[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------Tiga hari ini semua agen FBI dan CIA menghabiskan waktunya untuk berlatih. Tidak berlatih seperti pekerjaan lainya yang mengharuskan di luar ruangan.
Agen FBI dan CIA cukup berlatih masuk kedalam mesin simulator bernama VirtSim dan mereka sudah seperti berada di dunia nyata.
Tepat hari yang paling di tunggu bagi semua. Hari keempat dimana mereka akan langsung terjun menangkap agen mafia.
Setelah semua masalah di negara ini usai maka semua agen dari Indonesia akan pulang dan menjalani istirahat untuk beberapa hari sebelum kembali bekerja.
"Ali!" pangil Prilly.
Keduanya berada di rooftop kantor utama. Gadis itu menoleh sejenak sebelum menatap matahari yang sebentar lagi akan terbit.
"Kenapa?" Ali bertanya lembut. Tangannya mengelus pelan rambut Prilly yang di kuncir kuda.
"Aku harap, tugas ini cepet selsai dengan hasil yang baik. Aku udah kagen sama Indonesia meski disini aku lebih bahagia," Prilly tersenyum kecil.
Bagaimana pun Indonesia tanah kelahirnya. Berlama-lama di negara orang tidak membuatnya merasa tenang ia tetap merasakan ada yang kurang.
"Semuanya pasti berjalan baik dan kita akan cepat pulang. Tapi Prill---" Ali menggantungkan kalimatnya. Menatap Prilly dengan senyum manis di bibirnya
Mereka saling berhadapan satu sama lain. "Sebelum kita benar-benar pulang ke Indonesia, aku mau seharian full ajak kamu keliling Paris untuk terakhir kalinya!" lanjutnya
Prilly diam sejenak untuk mengerti situasi yang terjadi. Rasa itu semakin tumbuh tak kala lelaki di depannya bersikap manis dan penuh perhatian.
Prilly mensyukuri enam hari berada di Paris bersama lelaki itu. Dibilang bahagia, tentu dia sangat bahagia karena selama enam hari itu, dan tujuh hari dengan hari ini Ali selalu bersikap sangat baik padanya.
Seperti seorang kekasih sesungguhnya. Namun kembali lagi pada kenyataan. Apa setelah semua ini selsai dan mereka pulang ke Indonesia sikap Ali akan tetap seperti ini?
"Tentu aku mau. Aku yang akan bilang sama ayah buat pulang lambat satu hari" seru Prilly antusias.
"Kekasih yang sangat pengertian!"
Ali menepuk pelan kepala Prilly. Mengungkapkan betapa beruntungya dia memiliki seorang pendamping seperti gadis di sampingnya.
"Ali kamu tau gak siapa tangan kanan Leandre di Indonesia?" tanya Prilly mengganti topik pembicaraan.
Masih ada waktu satu jam untuk mereka berangkat ke markas anggota mafia.
Ali mengerutkan dahinya, mencoba mengingat sesuatu.
"Aku tau. Waktu itu dia hampir ke tangkep tapi dia berhasil kabur."
Prilly menatap Ali lekat. "Kamu tau latar belakang keluarganya?"
"Iya tau, dia pintar banget nyamar. Orang-orang taunya dia seorang CEO di salah satu perusahaan swasta, mereka gak tau kalau orang itu bekerja di dunia gelap," jawab Ali.
Prilly mengangguk pelan. "Tapi kamu tau yang lebih detailnya gak tentang kelurga orang itu?" tanya Prilly kembali.
"Kalau itu kaya masih remang-remang," Ali sedikit terkekeh.
Membuat Prilly menepuk pelan dada lelaki itu. Bagus sih suasananya jadi tidak terlalu kaku tapi dia sedang serius.
Bagaimana pun ia ingin tau tentang Ali yang mengetahui atau tidak kalau seseorang yang berada di dekatnya adalah orang yang berbahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Not Alone
Teen Fiction_Terimakasih telah hadir walau dengan membawa luka, tapi setidaknya kamu tidak pergi dan tidak membuatku sendiri di saat Tuhan lebih menyayangi mereka_ Prilly Latuconsina Aliando Syarief I'am Not Alone