I'am Not Alone °Sebelas°

1.1K 86 2
                                    

[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------

"Ayolah Ali... gak usah mandang aku kaya gitu juga kali. Kaya mau bunuh aku sekarang aja!"

"Maunya sih gitu" sinis Ali mendekat dengan perlahan kearah Prilly yang tengah duduk anteng di ranjang miliknya.

"Emang kamu berani?!" Prilly bertanya seolah menantang.

Ali tersenyum devil sebagai respon. "Kenapa kita gak coba buat damai aja?" lelaki itu menaikan sebelah alisnya mendengar tawaran Prilly, lalu dia tertawa sumbang.

"Mimpi!!"

Gadis itu mengangguk pelan, tatapan nya terus melihat ke arah Ali dengan mimik wajah yang sulit dimengerti. Satu langkah didepan, maka akan selamanya seperti itu, dirinya tidak akan pernah mudah untuk di kalahkan.

"Yaudah gak jadi juga, lebih seru kaya gini cuma. Ini terlalu banyak menyakiti perasaan," Ali menghentikan langkah nya, dengan melipat tangan didepan dada. Posisinya berada di sisi ranjang berupaya membuat jarak dengan gadis gila itu.

"Kalau gitu, berhenti!" Ali berkata datar.

Prilly menggeleng pelan. "Gak semudah itu" unjarnya tersenyum simpul.

"Terus?"

"Apanya?" tanya Prilly

Ali diam menatap dalam manik mata Prilly, mata itu kenapa seolah menarik dinya pada dimensi  lain?. Ali mengerjapkan matanya. "itu masalah lo! Sakit atau enggaknya tergantung diri lo sendiri. Berhenti buat berharap sama gue itu lebih mudah dan lo gak akan merasa teraskiti." Prilly tertawa pongah Ali terlalu mudah mengatakan itu semua, namun itu tidak semudah kenyataan nya.

"Ada yang lebih mudah!" kata Prilly pelan.

"Coba kamu jagan egois sama ego kamu." Ali mengeryit baginya perkataan Prilly terlalu sulit di pahami olehnya.

"Maksud lo?" tanya Ali dengan keryitan yang jelas di dahinya.

"Ah lupakan!" kata Prilly turun dari ranjang Ali dan memakai sandalnya kembali. "Aku mau pulang ada urusan sama ayah!"

"Itu yang gue tunggu dari tadi!"

"Hahaha iya makasih ya, udah ngizinin aku masuk kamar kamu. Btw aku orang pertama yang masuk kamar kamu ya?"

Ngizinin ndasmu!

"Gak usah bangga," sinis Ali dengan delikan matanya.

"Patut dibanggakan dong, biasanya kalau cewek pertama yang masuk kamar cowok itu suka jadi jodoh." Prilly terkik berlalu dari hadapan Ali saat melihat raut muka lelaki itu menahan kekesalan.

"Ada ya cewek modelan kek gitu!" geram Ali menatap pintu kamar  yang tertutup.

Ngomong-ngomong soal Prilly apa gadis itu ada hubungannya dengan Rena yang seperti menjauh darinya?

***

Prilly berjalan pelan memasuki kediamannya. "Prilly pulang!!!" teriaknya membuka pintu utama.

"Kok sepi sih?!" batinnya, sambil berjalan menuju ruang keluarga.

Saat ingin sampai di sana gadis itu melihat asisaten rumahnya. "Eh bi!" pangilnya.

Asisten itu berhenti melangkah ke arah dapur saat nona mudanya memanggil. Dia berjalan menghampiri Prilly.

"Iya non ada apa?" tanyanya lembut tak lupa menunduk pelan.

"Bunda sama ayah kemana?"

"Oh itu non, mereka ada urusan keluar kota. Katanya ada pekerjaan yang harus mereka selesaikan" Prilly mengangguk mengerti.

Tanganya mengetuk di dagu seolah berfikir. "Kalau bang Andre kemana?"

"Kalau tuan muda belum pulang non, tuan muda pergi bermain bersama seseorang, bibi juga gak tau." jawab bik Nina, Prilly mengangguk kembali.

"Oh, yaudah makasih bik. Bibik bisa lanjut kerja" bik Nina mengangguk dan sedikit menundukkan kepalanya sebelum berlalu.

"Jadi gue di rumah sendiri gitu? Sudah biasa diriku di tinggalkan🎶" gumamnya dengan bersenandung di beberapa kalimat, sambil berlalu menaiki tangga menuju kamarnya.

Prilly berhenti melangkah saat mendengar suara bel rumahnya berbunyi. Tadinya ia mau lanjut saja menuju kamar tapi jiwa keponya membuat dirinya berjalan menghampiri pintu yang ternyata sudah terdapat ARTnya disana.

"Siapa teh?" tanya Prilly kepada asisten itu, Prilly sengaja memanggil teh karena umur pembantu itu yang hanya berbeda 2 tahun darinya. Dia juga anak angkat bik Nina.

Dia juga bekerja sambil kuliah, dan tak jarang juga gadis berusia 20 tahun itu membantu Prilly dalam urusan pekerjaan sekolah. Namanya Ratna.

"Gak tau non, ini baru mau saya bukain" Prilly menghampiri Ratna.

"Biar Prilly aja, teteh bisa kembali. " Ratna mengangguk berlalu dari hadapan Prilly.

"Yaaa, ada apakah gerangan kemari?" tanya Prilly malas lalu berlalu meninggalkan orang yang berdiri di depan pitu.

Orang itu memberikan cengiran kahsnya. "Gak mau di persilakan masuk nih?" sindirnya membuat Prilly langsung berbalik dengan tangan yang melipat di depan dada.

"Biasanya juga main neyelonong aja!" mendengar itu, pria dengan gaya tegilnya memasuki rumah itu dengan santai.

"Kalau ngomong itu jangan suka bener gitu lah"

"Aku sih yes!!" sahut Prilly acuh.

Mereka berjalan berdampingan menuju ruang santai.

"Ngapain kak Iqbal kesini? bang Andre lagi gak dirumah." Iqbal mengedik tak tau.

"Emang sahabat gak boleh gitu main kerumah sahabatnya sendiri?!"

"Enggak sih, ya cuma gak biasanya aja. Kak Iqbal udah lama loh gak main kesini, gak ada angin gak ada badai tiba-tiba kesini secara mendadak. Pasti ada udang di balik batu kan?" tuding Prilly menghempaskan tubuhnya di sopa yang di ikuti Iqbal di sopa depan.

Lelaki berleusung pipi itu tertawa. "Suka suudzon gitu! Gak baik, hidup itu harus husnuzon gak boleh suudzon." katanya so alim.

"Apalah daya, kalah sudah kalau udah sama pak ustad mah." Prilly menegakan tubuhnya dengan pandangan malas gadis itu bertanya yang membuat Iqbal diam

"Lo tau bang Andre kemana?"

Prilly menaikan sebelah alisnya. "Kalian ada masalah ya?" tanyanya lagi ketika melihat respon Iqbal yang tak bersahabat.

"Gak tu!"

"Gak usah boong!"

"Dari pada ngomongin gue sama si Andre mending ngomongin lo, soal lo yang ngejar-ngejar cowok di sekolah!"

Kalau kaya gini giliran Prilly yang terdiam dengan membuang muka dari Iqbal.





Iqbal itu siapa nya Prilly?

I'am Not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang