[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------Prilly beranjak dari duduknya dan menyimpan gitar yang di pangkunya ke tempatnya semula.
Hari semakin beranjak gelap, suara azan maghrib pun sebentar lagi akan berkumandang untuk itu Prilly berjalan ke arah kamar mandi untuk bersiap melaksanakan kewajibanya sebagai umat muslim.
***
"Prill..."
Prilly berjalan kearah pintu kamarnya untuk membukanya. "Iya bun," jawabnya ketika melihat bunda Ully–Bundanya berdiri didepan pintu kamarnya.
"Ayo turun, kita makan malam dulu!" titahnya yang di balas anggukan oleh Prilly.
Ketika Prilly sampai di lantai bawah, disana sudah terdapat ayah Rizal dan Kakak laki-laki nya–Andrean.
"Malam, yah, bang." sapa Prilly mengambil duduk di sisi abang nya. "Malam Prill," jawab ayah Rizal mengalihkan pandangannya sejenak dari koran untuk melihat Putrinya.
"Malam juga dek." Andrean mengacak pelan rambut Prilly yang di biarkan oleh gadis itu.
Bunda Ully menghampiri mereka dengan membawa air putih di tangannya.
"TANTEE, OMMM, GRITTE NUMPANG MAKAN YA!!"
"Yatoiba, suara siapa sih itu!" gerutu Andrean yang terkejut akibat suara yang melengkingan keras.
"Siapa lagi kalau bukan tetangga kita si anoa!"
Baru saja Prilly berucap demikian orang yang berteriak tadi sudah sampai disana dengan cengiran khasnya. "Malam semua." sapa Gritte ringan lalu mengambil duduk di samping kiri Andrean tanpa di persilakan.
"Malam Itte." sapa orang tua Prilly ramah, sudah terbiasa dengan tingkat laku Gritte yang tak tau malunya. Prilly hanya memutar bola matanya, "brisik banget sih lo!"
Gritte melirik Prilly. "Kan kata tante juga anggep aja rumah sendiri, ia gak tan?." Gritte meminta persetujuan kepada Ully.
"Anggep rumah sendiri juga gak gitu-gitu amat kali, lo mah kaya gak tau diri banget." dengus Prilly sebelum Ully mejawabnya. "Sett udah ah, jangan pada berantem, kamu juga Prill, jangan kasar gitu ah gak baik." Gritte memeletkan lidahnya mengejak.
Andrean yang disampingnya langsung menjewer telinga Gritte membuat gadis itu mengaduh. "Sakit tau bang, jahat banget sih!"
"Lagian lo kesini cuma numpang makan doang!"
"Biarin lah, tante juga gak masalahin."
Bunda Ully segera melerai mereka untuk segara makan malam, sebelum terlalu larut malam. "Udah makan dulu. Entar kalau udah azan isya kalian langsung shalat ya!."
***
Kediaman keluarga syarief saat ini begitu sepi dan hening, meski terdapat beberapa orang serta angota kelurga disana.
"Ali mau kemana kamu?!" Ali menghentikan langkah nya, namun enggan untuk berbalik. "Keluar." jawabnya datar.
"Kelayaban aja kamu bisanya, kenapa kamu gak bentah banget diem di rumah?!" lagi. Meski Ali mendengar suara itu tegas dan penuh acaman namun sekali lagi Ali hanya diam tak acuh atau takut sedikitpun.
Syarief yang duduk dimeja makan bersama istrinya pun menatap putra sulungnya yang sama sekali tidak melihatnya.
"Mamah udah gak ada sih." sekarang Ali berbaik menatap wanita yang di samping sang papah. "Terus papah malah bawa jalang kerumah."
"ALI!!"
"Apa?... Mau marah? Ali gak ada waktu." unjarnya berlalu begitu saja mengabaikan muka tn.Syarief yang merah padam. "Sabar mas." wanita dengan lipstik merah di bibirnya itu berusaha menenangkan Syarief yang baru 5 bulan terakhir ini menjadi suami sah nya.
"Apa salahku sebenarnya?, sampai-sampai dia menjadi pembangkang seperti ini, dan sekarang dia berani melawan ucapanku dengan tenangnya, seolah aku ini hanyalah orang asing baginya." kata tn.Syarief memijat pangkal hidungnya berusaha meredakan pusing yang mendera kepalanya.
Wanita itu hanya bisa mengelus punggung tangannya tanpa memberi saran atau apapun yang bisa menenangkan ayah Ali itu.
Setahun lebih mendiang ibu Ali telah pergi menghadap sang pencipta. Waktu itu Ali yang masih kelas 10 SMA sangat terguncang dan sedih karena di tinggal ibunya untuk selama-lamanya. Dan setelah setahun lebih itu, Syarief membawa seorang wanita yang di kenalkan sebagai calon istrinya sekaligus ibu untuk Ali.
Syarief kira dengan adanya sosok ibu baru, maka Ali akan menerimanya dengan senang hati. Namun naas anaknya itu malah membencinya dan mulai membangkang dirinya.
Malam ini Ali pergi menggunakan pakaian santai namun sangat cocok untuk lelaki itu kenakan.
Baju berwarna abu yang di lapisi jaket kulit warna hitam dan celana levis yang terdapat robek-robek di atas lututnya, serta topi berwarna hitam bertuliskan bad boy, terakhir sepatu kets berwarna senada dengan bajunya.
Ali melesatkan motornya menuju tempat tujuannya saat ini.
***
"Prill, kamu mau ikut abang jalan-jalan gak." tanya Andrean ketika mereka berada di ruang santai, setelah menyelesaikan sholat isya berjamaah.
"Kemana bang!." serobot Gritte cepat, yang sedang memangku toples kripik. "Gue nanya Prilly bukan lo!" Gritte cemberut, kenapa sih Andrean selalu bersikap seenaknya ke pada dirinya sedangkan kepada Prilly pria itu selalu lemah lembut.
Ya jelas lah, orang Prilly adiknya. Suara itu tiba-tiba muncul di gandengan telingan Gritte.
Prilly tertawa "jangan galak-galak ngapa sih lo bang sama si Itte, liat tuh mukanya kaya anak anjing yang ditinggalin induknya!" Gritte mendelik.
Dengan cepat Andrean merangkul Gritte kedalam pelukannya. "Abisnya dekat lo bawaanya pengan ngehujat mulu gue!" Andrean menjitak kepala Gritte pelan dan menguyel-nguyelnya.
Andrean dan Prilly hanya selisih dua tahun begitu pun dengan Gritte. Andrean melepaskan Gritte yang langsung di beri cubitan oleh gadis itu karena rambutnya menjadi berantakan.
"Kemana aja, asal jalan. Sekalian ngumpul sama temen-temen abang."
"Sekarang?"
"Tau depan!." jawab Andrean sarkas.
"Ya iyalah sekarang." lanjutnya.
"Temen abang kebanyakan cowok!" keluh Prilly.
"Ya iyalah cowok, masa cewek. Tar dikira bang Andrean ada kelainan lagi mainnya sama cewek terus!" unjar Gritte malas.
"Justru yang harus di pertanyaan kan itu tuh itu, jangan-jangan bang Andrean belok!"
"Sembarangan kalau ngomong!." jitak Andrean tak terima.
Prilly hanya nyegir. "Gue ikut ya bang!" pinta Gritte
"Hemm."
"Yes yuk Prill kita ganti baju, gue pinjem baju lo ya, gue males kerumah!"
"Eh kutu aer, rumah di sebelah gue juga lu!"
"Kelamaan, disini kan tinggal naik tangga aja, udah beres!" Gritte menyeret tangan Prilly agar gadis itu cepat-cepat beranjak dari sana, dan segera bersiap untuk berjalan-jalan.
Kapan lagi Andrean mengajak mereka untuk pergi seperti ini. Seperti ini saja Gritte merasa heran dan bersyukur bebarengan.
"Jangan pada lama dandannya!!"
"Iya, iya bang." teriak Prilly dari atas tangga dengan berlari kecil.
Semoga suka🙏 yang baca cerita ini 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Not Alone
Teen Fiction_Terimakasih telah hadir walau dengan membawa luka, tapi setidaknya kamu tidak pergi dan tidak membuatku sendiri di saat Tuhan lebih menyayangi mereka_ Prilly Latuconsina Aliando Syarief I'am Not Alone