Hota yang sejenak ternganga lantas terburu menyusulnya.
"Jangan biarkan dia pergi sebelum aku kembali!" Perintah Leonar membuat Hota semakin frustasi. Hota tidak pandai menghadapi wanita seperti Frentina, dan sekarang sang bos meninggalkannya sendiri untuk menghadapi wanita itu.
"Kamu sering berduel dengan musuh dan saingan kita dulu, apakah harus aku ajarkan bagaimana menghadapi Frentina juga?" Leonar cukup geram karena Hota masih mengekorinya, membuatnya sulit untuk cepat pergi demi pesan yang dibacanya tadi di ponselnya.
"Apakah saya boleh memukulnya kalau dia membuat saya kewalahan?"
"Ah, tidakkah kamu lihat aku sedang tergesa? Jadi menyingkirlah!"
Hota akhirnya terdiam tidak lagi menyusul langkah Leonar menjauhinya. Kemana lagi sang bos menghilang kali ini? Apakah ia akan selalu jadi orang terakhir yang mengetahui keadaan pria itu.
---**--**----
Menatap bangunan resto mewah di depannya, Leonar menempatkan pistol dalam holster di pinggang sebelum turun dari mobil. Menghubungi Grifson untuk mengirim beberapa orang menyusulnya.
Menunda rencananya pergi ke Cina, Khawatir mengenai pesan dari Marco tadi, kalau ia tidak bisa menangani orang-orang Zelevina, ibu kandung Edward Maulana, dan melindungi Neira karena kondisinya yang tidak baik setelah menyelesaikan tugas terakhir yang diberikan Leonar padanya, membersihkan sekaligus melacak siapa dalang dibalik pencemaran namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH MY HEART
General FictionKata orang pernikahan adalah hal yang sakral, ikatan yang suci untuk menyatukan hati dan jiwa dua insan. Tapi apa kata Leonar membuat hati Neira benar-benar kehilangan tautan. Ia tidak ingin pulang kerumah pria itu setelah dengan seenaknya menikahi...