[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------"Ali aku bawain kue buat kamu..."
"Udah gue bilang gue gak akan mau nerima pemberian dari lo!"
Prilly berdiri menatap Ali yang sibuk dengan buku-buku di depannya, "aku juga udah bilang kalau aku bakalan berusaha buat bisa dapetin hati kamu!!" balas Prilly sama sekali tidak melunturkan senyum di bibir tipisnya.
Ali menghentak pulpen di tangannya ke atas meja secara kasar, membuat Prilly sedikit tersentak. "Yang di pojok sana jangan brisik!!." suara teguran dari penjaga perpustakaan membuat mereka melihat ke arah tempat petugas itu yang tak terlihat karena letak mereka yang berada di pojokan.
Lalu pandangan Ali beralih kepada Prilly yang juga tengah menatapnya kembali. "Sampai kapanpun lo gak akan pernah bisa dapetin hati gue. Dan inget satu lagi, gue udah milik orang lain!!" tekannya dengan tajam, lalu membereskan buku-buku miliknya dan berlalu meninggalkan Prilly yang masih berdiri.
Sampai kapan Prilly akan terus berusaha mengejar lelaki itu?
Apakah sampai hatinya lelah?
hati seseorang tidak akan merasa lelah, sesungguhnya hati mereka hanya beristirahan sejenak dari kekebasan yang mereka rasakan.
Seseorang menepuk pundak Prilly pelan, "udah mending sekarang kita balik ke kelas, bel istirahat bentar lagi selsai." ingat orang itu menarik pelan tangan Prilly berusaha membawa nya meninggalkan perpustakaan.
Selama perjalanan keduanya diam dengan pikiran masing-masing. "Itte salah gak sih gue ngejar-ngejar Ali?" Prilly bertanya menolehkan kepalanya untuk melihat Gritte yang juga langsung melihatnya.
Gritte menggeleng
"Ada dua pilihan yang ditentukan seorang wanita ketika jatuh cinta." Gritte menoleh kembali kedepan tatapannya pun seperti menerawang jauh.
"Pertama, jadi siti Khadijah yang menyatakan cintanya bahkan melamar Rasullullah lebih dulu," Gritte menjeda perkataannya, sementara Prilly menyimak dengan baik disamping gadis itu.
Gritte menghela nafasnya sejenak.
"Kedua, menjadi Fatimah yang mencintai Ali dalam diam," mereka diam sejenak berusaha mengontrol situasi. "Jadi lo bisa pilih salah satu, dari antara kedua pilihan itu." lanjutnya
Tanpa mereka sadari kini mereka telah tiba didepan kelas mereka. "Putuskan dengan baik Prill, lo gak salah ngejar Ali, kalau pilihan pertama yang menurut lo lebih baik, lo pilih itu. Kejar dia sampai dia berbalik membalas cinta lo!" Gritte ada benarnya, ia tak sepenuhnya salah.
Jika banyak orang yang menganggapnya wanita rendah maka abaikan itu, karena cinta butuh perjuangan bukan keterdiaman.
"Makasih Itte, meski lo suka belok tapi lo juga ada gunanya saat gue bingung kaya gini" Gritte mendelik dengan hebusan nafasnya.
"Iya sama-sama, lo bisa putusin nanti setelah pulang sekolah. Sekarang waktunya belajar biar jadi orang yang sukses bukan jadi orang yang ketiga." Prilly menjitak kepala Gritte pelan.
"Udah gak usah di lanjutin, lo suka sesat kalau di terusin." Prilly berlau meninggalkan Gritte yang mencabikan bibirnya.
Jika di pikir-pikir dia ngeri sendiri dengan dirinya barusan. Kata-kata so bijak itu keluar sendiri. Atau gara-gara nonton drama kemarin ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Not Alone
أدب المراهقين_Terimakasih telah hadir walau dengan membawa luka, tapi setidaknya kamu tidak pergi dan tidak membuatku sendiri di saat Tuhan lebih menyayangi mereka_ Prilly Latuconsina Aliando Syarief I'am Not Alone