I'am Not Alone °Lima Belas°

1.1K 92 4
                                    

[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------

Ali merenung di dalam kamar apartemennya, sudah hampir petang sejak pulang sekolah lelaki itu sama sekali tidak beranjak dari kasur. Walau membersihkan diri sepertinya Ali sangat sulit, karena terlalu terlena dengan pikirannya.

Lelaki itu menghela nafas gusar, hari ini terasa sangat sulit dia lalui, setiap detik dan menitnya selalu terasa berjalan lambat.

"Gue kenapa sih, gue mau Prilly pergi tapi hati gue kenapa seneng dia masih bertahan!!" Ali berucap gusar sadari tadi dirinya terus memikirkan Prilly, gadis yang baru pertama kali ia lihat bagaimana murkanya saat Ali menghina ibunya.

Ali bisa menghitung sendiri awal perjuangan gadis itu dari kelas 10, semua berjalan begitu cepat. Awal mula Ali selalu baik kepada gadis itu, tidak terlalu menanggapinya. Seperti mengantarnya pulang atau menjemputnya itu hal biasa bagi Ali walau itu semua atas paksaan dari gadis itu.

Flashback

"Ali nanti aku nebeng pulang bareng kamu ya?"  Prilly berjalan cepat, mensejajarkan langkahnya dengan Ali yang baru saja tiba di sekolah.

Ali sedikit terkejut, saat mendengar suara yang sudah dia hapal beberapa bulan ini, di sampingnya.

"Gak!"  Ali menjawab cuek.

"Pliss Li, aku gak di jemput atau bawa kendaraan. Numpang ya" alasan yang sama yang selalu Ali dengar.

"Kan masih ada sahabat lo,"

Prilly mengerucutkan bibirnya. "Dia pulang bareng temen kelompoknya, katanya mau ngerjain tugas" Ali memberhentikan langkah kakinya.

"Emang ada tugas?!"

Prilly melupakan satu hal tentang Ali  yang satu kelas dengan dirinya. "Masa kamu lupa tugas pkn sih!" Prilly bersorak dalam hati, ketika mengingat satu pelajaran yang memiliki tugas kelompok.

Ali mengangguk mengingat nya. "Gak, lo minta yang lain aja buat anterin lo!" Ali kembali melangkah.

"Kamu gitu sihh, ayolah Ali, aku numpang ya pliss, janji deh ini yang terakhir."

Nyatanya Prilly selalu membuat Ali menuruti keinginan gadis itu, walau pada akhirnya atas keterpaksaan.

"Kemarin juga lo bilang ini yang terakhir." cibirnya mendapat cengiran dari Prilly.

"Hehehe janji deh ini yang terakhir."

"Yaudah, tunggu gue diparkiran!"

Saat pulang sekolah Prilly sudah stay di samping mobil milik Ali. Prilly hampir mengetahui barang yang di miliki lelaki itu, jadi tidak akan sulit untuk menemukannya.

"Ali kemana sih lama banget!" mulut Prilly menggerutu, melihat jari tangannya yang di kutek.

"Padahal kita satu kelas, tapi dia kemana dulu sih?"

"Gak usah ngegerutu gitu, cepet masuk!" Prilly tersentak ketika mendengar suara Ali.

Ali memasuki mobil bagian pengemudi lebih dulu tidak ada rencana untuk membukakan pintu untuk Prilly, untung Prilly sudah terbiasa, jadi dia langsung masuk kedalam mobil di samping kemudi.

"Kok belum jalan?" Prilly bertanya heran, saat lelaki itu belum juga menghidupkan mesin mobil.

Tak lama kaca di samping Prilly diketuk, kaca dibuka oleh Ali. "Eh ada Prilly?!" tanya orang itu kaget.

"Prill lo pindah kebelakang!" Ali menujuk kursi belakang dengan dagunya.

"Kok gitu, aku kan lebih dulu masuk mobil!" Prilly mengelak tidak terima.

"Dia pacar gue!"

Prilly benci saat di ingatkan jika Ali mempunyai pacar. Dengan muka kesal Prilly turun dari mobil dan membanting pintunya dengan keras.

Peduli setan, jika mobilnya rusak.  Prilly bisa menggantinya dengan yang lebih mahal jika perlu. Ali ingin protes namun tertahan saat Prilly memasuki mobil kembali namun dibagian belakang.

Rena ikut masuk, gadis itu duduk di samping Ali.

Selama perjalanan Prilly diam menyaksikan ke romantisan yang diciptakan sepasang kekasih di depannya.

Flashback of

"Gue tau waktu itu dia kesel banget!" monolog Ali dan terkekeh pelan.

"Astagfirullah inget Li lo udah punya pacar ngapain mikirin cewek lain!!" tangan Ali mengusap wajahnya kasar.

Jika seperti ini terus, lama-kelamaan dia bisa jatuh cinta kepada gadis itu. Ali menggeleng kuat, itu semua tidak boleh terjadi.

Ting nong

Ting nong

Ting nong

"Siapa sih yang neken bel gak sabaran!!" Ali bangkit dari ranjang, yang masih menggunakan seragam sekolahnya.

"Iya, iya sabar kenapa si-sih!"  Ali berteriak dengan kesal, namun memelan di akhirnya kalimat setelah membuka pintu.

"Prilly?!" gumamnya terkejut mendapati Prilly berdiri di depan pintu apartemennya.

Gadis itu memakai pakaian santai, tidak seperti dirinya yang masih kucel dan masih memakai seragam.

Sebentar!

Kenapa Ali jadi peduli penampilannya di depan Prilly. "Ngapain lo kesini?!" Ali berkata dingin dan ketus. Tidak seperti biasanya Prilly hanya diam di depannya tidak memaksa untuk masuk.

Seperti ada yang hilang. Dulu gadis itu memang sering ke apartemen nya walau pada akhirnya harus ada umpatan kasar. Meyelonong masuk tanpa sungkan bahkan dapurnya jadi ajang tongkrongan gadis itu.

"Ouh itu, aku mau ngomong sesuatu." mata Prilly bergerak tidak karuan.

"Apa?!"

"Aku boleh masuk gak?!" Ali diam untuk beberapa saat sebelum menyingkir tanda meng iya-kan.

"Makasih!" Ali terdiam kembali.

"Apa?" Ali bertanya langsung setelah duduk di sopa yang berhadapan dengan gadis itu.

Prilly berkedip sekali. "Hemm, kamu gak mau minta maaf dulu?!" tanya Prilly sedikit memiringkan kepalanya.

Sebenarnya Prilly juga tidak tau kenapa dirinya berada di sini, dia hanya mengikuti kata hatinya untuk ke apartemen Ali.

"Minta maaf" beo Ali sedikit terkesima, Prilly mengangguk. "Iya"

"Buat?" Ali bertanya balik, seolah merasa tidak mempunyai kesalahan. Prilly menghela nafas. "Ouh, gak papa deh" katanya melirik baju yang dikenakan oleh lelaki itu.

"Kamu belum ganti baju?, padahal ini udah malem,"

Apa katanya barusan? Malam?

"Lagi males!" keadaan hening, dari mereka sama sekali tidak ada yang berbicara, sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Ali" Prilly memanggil pelan. Ali menoleh "kenapa?!" gadis itu menelan ludahnya susah payah.

"Maaf, aku gak bisa buat berhenti sekarang" unjar Prilly dengan senyum kecilnya.

Semoga ini yang terbaik!

"Buat gue jatuh cinta sama lo"

Mata Prilly melebar sempurna, apa Ali tidak salah berucap?

"Kalau aku berhasil bisa buat kamu jatuh cinta sama aku, bagaimana dengan Rena?" Prilly tidak seburuk yang Ali kira. Ali terdiam cukup lama. "Maka dari itu buat gue jatuh cinta sedalam-dalamnya biar bisa milih di atara kalian. Siapa yang paling gue cintai" Ali terlalu egois untuk kali ini, itu artinya Ali sama saja mempermainkan hati wanita bukan?.

"Aku pasti bisa buat kamu jatuh cinta sama aku, dan aku pastikan aku  adalah wanita satu-satunya di hati kamu!!!"



I'am Not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang