[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------Gritte menepuk pelan bahu Prilly.
"Prill!"
"Prilly!"
Prilly tersentak dari tidurnya, ia menatap ke sekeliling dengan keringat dingin di dahinya. Prilly menghela nafas pelan ternyata itu hanyalah mimpi.
"Lo kenapa?" tanya Gritte yang di balas gelengen olehnya.
"Enggak, gue baik-baik aja kok. Kemana Ali sama Al?" Prilly menyadarkan tubuhnya di sadaran ranjang lalu menatap Gritte dengan pandangan sayu.
"Mereka lagi keluar sebentar." Gritte menjawab mencoba merebahkan dirinya kembali di ranjang.
"Lo mimpi buruk kan? Itu pasti karena lo kecapean nangis!" Gritte mendongak menatap Prilly yang mengusap wajahnya.
"Ini baru aja jam sebelas malam. Kenapa waktu kaya lama banget! Gue mau cepet pulang pasti mereka nunggu gue." Prilly berunjar lirih namun tidak ada air mata yang keluar sedikit pun.
'Ceklek'
Kedua nya menoleh mendapati Ali dan Al yang berjalan ke arah mereka. "Kalian habis dari mana?" tanya Prilly.
Ali tersenyum sambil mengelus kepala Prilly dan mengecup dahi gadis itu pelan. "Si Al tiba-tiba ngajakin keluar. Laper katanya!" jawab Ali.
Prilly menggeser tubuhnya memberikan Ali ruang cukup lebar. "Kok kamu bangun?" Prilly menyenderkan kepalanya pada bahu lelaki itu.
"Mimpi buruk dia, mana manggil-manggil nama lo lagi." Gritte menjawab, dirinya sudah di dekap kembali oleh Al.
Ali mengangguk paham. "Yaudah kamu tidur lagi ya, besok kan kita harus pulang ke Indonesia." Ali membantu merebahkan tubuh Prilly.
Lalu dirinya juga ikut merebahkan diri di samping Prilly dengan cara menyamping untuk memeluk gadis itu.
"Jangan pernah tinggalin aku ya!" pinta Prilly lirih.
Ali mengecup dahi Prilly lembut. "Gak akan pernah!" tekannya.
Prilly tersenyum sebelum kembali tidur dengan memeluk Ali. Tangan lelaki itu tak tinggal diam untuk mengelusnya Pelan memberikan kenyamanan lewat sana.
***
"Kalian udah siapa?" Ridwan bertanya saat ke-empat remaja itu telah tiba di villa yang dia tempati mereka beberapa hari itu.
Semua mengangguk terkecuali Prilly yang diam dengan tatapan kosong dan tangan yang menggandeng lengan Ali erat-erat. Takut jika sewaktu-waktu lelaki itu benar-benar pergi.
Mereka ber-lima melangkah kan kakinya menuju sebuah mobil Alphard yang telah menunggu dan siap menuju bandara.
Ali mengelus pelan rambut Prilly dengan satu tangannya yang bebas. "It's oke Prill, semuanya akan baik." bisik Ali sebelum mengecup dahinya lembut.
Akhirnya mereka meninggalkan kota Paris dengan setengah hati. Awal ingin berlibur terlebih dahulu sebelum kembali menginjakkan kaki di tanah air. Namun yang namanya takdir tidak ada yang tau baik itu buruk atau pun baik.
Setelah menghabiskan waktu berjam-jam di dalam pesawat akhirnya mereka telah tiba di bandara Soekarno Hatta.
Saat sampai pun sudah terdapat seorang sopir yang telah menunggu mereka semua. Mereka berjalan beriringan menuju mobil yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Not Alone
Ficção Adolescente_Terimakasih telah hadir walau dengan membawa luka, tapi setidaknya kamu tidak pergi dan tidak membuatku sendiri di saat Tuhan lebih menyayangi mereka_ Prilly Latuconsina Aliando Syarief I'am Not Alone