[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------Gritte berjalan pelan dengan kepala yang menunduk, sesekali terdengar helaan nafas dari bibir gadis itu. Hingga langkahnya harus terhenti oleh sebelah lengan yang merentang tepat di depan tubuhnya.
"Apa lagi!!" geram Gritte ketus.
Sementara orang itu tertawa pelan. "Jalannya gak usah nunduk gitu, ketauan banget kalau jalan sama cogan kaya gue bikin lo gugup," Gritte mendengus.
Gugup mata lo pecak!!
"Gue. bukan. gugup!. Tapi. gue. malu. jalan. sama. cowok. jelek kaya lo!." tekannya dengan mata yang melotot.
Lelaki itu bergedik ngeri melihat mata Gritte yang hampir keluar.
"Biasa aja mukanya!" Al meraup muka Gritte membuat gadis itu berdecak kesal.
"Gak usah di imut-imutin, gak kaya gitu juga muka lo udah imut."
"Bacot!"
Gritte berlalu dengan kaki yang di hentak-hetakan. "Kenapa lo?!" suara itu sukses membuat Gritte mundur kembali.
Bagaimana tidak saat dirinya hampir sampai pada pintu kelas. Tiba-tiba saja pintu itu terbuka menampakan Prilly dengan pertanyaan yang terdengar angkuh.
"Tuh!! Kutu buaya gangguin gue mulu!" tunjuk Gritte dengan dagunya. Prilly menoleh kebelakang tubuh Gritte, dan langsung melihat Al yang berdiri tak jauh tengah menampilkan cengirannya.
"Ouh, ternyata dia ngikutin saran gue." Gritte langsung menoleh dengan pandangan heran.
"Saran apaan?!"
"Saran. Kalau lo cocok sama dia," jawab Prilly enteng. Namun tidak dengan Gritte, rahang gadis itu hampir saja terjatuh kebawah seperti di film kartun.
"Cocok gundulmu!!"
Prilly menutup telinganya saat mendengar teriakan Gritte disamping telinganya. "Gak usah teriak bego! kuping gue sakit. Lagian sejak kapan lo bisa teriak ngalahin gue gitu!" kata Prilly dengan menoyor jidat Gritte.
Gadis itu mengusap jidat nya pelan."Gak penting! Yang penting saat ini adalah. Kenapa lo tumbalin gue sama kutu buaya itu hah!!! Kurang ajar lo ya Prill, apa salah gue Prill!! Kalau lo ngasih cowok buat gue itu modelan kaya Justin Bieber kek jangan kaya si cepot gitu!" oceh Gritte membuat Prilly menguap.
Ditambah ia kekurangan tidur akibat di cerca habis-habisan oleh Iqbal. Lelaki itu memang kurang ajar, emang dia siapa yang harus ikut campur dalam urusannya.
"Sembarangan gue ganteng kaya Zain Malik gini disamain kaya si cepot!" Al sudah berdiri disamping Gritte saat gadis itu terus mengoceh.
"Heh, sandalnya si Udin, muka kaya patat moyet aja mau di samain sama mantan gue! Inget ya, inget nih!!"
Al memutar bola matanya. "Iye iya, apaan mau ngomong aja lama! eh ada Prilly yang kaya bidadari dari khayangan," potong Al lalu melirik Prilly yang menatap mereka dengan malas.
Gritte berdecit jijik. "Lebay lo!" Al menoleh memberi tatapan jail.
"Cemburu?"
"Bacot! Ayo Prill masuk kelas, mendidih lama-lama gue kalau terus ngeladenin dia!" katus Gritte menarik tangan Prilly agar mengikutinya memasuki kelas.
Al tertawa. "Woy, zeyeng katanya mau ngingetin, ngingetin apaan kok malah pergi!!" teriak Al mengundang tatapan orang sekitar.
Gritte berbalik melihat Al yang di depan pintu, gadis itu melihat dari dalam kelas. "Inget kalau muka lo jelek, kaya ayam!"
Bukanya marah atau apa, Al malah tertawa seperti orang gila. "Dan inget, kalau lo adalah..."
***
"Itte kantin kuy!" ajak Prilly, berdiri dari kursinya setelah membereskan alat tulis. Prilly menaikan sebelah alisnya saat melihat Gritte yang cemberut.
"Kenapa tuh muka?!" tanyanya kembali mendudukan dirinya.
"Gak, ayok kita ke kantin!"
Prilly sedikit menyingkir saat Gritte berjalan keluar dari kursinya. "Lo marah beneran sama gue? Gara-gara soal si Al?!" Gritte menggelang. Sepertinya gadis itu terlalu malas untuk berbicara.
Untuk kesekian kalinya Gritte menghela nafas. "Itte lo kenapa sih?!" tanya Prilly dengan suara yang menuntut.
Gritte berhenti di ambang pintu kelas saat tangan kirinya ditarik. "Gue gak papa Prill!" jawab Gritte meyakinkan.
Prilly menggeleng, menarik tangan Gritte dengan cepat menuju kantin. "Kita harus bicara!" tekannya mendudukan Gritte di kursi pojok kantin. Yang kebetulan hari ini kantin tidak seramai biasanya.
Gritte melirikan pandangan ke penjuru kantin.
"Lo gak mau nyamperin Ali? mumpung dia lagi sendiri tuh!" Gritte berusaha mengalihkan pembicaraan dengan dagu yang menujuk Ali yang sedang duduk sendirian.
"Gak, urusan Ali biar nanti. Yang gue mau saat ini lo jujur sama gue!"
Gritte diam dengan pandangan kembali melirik sekitar berusaha untuk tidak melihat Prilly di depan nya. "Itte, lo gak mau jujur sama gue? Gue mau nanya sama lo?" Gritte menoleh dengan cepat.
"Apaan?"
"Kita temenan udah berapa lama sih? Ralat sahabatan." pertanyaan Prilly semakin membuatnya terpojok, sekali lagi Gritte menarik nafasnya perlahan sebelum menjawab.
"Bisa di bilang 17 tahun" jawab Gritte lirih. "Nah itu lo tau! kita udah janji kan buat gak punya rahasia? Kalau lo atau gue yang punya masalah harus cerita bukan?! Sekarang ini gue emang jarang banget bareng lo tapi gak menutup kemungkinan buat gue gak peduli tentang lo!" Prilly menepuk pelan bahu Gritte.
Entahlah Gritte merasakan sesak yang tak bisa ia jelaskan sendiri. Gritte melihat Prilly yang sedang melihat sekitar. Gritte akui Prilly sangat berpengaruh di sekolah ini terlihat dari beberapa orang yang terus menatap ke arah meja mereka.
Lalu pandangan Prilly kembali kepada Gritte, seolah mengabaikan tatapan orang lain. "Jadi gimana?" tanya Prilly sekali lagi.
Gritte menghela nafas. "Jadi...."
Jadii?! Apa ada yang tau Gritte punya masalah apa?!.
Kalau di baca ulang part ini khusus Gritte ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Not Alone
Teen Fiction_Terimakasih telah hadir walau dengan membawa luka, tapi setidaknya kamu tidak pergi dan tidak membuatku sendiri di saat Tuhan lebih menyayangi mereka_ Prilly Latuconsina Aliando Syarief I'am Not Alone