I'am Not Alone °Empatpuluh Delapan°

699 46 1
                                    

[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------


"Bagaimana kedaannya dok?!"

Ratna bersuara saat dokter yang menangani Prilly telah keluar bersama beberapa suster. Dokter wanita itu menghela nafas sejenak dan menatap orang-orang yang berada di sana satu persatu.

"Pasien mengalami kritis, keadaanya sangat turun drastis. Kita hanya bisa menunggu keajaiban dari Tuhan, namun tim medis akan berusaha sebisa kita,"

Semua diam membisu, itu artinya kemungkinan kecil untuk Prilly bisa selamat? Gritte jatuh tak sadarkan diri, gadis itu sudah terlalu lemah mendengar semua hal ini.

Dengan cepat Al membopongnya membawanya pada ruang rawat. "Apa Ali udah bisa di hubungi teh?!" tanya bik Nina setelah dokter pergi.

Ratna menggeleng lemah. Sepertinya mereka berdua sedang dalam masalah.

Sementara itu beberapa orang tertawa puas karena rencananya cukup berhasil. "Jika kita tidak bisa mendapat harta nya, setidaknya satu persatu dari mereka semua pergi selama-lamanya!" unjar si pria paruh baya tersenyum puas.

Tiga lainya ikut tertawa. "Kita harus berusaha membuat gadis itu juga ikut bersama mereka!" wanita berbaju dongker menyahut.

"Tenang sebentar lagi gadis itu akan menghampiri ajalnya tanpa kita turun tangan!"

"Itu artinya urusan kita selsai? Rena gak mau berurusan lagi dengan mereka iya kan hon?!" tanya seorang gadis yang tak lain adalah Rena— mantan Ali.

Leandre tersenyum jenaka. "Tentu saja, apa kita bisa pergi dari negara ini?!"

Tuan Crish tertawa dan mengangguk-anggukan kepalanya. "Tentu kalian bisa pergi dan menjalani hidup kalian dengan damai!"

Mereka tersenyum puas, namun tanpa di sadari kehidupan selanjutnya tidak akan sesuai keinginan mereka.

***


Ridwan berjalan keruangan khusus di kantor FBI di ikuti seseorang di belakang."bagaimana?"

"Benar merekalah dalang di balik kecelakaan ini!"

Ridwan menatap datar layar komputer di depannya. "Jalankan penyelesaian nanti malam!"

"Baik!" seseorang di belakang menyahut dan membungkukan sedikit tubuhnya.

"Maaf tuan, ada tuan Syarief yang berkunjung," Ridwan berbalik menatap salah satu anggota FBI yang baru saja tiba.

Kepalanya mengangguk pelan. "Baiklah!" lalu berlalu untuk menemui kakaknya yang sudah lama tidak bertemu.

Ridwan tersenyum kecil melihat Syarief yang tengah melihat-lihat ruangannya. "Lama tidak bertemu my brother!"

Syarief tidak menoleh, pria paruh baya itu masih fokus dengan miniatur pesawat yang berada disana. "Ada yang bisa ku bantu?" tanya Ridwan mendudukan dirinya di sopa.

Syarief berjalan menghampiri Ridwan. "Aku sudah mengirimkan nya padamu!" unjar Syarief tenang.

"Ahh itu? Semuanya akan selsai nanti malam!"

"Itu urusanku, lebih baik kau pergi kerumah sakit untuk melihat keadaan calon menantu mu itu. Dan jangan lupa... Bawalah anak nakal mu itu!"

Syarief menoleh tajam. "Apa yang terjadi kepada Prilly?!"

Ridwan tersenyum tipis. "Lebih baik kau pergi kerumah sakit Alexander hospital sekarang!"

Mata Ridwan terlihat sendu. "Aku akan menyusul setelah pemakan anak kakak ipar ku!"

I'am Not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang