[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------Lima hari sudah Prilly di rawat di rumah sakit, selama itu pula keluarganya mau pun Ali dan Gritte tidak berhenti bergiliran menemaninya.
Hari ini hari terakhir Prilly berada di rumah sakit, dan besok gadis itu di nyatakan boleh pulang oleh dokter. Luka tembak di punggung nya pun telah mengering, zaman semakin maju jadi tidak perlu menunggu lama-lama untuk mendapat kesembuhan.
"Prill, sekarang kamu mau aku nyayi lagu apa?" Prilly tersenyum antusias saat Ali mengambil sebuah gitar yang sudah terdapat di sana.
Hari-hari di rumah sakit tidak terlalu buruk karena ada lelaki itu yang senang tiasa menghiburnya, baik dari suaranya, leluconnya, serta tingkah yang dulu sempat hilang untuknya.
"Dari kemarin-kemarin aku yang minta lagu, sekarang aku mau kamu sendiri yang pilih!" Serunya dengan melipat kedua kakinya menyila.
Ali mengangguk beberapa detik lelaki itu seolah berpikir lagu apa yang pas ia bawakan. Sekaligus lagu terakhir yang ia nyanyikan untuk Prilly, karena esok gadis itu sudah pulang kerumah.
Tanpa banyak kata Ali mulai memetik senar gitar membentuk alunan musik.
Hey, I was doing just fine before I met you ,🎶🎶
I drink too much and that's an issue but I'm okay 🎶🎶
Hey, you tell your friends it was nice to meet them 🎶🎶
But I hope I never see them again 🎶🎶
I know it breaks your heart 🎶🎶
Moved to the city in a broke down car 🎶🎶
And four years, no calls🎶🎶
Now you're looking pretty in a hotel bar 🎶🎶
And I can't stop 🎶🎶
No, I can't stop 🎶🎶
So baby pull me closer in the backseat of your Rover 🎶🎶
That I know you can't afford 🎶🎶
Bite that tattoo on your shoulder 🎶🎶
Pull the sheets right off the corner 🎶🎶
Of the mattress that you stole 🎶🎶
From your roommate back in Boulder 🎶🎶
We ain't ever getting older 🎶🎶
We ain't ever getting older 🎶🎶
We ain't ever getting older 🎶🎶
"Aku mau duet sama kamu, dan make lagu itu!" seru Prilly saat Ali telah meyelsaikan lagunya.
"Kenapa gak tadi aja kamu ikut nyayi, aslinya juga lagu ini cewek sama cowok." tanya Ali setelah meletkan kembali gitar itu di sisi nakas.
"Heumm... Aku mau duet sama kamu di cafe atau gak di punggung, biar semua orang tau dan menikmati suara kita!" Prilly menjawab dengan menerawang jauh kedepan sana.
Tidak ada salahnya bukan ia bermimpi, ah ralat merencanakannya terlebih dahulu. Ali di buat gemas dengan ekspresi imut milik gadis itu.
"Aku akan mengabulkan nya jika saat itu tiba."
Prilly mendekat mencium pipi Ali dengan singat membuat sang empunya terkejut.
"Bar-barnya mulai keluar!" cibirnya disambut gelak tawa milik Prilly.
"Prill, bunda kamu tadi telpon katanya dia mau pulang duluan bareng ayah dan abang kamu " Ali menyampaikan pesan Ully saat mendapat kabar tadi sore.
"Lah terus aku pulang sama siapa? kok mereka tega sih ninggalin aku!!" Prilly mengerucutkan bibirnya sebal.
Masa iya dirinya akan di tinggal di negara orang. "Kan masih ada aku, sayangggg." unjar Ali mengelus kening Prilly pelan untuk menghilangkan lipatan di sana.
"Berdua?" tanya Prilly
"Enggak lah, kan masih ada si Gritte sama si Al. Dan Prill, sebenarnya mereka ada hubungan apa? Bukan nya si Al itu awalnya deket sama kamu?"
Prilly menelan salivanya pelan. Belum saat nya kan lelaki itu tau tentang hubungan Gritte dan Al, karena sekalinya di kasih tau pasti banyak pertanyaan di kepala lelaki itu.
"Aku kira cuma kita aja berdua." Prilly mendesah kecil.
"Pacaran kali, aku juga kurang tau. Tau-tau mereka kesini berdua." dusta Prilly yang di jawab anggukan oleh Ali.
"Kenapa kamu tiba-tiba tanya gitu? kamu cemburu ya kalau dulu aku deket sama si Al?"
Ali menyipitkan matanya. "Mana ada, aku cuma mau tau aja sama mereka!" elaknya menggeleng kecil.
"Alah boong banget, aku tau waktu aku nyanyi di tengah lapang kamu liatin kita berdua nusuk banget!" tangan Prilly menoel bahu Ali dengan genit.
"Ngaco"
"I love you to Ay!!" Ali melotot mendorong jidat Prilly dengan telunjuknya pelan.
Prilly di buat tertawa. Sepertinya Ali melupakan rasa benci terhadap dirinya. Jika menjadi selingkuhan lelaki itu salah maka Prilly tidak ingin menjadi benar.
Ya, Prilly telah buta oleh cinta Ali, semua yang ia lakukan memang salah namun kembali lagi kepada dirinya ia tidak ingin menjadi benar jika mencintai Ali itu sebuah kesalahan.
Karena tidak ada kesalahan dalam mencintai lelaki itu, ia sedang berjuang untuk mendapatkan kembali cintanya dulu yang sempat hilang.
"Kamu laper gak?" Ali bertanya membuat tawa Prilly berhenti meski masih terdapat kekehan.
"Haa.. Iya sih, tapi aku gak mau di tinggal! Ini kan udah mau malem."
Ali sedikit berpikir, "aku minta si Al aja buat beli, emang kamu mau apa?"
"Sate aja, eh tapi mau bakso." Prilly terlihat bingung antara sate dan bakso.
"Yaudah dua-duanya aja." Prilly mengangguk setuju. Jika tidak habis masih ada Ali yang akan menghabiskan nya. Bukan?
Ali mulai mengetik nama lelaki yang akan di minta tolong nya di kontak WhatsApp, Ali bisa mendapat nomor itu tiga hari lalu saat mereka bertukar nomer hadpone.
Jangan buruk sangka, Ali masih waras untuk menyukai sesama jenis, apa lagi dirinya mempunyai Prilly. Seperti tidak ada wanita saja dirinya menyukai sesama batang.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk meminta tolong lelaki itu, yang ternyata kebetulan akan otw menuju rumah sakit.
"Tunggu bentar ya, kebetulan mereka juga katanya mau kesini," Ali berkata sambil meyelipkan anak rambut Prilly kebelakang.
"Apa rambutnya mau di iket aja?" tanya Ali saat melihat wajah gadis itu kepanasan padahal AC menyala.
"Boleh deh!" jawabnya.
Ali berdiri dari duduk nya untuk mengambil ikat rambut milik Prilly yang berada di atas nakas. Lalu kembali duduk di sisi ranjang milik Prilly yang mirip ranjang rumahan karena sangking besarnya.
"Ngadep depan!"
Dengan telaten Ali mengumpulkan terlebih dahulu rambut Prilly menjadi satu dan merapihkanya. Setelah di rasa pas Ali mulai mengingat rambut Prilly menjadi seperti ekor kuda.
Sangat rapih dengan ukuran seorang lelaki. "Kamu bakat kalau buka salon Li!" seru Prilly.
"Tatanan aku itu spesial, jadi salonya khusus buat kamu aja," Prilly sedikit mencibir walau ia akui Ali sangat lah terampil.
Dalam hal apa pun, termasuk memporak-porandakan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Not Alone
Teen Fiction_Terimakasih telah hadir walau dengan membawa luka, tapi setidaknya kamu tidak pergi dan tidak membuatku sendiri di saat Tuhan lebih menyayangi mereka_ Prilly Latuconsina Aliando Syarief I'am Not Alone