I'am Not Alone °Tiga Belas°

1K 80 1
                                    

[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------

"Jadi... Gue ngerasa ada yang aneh sama diri gue sendiri."

Prilly mengeryit tak paham dengan perkataan yang di maksud oleh Gritte. "Bisa lo jelasin secara sepesifik?" Gritte sedikit berdecak, lalu menggeser minuman yang baru saja ia pesan.

"Gue juga kurang tau, intinya gue suka ngerasain hal yang aneh." Gritte berpikir sejenak untuk meyampaikan rangkaian kata yang lebih tepat.

"Ahh semisal gue kaya pernah ngelakuin hal yang gue lakuin sebelumnya"

Prilly sedikit paham, menggulum bibir bawahnya Prilly menatap dalam manik mata Gritte. "Terus, apa masalahnya? itu kaya gak seberat keliatan yang muka lo tunjukin"

"Gak hanya itu aja Prill, gue juga sering ngalamin sakit kepala kadang dibarengin mimisan!"

Apa separah itu hal yang terjadi dengan sahabat nya?. "apa lo udah coba cek ke dokter?" tanya Prilly meyeruput jus stoberi miliknya.

"Belum, awalnya gue kira itu cuma hal bisa. Tapi semakin hari semakin menjadi apa lagi setiap deket si Al kepala gue ngerasain pening yang luar biasa!"

"Kira-kira kenapa ya Prill?" lanjutnya bertanya dengan pandangan yang sendu. "Apa gue punya riwayat penyakit ganas?"

Prilly mendelik sinis. "Dijaga kalau ngomong. Makanya kalau mau kepastianya cek ke dokter!" Prilly menghela nafas ingin sekali membatu Gritte dengan cara menceritakan apa yang terjadi dulu.

***

"Oh jadi selama ini lo yang suka ngancem Rena!" Prilly menoleh kaget melihat Ali berdiri di depan pintu toilet.

"Ali" gumamnya dengan mimik yang terkejut. "Kenapa? kaget kepergok sama gue?"

"Gue-- gue bisa jelasin, ini gak seperti yang lo liat. Ini---" Prilly berkata gugup berusaha untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Ali berdecit sinis. "Apa hak lo ngancem Rena buat jauhin gue?! sadar diri!! Rena pacar gue sementara lo cuma hama di anatar kita!" kata Ali cukup menusuk.

"Ali udah aku gak papa!" lerai Rena menghampiri Ali berusaha menenangkan pacarnya dengan cara mengelus pelan bahu lelaki itu.

"Gak papa gimana, gara-gara dia kamu jadi jauhin aku!"

Prilly benci keadaan seperti ini. "Gue bis---"

"Gue gak butuh penjelasan dari mulut busuk lo, gak mulut lo aja yang busuk tapi hati lo juga yang berusaha ganggu hubungan orang!"

Ali menatap penuh kebencian kepada Prilly, semua harus berakhir hari ini juga jika tidak maka taruhanya hubungannya bersama Rena tidak akan berjalan lancar.

Salah? Apa benar Prilly yang salah disini?

Gadis itu ingin berteriak mengucapkan semua perkataan yang tertahan di dalam tenggorokannya. Namun sial bibir dan lidahnya tersa kelu hanya untuk mengeluarkan sepatah atau dua patah kata saja tidak bisa.

"Lo berhenti gangu gue lagi, ini peringatan yang terakhir buat lo!" desis Ali maju beberapa langkah mengikis jarak antara mereka.

Rena diam-diam sedikit tersenyum kecil namun berbeda dengan raut wajahnya yang menujukan rasa khawatir. "Ali udah!! Ayo kita pergi."

"Sebentar!"

Rena mengatupkan bibirnya tak mampu meyangkal atau semacamnya, gadis itu diam tapi seperti menikmati.

"Lo tau?!" tanya Ali pelan namun tajam.

Prilly diam tidak bisa menjawab namun manik matanya membalas tatapan lelaki itu. Karena tidak akan ada tanda-tanda Prilly yang menjawab, Ali melanjutkan perkataanya.

Dan perkataan itu sukses meruntuhkan pijakan Prilly.

"Lo orang pertama yang gue benci untuk selama-lamanya. Jalang kecil!"

"Makasih" kata Prilly paru. "Untuk itu lo harus dikasih hadiah"

PLAKK

"Lumayan cukup sakit" gumam Ali terkekeh hambar.

"Kenapa lo marah gue sebut identitas asli lo?, ah gue baru kepikiran kadang-kadang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya kan?! lo kaya jalang gini pasti ada keturunannya kan?. Pasti mamah lo" Ali berkata santai dengan Prilly yang menatapnya begis.

PLAKK

PLAKK

"Lo. Boleh hina gue sepuasnya dengan kata-kata kasar dari mulut lo, tapi inget satu hal. Lo gak usah bawa-bawa orang tua gue, dia yang udah besarin gue penuh perjuangan, lo bukan siapa-siapa dengan gampangnya lo ngehina nyokap gue. Dengerin gue baik-baik."

"Gue juga gak mau suka sama cowok yang gak punya perasaan kaya lo. Kesalahan gue disini yaitu udah naruh hati terlalu dalam buat lo dan sialnya Itu semua bukan kemaun gue. GUE JUGA PENGEN NGEBENCI LO TAPI GUE GAK BISA, karena lo yang buat gue bertahan sampai detik ini!!" Prilly menajamkan matanya.

Baru pertama kalinya Prilly semurka ini, kosa kata aku-kamu yang selalu di gunakan saat bersama Ali leyap digantikan dengan lo-gue. Ali tercenung menatap mata Prilly yang berkaca-kaca. Kenapa ada rasa sakit dalam rongga hatinya? Bukankah ini yang dia mau, membuat Prilly menjauh dan tidak mengganggunya meski harus menggunakan kata-kata kasar.

Sungguh Ali pun tidak menyangka dengan perkataan yang begitu lancar keluar dari mulutnya, ia lepas kendali. Ali mengutuk dirinya, Prilly pantas untuk berteriak karena Ali telah menghina ibunya, sosok yang sangat berharga dalam hidup gadis itu.

"Kelakuan gue kaya gini bukan berarti lo bebas hina nyokap gue! lo gak sebanding sama nyokap gue. Lo juga bisa ngerasain sebagai anak jika ibu lo di hina dengan kata yang menjijikan oleh orang lain!" Prilly melanjutkan perkataan nya dengan pandangan yang semakin menusuk.

"Yang lo mau, gue jauhin lo kan? Gak ganggu lo lagi kan? Itu yang lo mau?" kata Prilly serak. Ali memejamkan matanya seperti tak sanggup mendengar kelanjutan perkataan gadis itu.

Shitt ada apa sebenarnya kenapa seolah-olah Ali ingin Prilly tidak mengatakan yang sebenarnya ia tunggu-tunggu sejak awal.

"Sorry, untuk itu gue gak bisa!"



Thanks ❤

I'am Not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang