[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------Prilly dan Gritte tengah berbincang santai di kelas, Kebetulan guru yang mengajar belum datang. "Lo sebenernya masih banyak hutang penjelasan sama gue!" Gritte berujar pelan agar pembicaraan ini hanya bisa di dengar oleh mereka.
"Apa lagi?" Prilly bertanya dengan gaya menaikan dagu singkat.
Tangan kirinya menyanggah kepala dengan tubuh yang menghadap Gritte. "Tentang hubungan lo sama Ali," gusarnya. Selama pulang dari Prancis Prilly belum menjelaskan tentang hubungannya bersama Ali kepadanya.
Prilly tersenyum tipis. "Gue udah bilang sama lo, hubungan gue sama Ali untuk saat ini, mungkin selamanya gak akan gue kasih tau sama siapa pun. Termasuk lo, sahabat gue sendiri!"
Sebisa mungkin Prilly harus menyembunyikan hubungannya dengan Ali. Rahasia itu tidak akan mungkin bocor begitu saja, karena dia tau Ali tidak mungkin angkat bicara tentang hubungan ini pada orang lain.
Kecuali ada seseorang yang mengetahui hubungan gelapnya bersama Ali. Tapi apa hubungan ini masih bisa di bilang seperti itu? jika Ali dan Rena saja di katakan telah putus.
"Prill!"
"Yaelahhhh malah begong ni anak," Gritte menepuk tangannya membuat Prilly mengerjap beberapa kali dan langsung melayangkan protesnya.
"Apaansih?!"
"Gue panggil lo tapi lo gak nyaut, padahal gue ini di depan lo!" decak Gritte dengan memutar bola matanya.
Prilly hanya menghela nafas pelan. Mata henzelnya menatap Ali yang tengah berkumpul bersama teman-temannya. "Prill!" Gritte memanggil, yang di balas deheman oleh gadis itu.
"Lo ngerasa gak sih kalau semua orang kaya ngemusuhin lo!" Prilly menoleh, menatap datar Gritte.
"Terus?"
Gritte berdecak kembali. "Kok terus sih?!" sekarang giliran Prilly yang berdecak malas.
"Ya gue harus gimana? Salto?"
"Gak gitu juga elahh!"
Prilly memang melihat beberapa orang lebih tepatanya sebagian besar siswi SMA Sarviks menatapnya dengan tatapan seolah dia mangsa yang siapa di cabik-cabik, bahkan teman sekelasnya berlaku sedemikian rupa.
"Lagian Itte, gue gak peduli mereka mau lihat gue seperti apa. Hidup gue bukan untuk membuat mereka terkesan sama gue!" Prilly tersenyum simpul.
"Sabar banget sih lo, kalau gue jadi lo mungkin gue udah bunuh diri!" unjar Gritte yang terkesan dengan hati yang di miliki oleh sahabatnya.
Prilly menegakan tubuhnya lalu menyentil kening Gritte tanpa perasaan. "Sesabar-sabarnya gue, kalau udah mencapai batas, gue juga bisa bertindak! Lagian setiap orang punya porsi kesabaran nya masing-masing," Gritte mengusap keningnya yang terasa sakit, sentilan Prilly memang bukan main rasanya.
"Selalu aja gue ternistai disini!"
Percakapan keduanya harus terhenti saat teman sekelas mereka menyeletuk cukup menyentil hati.
"Lo masih temenan sama dia Itte, gak malu lo? Secara dia kan jadi pelakor temen sekelasnya sendiri upss!" Gritte hendak berdiri namun di cegah oleh Prilly.
"Apa urusan lo?" tanya Prilly dengan tenang.
Gadis itu pura-pura menetap heran dengan kernyitan di dahinya. "Lohh kok lo yang marah Prill? Gue kan lagi ngomong sama Gritte, oh atau jangan-jangan lo ngerasa ke sindir saat gue bilang pelakor?" gadis yang bername tag Luna itu menutup mulutnya terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Not Alone
Teen Fiction_Terimakasih telah hadir walau dengan membawa luka, tapi setidaknya kamu tidak pergi dan tidak membuatku sendiri di saat Tuhan lebih menyayangi mereka_ Prilly Latuconsina Aliando Syarief I'am Not Alone