I'am Not Alone °Duapuluh Sembilan°

879 67 2
                                    

[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------

Bulu mata lentik milik Prilly bergerak-gerak dengan perlahan lalu di susul dengan ringisan kecil. Mata itu terbuka berusaha menyesuaikan dengan cahaya yang masuk kedalam retinanya.

Prilly melengguh merasakan sakit di punggung nya, saat ingin menyentuh pundak untuk memijat kecil, tangannya terasa berat karena terdapat beban yang menindihnya.

"Al-li" suaranya terdengar paru dan terasa sesat.

Ali yang merasakan pergerakan di sekitarnya langsung terbangun dengan mata yang menyipit dan dahi yang mengeryit.

"Kamu udah bangun?" tanya Ali dengan suara khas seorang bangun tidur.

Prilly tersenyum kecil. "Aku panggil dokter ya" kata Ali.

Prilly menggeleng pelan. "Ak-aku ma-u minum" Prilly menelan salivanya susah payah.

Tangan Ali dengan cepat meraih gelas yang sudah terdapat air putih di atas nakas.

"Pelan-pelan ya"

Ali berdiri, tangan kanannya membantu tubuh Prilly untuk bangun. Dengan pelan Ali mengarahkan sedotan pada bibir Prilly.

Gadis itu menghembuskan nafasnya pelan, kini tenggorokannya sudah terasa lega setelah mendapat air.

"Udah baikan?"

Prilly mengangguk pelan. "Ali, tolong naikin ranjangnya aku mau nyender, punggung aku rasanya sakit kalau di tidurin." pintanya yang langsung di turuti oleh lelaki itu.

"Pelan-pelan." Ali membantu menyenderkan punggung Prilly setelah mengatur posisi bantal agar lebih nyaman.

"Ayah sama bang Andrean kemana?" tanya Prilly yang tidak melihat tanda-tanda sang ayah serta abang-nya di ruangan ini.

"Sebentar lagi mereka ke sini"

Prilly mengangguk "apa semalaman kamu yang jagain aku?" Ali tersenyum mengambil jari-jari Prilly untuk ia gemgam lembut.

"Itu udah ke harusan aku buat jagain kamu."

Hati Prilly menghangat mendegarnya. "Makasih" gumamnya.

"Jangan bilang makasih, itu bukan hal yang besar dan gak ada kata makasih untuk aku dari kamu. Ngerti?" tutur Ali mengecup pelan punggung tangan Prilly yang putih.

"Iya, aku ngerti" Prilly berucap syukur di dalam hatinya, mata sayu itu menatap mata hitam tajam Ali yang selalu membuatnya lupa daratan.

"Aku cinta sama kamu" lirih Prilly yang dijawab ke terdiam oleh lelaki itu.

Prilly tersenyum tipis. "Ali kamu kan belum cuci muka!" kata Prilly menatap Ali dengan pura-pura jijik.

Ali tertawa. "Aku gak mandi aja tetep ganteng"

"Idihh, sejak kapan jadi PDan gini?"

"Sejak aku mengenal dunia kamu" Prilly tertawa dengan gombalan Ali di pagi hari.

Setidaknya Prilly bisa mengatasi suasana pagi ini tanpa masalah.

Prilly tersenyum membuat Ali ikut tersenyum tulus."Sana kamu cuci muka, terus cari sarapan!" titahnya menepuk pelan tangan Ali.

"Iya, iya, bentar lagi mungkin suster datang buat ngasih sarapan dan bersihin kamu" Ali berunjar sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi.

Prilly menatap pintu kamar mandi dengan senyum kecil. "Semoga kamu cepet sadar, bahwa aku yang pertama dan yang terakhir untuk kamu," Prilly tersenyum lirih lalu menghapus setitik air mata yang tanpa sengaja jatuh begitu saja.

I'am Not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang