I'am Not Alone °Tigapuluh Tujuh°

770 55 1
                                    

[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------

Prilly mengerjapkan matanya secara perlahan saat sinar matahari menerobos masuk ke dalam retinanya.

Lalu ia terbangun dan berusaha mengumpulkan setengah nyawanya yang belum sepenuhnya sadar. "Apa Ali gak kesini?" Prilly bergumam saat melihat sopa yang biasa di tempati Ali untuk tidur jika tidak di kamar Andrean itu kosong.

Biasanya pula Ali akan membangunkan nya jika sudah terbit matahari seperti ini. Prilly melangkah menuju kamar mandi hanya untuk mencuci muka. Ia akan mencoba mengecek kamar yang di pakai Andrean sebelumnya, yang kini di tempati oleh Ali jika lelaki itu menginap.

Setelah merasa segar dan rambut yang di cepol asal, Prilly keluar dari kamar lalu berbelok menuju kamar Andrean. Di bukanya secara perlahan kamar itu, gelap. Karena lampu yang dimatikan serta gordeng yang belum terbuka.

Prilly tersenyum tipis melihat seseorang yang bergelung dengan selimut tebal di atas ranjang. Kakinya melangkah menuju gordeng besar di kamar itu, membiarkan cahaya mentari masuk ke dalam sana.

Saat gordeng dibuka, matahari langsung terlihat jelas di ufuk timur. Prilly menoleh ke arah belakang, memperhatikan lelaki yang kini merasa terganggu akibat sinar matahari.

Dengan pelan tubuh kecilnya bergeser menghalangi cahaya yang menerpa wajah tampan itu. Raut wajahnya kembali tenang namun merasa terganggu kembali saat Prilly menggeser badanya, membiarkan cahaya matahari menerpa wajah tampan itu kembali.

Bulu mata yang panjang serta lentik itu bergerak-gerak kecil diikuti dahinya yang mengkerut membuat alis tebalnya hampir menyatu. Prilly di buat gigit bibir, melihat ciptaan Tuhan yang maha sempurna di depan matanya.

Kembali, Prilly menggeserkan tubuhnya menghalau mata hari menyinari wajah itu. Rautnya kembali tenang namun sperti tadi, Prilly seolah mempermainkan nya dengan menggeser kembali tubuhnya.

Yang pada akhirnya kelopak mata yang di hiasi bulu mata indah itu terbuka menampilkan netra mata berwarna hitam legam yang tajam.

Prilly terkikik dengan perbuatannya. "Morning...." sapanya sambil tersenyum manis. Lalu melangkah mendekat kearah ranjang.

"Tumben bangunin," Ali berkata dengan suara seraknya yang membuat Prilly tersenyum lebar. Pagi-pagi denger suara cogan duh nikmat mana lagi yang kau dustakan Tuhan. Batinnya

Prilly mengedik kecil. "aku juga gak tau, biasanya kamu yang bangunin tapi mungkin karena kelamaan jadi jiwa aku inisiatif sendiri." katanya lalu terkekeh lucu.

Ali menggeleng pelan mencubit hidung Prilly dengan gemas. "Kamu pulang jam berapa semalem?" tanya Prilly yang duduk di sisi ranjang.

Ali sedikit mengusap wajahnya, badannya meyender pada kepala ranjang, lalu sedikit menguap sambil menatap Prilly dengan wajah kantuknya.

"Lupa, kayanya subuhan sih"

"Oh... Pantes aja bangunnya kesiangan," Prilly mengangguk dengan tangan yang menyurai rambut Ali, yang menjuntai ke bawah.

"Untung sekarang weekend." lanjutnya.

"Kamu mau jalan-jalan hari ini?" tanya Ali, tangannya meraih tangan Prilly lalu megemgamnya dengan lembut.

"Ayok!!" Prilly tersenyum semringah.

"Yaudah siap-siap dulu sana! Aku juga mau mandi!"

"Kamu gak mandi juga tetep wangi kok!" Prilly mendekat mengendus bau parfum yang di pakai oleh Ali.

I'am Not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang