I'am Not Alone °Lima°

1.4K 90 0
                                    

[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------

"Selamat malam tuan muda,"

Lelaki itu mengangguk sekilas. "Malam pak" jawabnya dengan memberikan senyum tipis kepada seorang penjaga pagar rumah besar di hadapan nya saat ini.

"Om Ridwan ada di rumah kan pak?!" tanyanya menatap sekilas rumah besar namun terlihat misterius. "Ada kok den, tuan lagi di ruang tengah lagi kedatangan tamu. Den Ali masuk aja." jawab satpam itu sopan.

"Kalau gitu Ali masuk dulu pak."

Ali berlalu meninggalkan satpam itu yang langsung menutup gerbang rumah. Secara sekilas rumah itu memang nampak seperti rumah-rumah biasanya namun ketika dilihat lebih teliti dan lebih dekat suasananya akan terasa berbeda seperti penuh teka-teki di dalamnya.

Tanpa menekan bel Ali melangkah masuk begitu saja kedalam rumah.

"Om Ridwan!" Ali berdiri beberapa meter dari arah sopa, yang terdapat lelaki paruhbaya sedang bercengkrama. Lelaki yang mungkin umurnya sudah berkepala empat itu menoleh mendapati sepupu lelakinya dibelakangnya. "Ali, kemari!!" pangilnya melambaikan tangan dan menepuk sopa kosong di sampingnya.

Pandangan Ali yang awalnya menatap pamannya kini bergantian menatap seorang pria di hadapan Ridwan. Tak lupa Ali memberi salam kepada keduanya.

"Ini temen om  yang bantu om selama ini Li."  kata Ridwan tiba-tiba karena tau keponakanya menatap bingung pada lelaki yang dikatakan sebagai temannya itu.

Ali mengangguk sekilas

"Sepertinya urusanku sudah selsai, kalau begitu aku pamit pulang!"

Ridwan tersenyum dan berdiri. "Baiklah, lain waktu kita bicara lagi." Jusuf membalas senyum Ridwan dan mereka bersalaman setelahnya Jusuf pamit meninggalkan mereka berdua.

"Jadi gimana, apa kamu yakin mau ambil alih semuanya?!"

Ali menegakan posisi tubuhnya menatap yakin kepada Ridwan. "Yah om, Ali udah pikirin semuanya dengan matang. Ali juga udah cape di taken terus sama papah Ali mau lanjutin pekerjaan kakek aja!" Ridwan diam menatap Ali.

Ridwan dapat melihat keyakinan dan kesunguhan dalam diri Ali. "Om udah bilang kalau kamu ambil pekerjaan ini maka kamu harus siap mendapatkan resikonya." Ali pikir semua ini akan mudah maka oleh itu ia ingin melanjutkan pekerjaan yang di geluti oleh kakeknya dulu sebelum meninggal.

"Ali tau,"

"Ali ambil ini juga bukan hanya sebagai pelarian dari papah, Ali ambil ini karena Ali ingin nerusin yang kakek jalanin dulu. Om juga udah tua kan jadi biar Ali abil alih aja!" lanjutnya tersenyum nakal.

Ridwan memutar bola matanya malihat tingkah Ali. "Ya ya, om tau dan mungkin ini saatnya buat om istirahat juga!" Ridwan menyenderkan punggungnya pada sandaran sopa.

"Baiklah ini semua hitung-hitung kamu mandiri, kita akan mulai besok!"

"Oke om, lebih cepat lebih bagus. Lumayan kalau Ali udah dapet uang sendiri Ali bisa beli apartemen sendiri gak usah ngandelin si tua ganjen itu!"

Ridwan menggeleng kan kepalanya pelan, benci dan rasa kecewa terhadapa Syarief telah memenuhi otak dan hati Ali. Anak itu tidak akan pernah mengerti sampai kapan pun kerena menurutnya yang berada di benaknya nya maka itulah yang benar.

"Kamu mau nginep di sini?!" tawar Ridwan melihat Ali yang sepertinya telah lelah.

Untuk hari ini Ali malas pulang kerumahnya, sebenarnya bukan hari ini saja tapi setiap hari ia selalu malas pulang karena ada papahnya dirumah apa lagi ibu tirinya yang selalu membuatnya muak.

I'am Not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang