I'am Not Alone °Duapuluh Enam°

999 75 2
                                    

[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------

Semuanya dibuat terdiam dengan desisan Lean.

Kaki Lean mengeluarkan darah akibat tembakan yang diberikan Andrean. Namun lelaki itu masih tenang seolah yang dia dapatkan hanya tembakan kecil.

"Berhenti bermain-main dengan kami, Lean!" Ali mendesis tajam.

"Tidak semudah itu kalian menangkap ku!"

Lean sama sekali tidak bergeming sementara kedua rekannya terjatuh di atas tanah menahan sakit.

"Berhenti di tempatmu jika tidak ingin mendapatkan masalah!!" hardik Lean saat melihat Ali yang melangkah mendekat. Tangannya mengangkat sebuah pistol yang langsung diarahkan kepada lelaki itu.

Ali berhenti dengan tenang, saat ini ia tidak boleh bertindak gegabah. Lawan di depannya bukan lawan yang patut untuk diremehkan.

"Apa mau mu?!"

Lean menatap remeh Ali dengan mata birunya. "Tidak banyak." Lean merlirik Prilly dengan ekor matanya.

"Serahkan gadis itu!"

Ali tertawa hambar. "Apa masalah mu sebenarnya? Kau menginginkan dia dan aku membebaskan mu, begitu?"

"Tentu!!" jawab Lean cepat walau dirinya tidak meminta untuk dilepaskan nantinya. Tangannya masih menodongkan pistol ke arah Ali.

"Dalam mimpi mu aku melakukan tindakan konyol itu. Lebih baik kau meyerahkan diri dan bertobat sebelum terlambat. Walau kau tidak melakukan itu pun kami akan tetap menangkap mu tapi dengan cara yang berbeda!" ungkap Ali.

Prilly menghembuskan nafasnya pelan. Sepertinya pekerjaan ini sangat membutuhkan waktu yang lama jika terus berdebat seperti ini.

Gadis itu menyiapkan peluru yang cukup pada senjata api di tangannya. Jaga-jaga jika nanti ada kesalahan.

"Aku sudah bilang pada mu, tidak akan semudah yang kalian pikirkan untuk menangkap ku!" Lean bersuara kembali, nadanya terdengar pura-pura jengah.

"Ali, kami sudah membereskan orang-orang yang berada di dalam," Ali mendengar suara Ridwan dari earphone kecil di telinga kanannya.

Ia tersenyum tipis tanpa di sadari siapa pun. "Baiklah, kami memang tidak akan mudah untuk menangkap pria brengsek seperti mu---" Ali menjeda ucapanya.

"Tapi kau tau? Jika semua orang itu memiliki kelemahan termasuk orang yang paling jahat sekali pun!" senyum miring tercetak di bibir tipis lelaki itu.

Lean mengumpat kecil. Dirinya tidak bodoh dengan maksud perkataan seorang agen FBI muda di depannya.

Lean mengontrol ekspresi nya kembali, berusaha untuk tenang. "Aku tidak takut pada apa pun!" tukasnya menurunkan tangannya yang sejak tadi menodong kan pistolnya.

"Benarkah?" Ali bertanya tidak yakin.

Tanpa di ketahui siapa pun Andrean berjalan mengendap-ngendap ke arah belakang tubuh Lean.

"Apa rencanamu bodoh! Kau terlalu banyak basa-basi. Sebenarnya kau ingin menangkap ku atau berbincang bersama ku, heh?!"

"Jika kau ingin berbincang-bincang dengan ku kenapa kau tidak coba untuk mengundang ku kerumahmu dan menikmati secangkir kopi bersama!"

Ali terkekeh. "Aku tidak tertarik mengundang bule seperti mu kerumah ku" cela Ali.

Saat Andrean akan mendaratkan sebuah tembakan terhadap Lean lelaki itu lebih dahulu mendapatkan tembakan pada pistonya.

I'am Not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang