[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------Setiap tapak, setiap jejak Prilly langkahi dengan pelan. Kaki mungilnya berjalan pelan di trotoar jalan, tangannya ia masukan kedalam saku jaket yang di gunakannya.
"Prill!" Prilly yang semula menunduk langsung mendongkakan kepalanya.
Prilly sedikit mengeryit, "Kak Iqbal, ngapain disini?" lelaki itu tersenyum, menghampiri Prilly.
"Tadinya mau jalan-jalan, siapa tau dapet gandengan. Eh malah ketemu lo disini."
Prilly mengangguk berjalan pelan dengan Iqbal disampingnya.
"Biasanya deket lampu merah banyak!" celuk Prilly mengundang jitakan pelan di kepalanya.
"Gak kira-kira aja gue harus nge-gandeng model begituan. Se-jomblonya gue, gue masih waras buat cari cem-ceman,"
"Bahasa lo... Kaya orang bener aja"
"Lo kira gue gak waras?" Iqbal melotot galak. Prilly tertawa "gak ada orang gila, bilang gila!" Iqbal medelik ketus.
"Kurang ajar lo. Se-enggak nya gue gak segila abang lo,"
Prilly mengangguk pelan, abangnya memang sudah gila akut.
Sementara di lain tempat, Andrean merasakan kupingnya terasa panas seperti ada netizen yang julid terhadapnya.
"Kenapa tiba-tiba kuping gue panas ya?" Andrean menggosok telinganya pelan.
"Betewe, kenapa lo ada disini?!" Iqbal bertanya setelah mereka tertawa pelan.
"Lagi jalan-jalan siapa tau dapet gandengan." jawab Prilly mengikuti gaya bicara lelaki itu.
Iqbal mencibir lalu menoyor kepala Prilly pelan.
"Suka benget sih lo nistain kepala gue!"
"Abis muka lo ngeselin!" Iqbal menjawab acuh. Orang-orang di sekitarnya menatap mereka aneh, tapi beberapa ada yang menganggap mereka sebagai sepasang kekasih yang romantis.
Kebiasaan setiap ketemu, pasti seperti ini berantem gak jelas. Padahal udah gede bukan bocah yang suka main narik-narik rambut atau jitak-jitakan saat bertengkar. Tapi khusus untuk Iqbal ritual seperti itu harus berlaku sampai sekarang.
"Muka-muka gue juga!" ketus Prilly.
"Ouh gitu, yudah kita cocok. Lo lagi cari gandengan, gue lagi cari gandengan. Yuk kita gandengan berdua!" Iqbal kembali kepercakapan awal.
"Kita?!" Iqbal mengangguk mantap.
"Lo aja kali, gue mah ogahhh"
"Yeeee, gue juga cuma bejanda!" sahut Iqbal acuh. Melangkah lebih dulu, meninggalkan Prilly yang menganga.
"Woy, bayi kingkong hatamin dulu tuh kalau mau ngomong!"
Setan emang, lelaki satu itu memiliki otaknya yang miring. Prilly berdecak, menyusul Iqbal yang berjalan cukup jauh di depan nya. Sekarang giliranya untuk menghakimi lelaki itu setelah kemarin-kemarin dirinya yang di cerca dengan pertanyaan yang tak habis-habis dari lelaki itu.
***
"Yah, kayanya untuk yang satu ini sangat sulit untuk di tanganin. Kita harus muter otak buat nyusun rencana." Rizal- Ayah Andrean menatap foto yang terletak di atas meja. Foto seorang remaja laki-laki, mungkin anak kuliahan.
"Wajah itu, polos namun penuh ancaman!, ku kira ia tidak akan menampakan wajahnya setelah masalah yang dia buat dulu!" Rizal bergumam dengan desisan sinisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Not Alone
Teen Fiction_Terimakasih telah hadir walau dengan membawa luka, tapi setidaknya kamu tidak pergi dan tidak membuatku sendiri di saat Tuhan lebih menyayangi mereka_ Prilly Latuconsina Aliando Syarief I'am Not Alone