[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------Langkah Ali mendekat kepada Lean yang terjatuh di atas tanah, dan Prilly yang menatap dingin lelaki itu.
"Apa perlu bantuan?" tanya Ali bersidekap dada.
Bibirnya tersenyum remeh melihat Lean yang kesakitan pada kedua kaki dan punggungnya. Tiga tembakan sekaligus mendarat pada tubuh lelaki itu tanpa suara.
Beberapa agen mendekat untuk mengamankan Lean untuk membawanya ke kantor polisi. Namun tanpa mereka sadari tangan Lean menyusup ke dalam jaket kulit hitamnya.
Sebuah pistol ia pegang erat di balik jaketnya. Sebelum mengeluarkannya lelaki itu seperti berpikir sejenak.
"Bawa dia!" Ali terdiam sejenak.
"Soal perkataan ku yang ingin membebaskan mu itu memang benar adanya, namun aku tetap menangkap mu karena kau bersama komplotan mu bukan?"
"Dan kita telah menangkap anak buahmu lebih dahulu."
Ali menatap datar lalu berbalik bersama Prilly untuk meninggalkan Lean yang tengah di urusi oleh kedua agen FBI.
"Semudah itu?" tanya Prilly
Ali hanya mengedikan bahunya dengan tangan yang mengelus rambut Prilly pelan. "Ini juga berkat kamu." Prilly tersenyum manis mendengar Ali berucap demikian.
"Aku—"
Dor
Dor
"PRILLY!!" panggil Ali saat melihat gadis itu terjatuh ke tanah dengan tiba-tiba.
Ali berjongkok mengambil kepala gadis itu untuk di letakan di atas pangkuannya. "Prill!! Buka mata kamu!" tangannya menepuk pelan pipi Prilly.
Prilly masih sadar gadis itu hanya memejamkan matanya, karena sangat susah sekali rasanya hanya sekedar membuka mata agar Ali tidak panik dengan keadaanya.
Punggungnya merasakan panas akibat peluru yang menembus kulitnya. "Prill!" pangil Ali lagi. Mata lelaki itu langsung beralih melihat kearah belakang.
Disana Lean tersenyum dengan puas, meski kedua tangannya langsung di borgol dengan cepat.
"Sialan kau kaparat!!" murka Ali hendak bangkit menghampiri Lean.
"Prill!!" Ali mengurungkan niatnya saat Andrean berlari ke arah mereka.
Andrean menatap Ali meminta jawaban kenapa Prilly bisa sampai seperti ini.
"Dia tertembak" lirih Ali dengan tangan yang memegang erat tangan Prilly yang mulai mendigin.
"Kenapa bisa!!" Mata Andrean memerah menatap adik satu-satunya yang tengah menutup matanya.
Ini alasan Andrean dulu menentang Prilly yang ingin mengambil pekerjaan seperti ini. Terlalu beresiko dan Andrean tidak ingin terjadi sesuatu terhadap adiknya.
Tak terasa cairan bening keluar dari mata Andrean. Siapa pun yang melakukan ini kepada adiknya ia tidak akan pernah mengampuni orang itu.
"Siapa yang melakukan ini?" bengis Andrean, dia memang tidak mengetahuinya karena saat Lean tertembak ia ingin menghampiri namun di cegah oleh Ali.
Ali meminta Andrean untuk menghampiri Ridwan di dalam markas untuk membantu nya.
"Lean!" jawab Ali dingin.
Andrean bangkit ingin menghampiri Lean yang telah di bawa kedalam mobil. "Bawa Prilly kerumah sakit segera! Sebelum terjadi sesuatu." Andrean pergi meninggalkan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Not Alone
Teen Fiction_Terimakasih telah hadir walau dengan membawa luka, tapi setidaknya kamu tidak pergi dan tidak membuatku sendiri di saat Tuhan lebih menyayangi mereka_ Prilly Latuconsina Aliando Syarief I'am Not Alone